Pandemi Coronavirus Disease (Covid)-19, mengharuskan umat tidak boleh melakukan aktifitas berkumpul termasuk beribadah di gereja-gereja katolik Keuskupan Jayapura. Uskup Jayapura Mgr.Leo Laba Ladjar, OFM meminta umat katolik di wilayah keuskupan-nya untuk menaati himbauan Pemerintah Provinsi Papua. Hal ini mendapat respon cepat oleh penggiat media katolik di beberapa paroki Kota Jayapura yang sudah terintegraasi kabel optik internet melakukan live streaming. Dengan pengetahuan yang minim dan peralatan terbatas, Pater Lian, OFM dan Bp. Ricky dari Komisi Komunikasi Sosial (KOMSOS) Keuskupan Jayapura melakukan komunikasi via WA Group, menghimpun Seksi Multi Media dan Wartawan Katolik untuk melihat kebutuhan ibadah unik ini sebelum Pekan Suci Paskah.
Inisiatif Awal bermula dari Soetrisno Seksi KOMSOS Katedral Jayapura melakukan komunikasi intens dengan seksi multimedia Paroki Sang Penebus Sentani meminta arahan karena sebelumnya Paroki Sentani pernah melakukan siaran langsung pada perayaan Natal tahun 2019. Hanya dengan menggunakan TV Tunner sederhana Katedral Kristus Raja Jayapura mulai melakukan simulasi dan berhasil. Menyusul Paroki St. Fransiskus APO, Paroki St. Petrus dan Paulus Argapura, dan Paroki Juru Selamat Kotaraja, bahkan Dewan Pastoral Paroki Kotaraja tidak tanggung-tanggung mendukung upaya multimedia Paroki-nya melakukan pengadaan peralatan kamera dan penunjang lainnya. Sedangkan Paroki Kristus Terang Duna Waena dan Paroki Gembala Baik Abepura tidak diragukan lagi, mereka menjadi kiblat media digital di Keuskupan Jayapura karena beberapa tahun sebelum ada Pandemi COVID19, ke-dua Paroki ini telah membaca kebutuhan teknologi di gereja dan mendapat support dari Dewan Pastoral Paroki untuk memiliki fasilitas Multi Media yang amat lengkap.
Uskup Jayapura juga menyadari akan peralatan teknologi penunjang live streaming, hal ini sempat disinggunya pada point ke-5 surat Uskup Keuskupan Jayapura No : 81/2020/1.1.1, dengan isi : Selain itu, sampai akhir “Tanggap Darurat” atau lebih lama, kita masih ibadat di rumah-rumah. “Live streaming” tentu membantu membuat kita merasa satu dalam mengabdi dan memuliakan Tuhan. Tetapi peralatan itu tentu bukan barang gratis. Mohon bersama-sama memberi dari kekurangan sendiri untuk menunjang kegitan liturgi yang unik ini di masing-masing paroki.
Menurut Yarib Febrianto yang bekerja dari balik layar live streaming Paroki St. Petrus dan Paulus Argapura, “saya juga kaget subscribe di channel youtube Paroki Argapura tembus 800 an orang, yah kami punya satu stasi juga yaitu Stasi St. Agustinus Entrop yang berpartisipasi dalam streaming ini, saya mengalami keterbatasan kru, namun bersyukur bisa didampingi oleh umat, ada bapak Judi Prijono bersama Ibu Anastasia Sari, ada bapak There dan Ibu Talia, juga ada bapak Michael yang membantu jaringan internet. Umat di Argapura cukup antusias mengikuti ibadah on line, mereka mendapat kesan dengan adanya pandemi covid19 ini, rumah umat berubah menjadi gereja, Tuhan itu hadir di mana saja sejauh kita mau menghadirkanNya”. Lanjut Febrianto dari testimoni beberapa umatnya.
KOMSOS Keuskupan Jayapura melakukan pemantauan melalui facebook, rata-rata umat mengikuti ibadah on line dengan baik, walau dirasa cukup aneh namun hal baru yang tergolong unik dan positif ini dilakukan saat situsi menutut harus beribadah di rumah. Bahkan karena anehnya situasi ini beberapa umat mengupload foto di facebook sekedar menggambarkan situasi di rumah mereka yang sedang melakukan ibadah on line.
