HIDUPKATOLIK.COM– Kamis Putih merupakan hari yang penuh momentum dalam Kisah Sengsara Yesus Kristus. Inilah 10 serba-serbi yang perlu diketahui soal Kamis Putih dan bagaimana kamu menghayatinya hari ini.
- Apa yang terjadi pada Kamis Suci yang asli? Berikut beberapa hal yang dicatat oleh Injil untuk hari ini (termasuk peristiwa yang terjadi setelah tengah malam).
- Yesus meminta Petrus dan Yohanes untuk mengatur agar mereka menggunakan Ruang Atas untuk mengadakan perjamuan Paskah.
- Yesus membasuh kaki para rasul.
- Diadakan Misa Kudus untuk pertama kalinya.
- Melembagakan imamat.
- Yesus mengumumkan bahwa Yudas akan mengkhianatinya.
- Yesus memberi “perintah baru” untuk saling mencintai.
- Diindikasikan bahwa Petrus memiliki peran pastoral khusus di antara para rasul.
- Yesus mengumumkan bahwa Petrus akan menyangkalnya.
- Yesus berdoa untuk persatuan para pengikutnya.
- Mengadakan semua khotbah yang dicatat dalam lima pasal di Injil Yohanes (Yohanes 13-18).
- Mereka menyanyikan pujian.
- Pergi ke Bukit Zaitun.
- Yesus berdoa di Taman Getsemani.
- Yesus dikhianati oleh Yudas.
- Yesus menghentikan para murid dari melanjutkan perlawanan yang keras. Kemudian, menyembuhkan telinga Malkhus, hamba imam besar, setelah Petrus memotongnya dengan pedang.
- Yesus diambil dan dihadapkan kepada imam besar Hanas dan Kayafas.
- Yesus disangkal oleh Petrus.
- Yesus dibawa ke Pilatus.
Jika Anda ingin membaca kisahnya lebih lanjut, silahkan buka:
- Matius 26: 17-75
- Markus 14: 12-72
- Lukas 22: 7-62
- Yohanes 13: 1-18: 27
- Mengapa kerap disebut disebut Kamis Putih/ Maundy Thursday?
Kata “Maundy” berasal dari kata Latin mandatum, atau mandate. Kata ini digunakan dalam teks Latin untuk Yohanes 13:34 ; Mandatum novum do vobis dan diligatis invicem sicut dilexi vos yang dalam bahasa Inggris artinya sebuah perintah baru yang aku berikan kepadamu, agar kamu saling mengasihi; sama seperti aku telah mengasihi kamu.
Kamis Suci dengan demikian disebut Kamis Putih karena pada hari inilah Kristus memberi kita perintah baru – mandat baru – untuk saling mengasihi sebagaimana dia mengasihi kita.
- Apa yang terjadi pada Kamis Putih secara liturgis? Uskup merayakan Chrism Mass (Krisma) bersama para imamnya. Misa ini diadakan pada malam hari. Pada Chrism Mass imam melakukan pembasuhan kaki. Tabernakel dikosongkan kemudian ada pemindahan Sakaremen. Altar dikosongkan. Orang beriman diundang untuk meluangkan waktu untuk Adorasi dan menemani sakramen suci seperti menemani Yesus yang berdoa di Taman Getsemani.
- Apa yang itu Chrism Mass? Berdasarkan dokumen utama yang mengatur perayaan terkait dengan Paskah, Paschales Solemnitatis poin 35. Saat Misa Krisma, uskup yang menjadi konselebran dengan memberkati dengan minyak, memanifestasikan persekutuan para imam dalam imamat dan pelayanan Kristus yang sama. Umat beriman didorong untuk berpartisipasi dalam Krisma dan untuk menerima Sakramen Kudus. Secara tradisional Misa Krisma dirayakan pada hari Kamis Minggu Suci. Namun, jika harus terbukti sulit bagi para pendeta dan orang-orang untuk berkumpul dengan uskup, ritus ini dapat ditransfer ke hari lain, tetapi orang selalu dekat dengan Paskah. Kemudian, minyak ini akan digunakan dalam perayaan sakramen inisiasi pada malam Paskah.
- Mengapa Misa Perjamuan Kudus itu penting? Dalam Paschales Solemnitatis poin 45 perhatian yang seksama harus diberikan pada misteri yang diperingati dalam Misa Kamis Putih ini. Homili para imam harus menjelaskan pokok-pokok Kristus, mengenai kasih persaudaraan sejati.
- Apakah hosti ada di Tabernakel selama Misa berlangsung? Berdasarkan Paschales Solemnitatis poin 48, Tabernakel harus benar-benar kosong sebelum perayaan. Imam menyediakan jumlah hosti yang cukup untik dikonsekrasikan bagi persediaan Ekaristi pada hari berikutnya.
