HIDUPKATOLIK.COM — Minggu lalu, pukul 4 sore waktu setempat, Paus Fransiskus melangkah keluar dari istana kepausan. Dengan berjalan kaki, Paus Fransiskus menyusuri Kota Roma yang lengang dan sepi. Beberapa pengawal pribadi tampak mengikuti langkahnya menuju Basilika Santa Maria Maggiore dan Gereja San Marcello al Corso, Roma, Italia, 15/3.
Basilika Santa Maria Maggiore dibangun pada masa kepausan Paus Liberius (352-366), lalu dipugar baru oleh Paus Sixtus III (432) yang didedikasikan kepada Maria, Bunda Allah yang diakui sebelumnya pada Konsisli Efesus 431.
Sejak abad ketujuh dikenal sebagai Maria ad Prasepe dan beberapa abad kemudian Maria ad Nives atau Maria dari Salju. Di sinilah ikon kuno Perawan Maria, Salus Populi Romani (Penyelamat Rakyat Roma) yang diyakini sebagai milik Santa Helena, ibu dari kaisar Konstantin disimpan dan dihormati.
Dalam lukisan tersebut tergambar Maria dan Bayi Yesus memegang sebuah buku dan kedua tokoh bermahkotakan cahaya dengan sebuah mahkota diatasnya. Mahkota tersebut dipersembahkan oleh Paus Gregorius ke XVI pada tahun 1832 sebagai ungkapan syukur untuk pembebasan kota itu dari wabah kolera.
Dikisahkan bahwa ketika Gregorius I menjadi paus (1590-604), kota Roma dilandah oleh wabah. Paus Gregorius membawa lukisan Bunda Suci dengan prosesi dari kapel sampai ke Mausoleum Hadrian, dikenal sebagai Castel Sant’Angelo. Ketika prosesi tiba, mereka mendengar paduan suara yang tidak terlihat bernyanyi Regina Cael”. Ketika paus meminta kepada Sang Perawan Maria untuk berdoa bagi Kota Roma, ia melihat penampakan Santo Mikael menyarungkan pedang pembalasan dalam sarungnya dan wabah pun mereda.
Paus Fransiskus sendiri diketahui memiliki kebiasaan devosi kepada ikon Maria ini. Sejak menjabat sebagai paus, ia sering datang untuk menghormati Bunda Maria, dan setiap kali ia melakukan perjalanan internasional, ia selalu datang dan berdoa sebagai seorang anak.
Dari Basilika Santa Maria Maggiore, Paus Fransiskus berziarah menyusuri Via del Corso menuju Gereja San Marcello, yang dalam Bahasa Inggris disebut, Gereja St. Marcellus. Di dalam Gereja itu, sebuahSalib Kayu abad ke-15 ditakhtakan. Diyakini bahwa berkat salib itu, Kota Roma pernah selamat dari kebakaran dan wabah besar. Paus St. Yohanes Paulus II memeluk salib yang sama ketika menandai puncak Yubileum tahun 2000.
Ada sebuah kisah yang menceritakan pada malam 23 Mei 1519, sebuah kebakaran hebat menghanguskan Gereja San Marcello. Keesokan paginya ditemukan di dalam abu dan reruntuhan, sebuah salib di atas altar utama tidak tersentuh, dengan sebuah lampu minyak kecil masih menyala di kaki Salib itu. Gereja tersebut kemudian dibangun kembali dalam tahun yang sama atas perintah Paus Leo X.
Tiga tahun setelah kebakaran, Roma kembali dilanda wabah hebat. Umat Katolik membawa salib itu dalam sebuah prosesi,meskipun ada larangan pemerintah dalam rangka mencegah penyebaran penularan. Dalam prosesi yang berlangsung selama 16 hari, dari tanggal 4 sampai 20 Agustus 1522 itu, salib dibawa melewati jalan-jalan Roma menuju Basilika Santo Petrus. Selama prosesi, wabah mulai menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Dan ketika salib itu kembali memasuki gereja,wabah itu secara ajaib berhenti sama sekali.
Sejak tahun 1600, prosesi dari Gereja San Marcello ke Basilika Santo Petrus menjadi tradisi yang diulang selama tahun-tahun Suci. Di belakang Salib itutertulisnama para paus yang memimpinsetiaptahunYubileum.
Herman Bataona, CMF (dari berbagai sumber)