Sedangkan Dekenat Pengunungan Tengah, umat melakukan misa dari rumah melalui siaran langsung RRI Wamena, saat dihubungi melalui ponsel, Pastor Paroki Gembala Kita Pugima RD. Petrus Hamsi mengatakan “kami melakukan ibadah terbatas hanya empat orang saja, umat mengikuti siaran langsung melalui RRI Wamena”. Menurut Pemantauan KOMSOS, jaringan internet di kota lembah itu belum menunjang untuk melakukan siaran langsung.
Situasi berbeda terjadi di Paroki Roh Kudus Mabilabol Dekenat Pegunungan Bintang, melalui ponsel ketua Dewan Pastoral Paroki Ringgo Sinpanki mengatakan “sebelum pemerintah mengambil langkah tegas, dari jauh-jauh hari kami umat katolik sudah mengamankan situasi di Pegunungan Bintang untuk memperhitungkan perayaan paskah, kami punya fasilitas internet terbatas tentunya umat akan sulit melakukan misa on line, maka kami melakukan upaya lockdown yang sangat ketat, pesawat AMA milik Keuskupan Jayapura jangan bawa penumpang kecuali hanya bawa barang saja, umat tidak boleh keluar masuk Pegunungan Bintang selama masa pandemi COVID19, agar umat bisa melakukan misa seperti biasa, kami menjamin keamanan bagi umat kami agar tetap nyaman, yepmum ohhhhh”. Sambil menutup dengan salam khas Aplim Apom.
Sendangkan Dekenat Keerom melalui keterangan tokoh umatnya Bp. Serfulus, “umat katolik di Dekenat Keerom mengikuti ibadah melalui live streaming dari Tujuh Paroki di Dekenat Jayapura dan live streaming dari daerah-daerah di luar Papua termasuk siaran dari Vatikan, karena jaringan 4G di beberapa tempat cukup lancar namun ada daerah-daerah yang tidak bisa mengakses internet, mereka harus melakukan ibadah secara terbatas”.
Perayaan Pekan Suci di Keuskupan Jayapura telah selesai, umat beribadah di rumah menyesuaikan fasilitas yang disediakan Dekenat masing-masing, Keuskupan Jayapura juga menyediakan panduan ibadah bagi umat yang tidak bisa mengakses radio maupun live streaming, walau panduan ini tidak sempat menjangkau seluruh umat karena status sosial distancing membatasi ketua-ketua kombas untuk bergerak. Kerinduan umat untuk berkumpul dan bersekutu kembali sangat terasa, Pastor Paroki Kristus Terang Dunia Waena RD. Paulus Wolor bahkan sempat meneteskan air mata saat membawa homili misa Minggu Palma 5 April 2020, karena harus memimpin misa berhadapan dengan kursi kosong. Pastor Paroki Sang Penebus Sentani bahkan sangat ketat mengajak umatnya mengikuti anjuran Pemerintah Kabupaten Jayapura “saya tidak akan melaksanakan misa jika umat masih mau datang ke gereja, cukup ibadah di rumah saja, ikuti anjuran Pemerintah Kabupaten Jayapura” kata Pastor Norbertus Broery Renyaan, OFM.
Umat Keuskupan Jayapura dari pedalaman hingga daerah kota terus memanjatkan doa-doa agar pandemi covid19 segera berakhir, melalui DOA UMAT MERIAH selama pekan suci paskah 2020 para biaran dan biarawati secara khusus mendoakan pasien yang mengalami sakit corona, doa bagi para dokter dan perawat yang sedang berada di garda terakhir melayani pasien di rumah sakit dan juga mendoakan pihak Pemerintah yang terus menerus berjuang menanggulangi wabah ini. Tidak ketinggalan Panti Asuhan Katolik Putri Kerahiman Papua bersama anak-anak yatim piatu terus melakukan doa-doa khusus setiap hari pagi dan malam kepada semua orang yang menderita sakit corona.
Beberapa jam sebelum Misa Malam Paskah 2020, Uskup Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM mengeluarkan surat Status Tanggap Darurat dan Konsekuensinya Untuk Kita yang berlaku hingga tanggal 6 Mei 2020 dan akan dilihat kembali perkembangannya sesuai himbauan Pemerintah Provinsi Papua. *** (Florry Koban, Penggiat Media Keuskupan Jayapura).
Surat Tanggap Darurat Uskup Keuskupan Jayapura tanggal 11 April 2020.