- Ritus Pembasuhan Kaki
Banyak pertanyaan muncul seputar ritus ini seperti: apa maksud dari pembasuhan kaki? apakah ritus ini hanya terbatas pada kaum pria saja?. Pertanyaan mengenai ritus ini semakin membuat publik penasaran sejak Paus Fransiskus membasuh kaki seorang imigran perempuan.
Berdasarkan Pascahales Solemnitatis (https://www.liturgyoffice.org.uk/Calendar/Seasons/Documents/Paschale-Solemnitatis.pdf) pada poin 51 disebutkan bahwa pembasuhan kaki orang-orang pilihan yang menurut tradisi dilakukan pada Kamis Putih, melambangkan pelayanan dan kasih Kristus, yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Tradisi ini harus dipertahankan. Jadi, penjelasan ini bisa menjadi dasar pemahaman yang tepat untuk memaknai ritus pembasuhan kaki.
Memang beberapa orang menafsirkan ritus ini sebagai cerminan institusi imamat atau khusus bagi para rasul, namun penafsiran demikian tidak ditemukan dalam dokumen resmi Gereja, seperti Paschales Solemnitatis. Justru Gereja menafsirkan tindakan ini sebagai tanda pelayanan dan kasih. Ritus pembasuhan kaki juga opsional, tidak harus dilakukan. Tahun ini, Paus Fransiskus tidak melakukannya.
Lebih lanjut, Direktur Spiritualitas Girisonta, Romo T. Krispurwana Cahyadi, SJ yang pernah mengulas permasalahan ini di Majalah HIDUP menuliskan pada 6 Januari 2016, Kongregasi Tata Ibadat dan Sakramen Vatikan mengeluarkan sebuah dekrit In Missa in Caena Domini, [http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/ccdds/documents/rc_con_ccdds_doc_20160106_decreto-lavanda-piedi_en.html] terkait dengan praksis pembasuhan kaki dalam liturgi hari raya Kamis Putih. Kontroversi yang langsung muncul adalah pemberian judul berita tentang perempuan bisa menjadi rasul dalam upacara pembasuhan kaki tersebut. Judul tersebut tidak salah, namun bisa mempersempit persoalan, karena keputusan yang tertulis lebih berbunyi, terdiri dari pria dan wanita, dan adalah layak kalau mereka terdiri dari mereka yang muda dan yang tua, yang sehat dan yang sakit, klerus, kaum religius pria serta wanita dan kaum awam. Persoalannya lebih mau memperluas cakupan dengan maksud, sesuai intensinya, menandakan kerendahan hati serta kasih Kristus yang dinyatakan-Nya kepada para murid-Nya. Lihat ulasann lebih lanjut (https://majalah.hidupkatolik.com/2016/12/01/2778/pembasuhan-kaki-tanda-pelayanan/2/)
- Ritus Pemindahan Sakramen Mahakudus
Sesaat ketika Misa Kamis Putih akan berakhir, setelah doa sesudah komuni, akan ada prosesi menghantar Sakramen Mahakudus disertai lilin dan dupa yang akan dibawa melalui gereja ke kapel sambil menyanyikan lagu pujian “Pange Lingua” atau lagu Ekaristi lainnya [Pascahles Solemnitatis, 54]. Ritual pemindahan Sakramen Mahakudus ini tidak dapat dilaksanakan jika Ibadat mengenangkan sengsara Tuhan tidak akan dirayakan di gereja yang sama pada hari berikutnya.
Kapel tuguran tidak dipersiapkan untuk mewakili “penguburan Tuhan” tetapi untuk menyimpan hosti yang telah dikonsekrasi untuk dibagikan dalam Komuni pada Jumat Agung.
- Pengosongan Altar
Berdasarkan Paschales Solemnitatis poin 57 menyebutkan setelah Misa, altar harus dalam keadaan kosong. Sepatutnya setiap salib di gereja ditutupi dengan kain merah atau ungu, kecuali salib itu telah terselubung pada hari Sabtu sebelum Minggu Kelima Masa Prapaskah. Lampu seharusnya tidak dinyalakan pada gambar para kudus.
- Tuguran
Paschales Solemnitatis poin 56 mendorong umat beriman agar usai Misa Kamis Putih umat dapat menghabiskan periode waktu yang sesuai pada malah hari di gereja untuk menemani dan menghormati Yesus di hadapan Sakramen Mahakudus yang telah terlindungi dengan khidmat. Jika memungkinkan, tuguran dapat disertai dengan pembacaan beberapa bagian dari Injil St. Yohanes (bab 13 – 17). Tuguran harus dilaksanakan dalam kekhidmatan dan keheningan karena hari sengsara Tuhan telah dimulai.
Sumber: ncregister
Karina Chrisyantia, Felicia Permata Hanggu