CENG Beng adalah tradisi ziarah kubur masyarakat Tionghoa ke makam leluhur dan sanak keluarga yang telah meninggal. Biasanya, orang Tionghoa datang ke makam atau penyimpanan abu jenazah / kolumbarium untuk membersihkannya dan bersembahyang sambil membawa buah-buahan, kue-kue, berbagai macam makanan serta karangan bunga.
Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada tanggal 5 April untuk setiap tahunnya. Namun, pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19 membuat ziarah ke makam tidak dapat dilakukan seperti biasanya. Meski demikian, orang Tiohoa Katolik masih bisa mendoakan para leluhurnya melalui Misa Ceng Beng yang sengaja diselenggarakan dalam situasi pandemi COVID-19 ini.
Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) merayakan Misa Ceng Beng pada Pekan Suci, tepatnya Senin, 6/4, sore pukul 18:00. Seperti perayaan Ekaristi lain di masa pandemi ini, umat mengikuti Misa dari rumah. Misa dipersembahkan oleh Romo Stephanus Royke Djakarya dan disiarkan secara langsung dari Youtube HIDUP TV. Sedikitnya 30 ribu orang yang melihat tayangan Misa Ceng Beng ini.
Di awal perayaan Ekaristi, Romo Roy meminta umat menyebutkan dalam hati intensi mereka bagi sanak keluarga yang telah dipanggil Tuhan. Romo Roy menyebutkan Ceng Beng adalah pesta karena di hari itu umat bersyukur pada Allah atas leluhur mereka. Pesta juga tampak dalam kekerabatan dan persaudaraan dalam keluarga.
Imam KAJ ini juga menyebutkan pesta Ceng Beng bukan hanya untuk mengenang para leluhur dan mendoakan mereka. Namun, ada pesan agar para penerus menyadari kehormatan para leluhur dengan memaknai kehidupan sekarang bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga orang lain. “Menjadi pengikut Kristus bukan hanya demi keselamatan kita tetapi demi kebaikan banyak orang,” katanya dalam khotbah.
Pastor berdarah Tionghoa ini juga mengajak umat untuk tetap mengarahkan hati pada Tuhan dan sesama dengan berani berkorban melalui cara masing-masing demi kebaikan sesama khususnya mereka yang sangat membutuhkan, seperti mereka yang sedang sakit dan para medis.
Seorang umat KAJ yang mengikuti Misa ini mengaku terbantu merayakan tradisi Ceng Beng. “Terima kasih Romo Roy yang bersedia memimpin Misa Ceng Beng. Kami merasa terbantu karena belum bisa ke tempat abu orang tua kami,” tulis Sisilianty Chen di laman Facebook KAJ.
Hermina Wulohering