web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Paroki Katedral St. Maria Assumpta-St. Yosef, Ruteng, Keuskupan Ruteng : Paroki dengan Dua Pelindung

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Paroki Katedral Ruteng akan memasuki usia seabad. Dengan dua nama pelindung, paroki ingin mendorong umat menimba kekayaan rohani dari orangtua Yesus itu.

Menara dan lonceng besar Katedral Santa Maria Assumpta–SantoYosef Ruteng menjulang tinggi membelah dinginnya Kota Ruteng, Nusa Tenggara
Timur. Kota di dataran tinggi ini, pada saat tertentu bisa bersuhu delapan derajat Celcius. Semakin dekat mata melihat, nampak semakin agung katedral yang memiliki arsitektur khas Eropa ini. Jiwa pun dibuat bergetar ketika menatap patung
putih dara cantik yang menengadahkan tangan ke atas langit. Sosok itu tidak lain adalah Perawan Maria.

Berdiri anggun di areal seluas 4000 meter persegi, dengan bentang langit biru yang didukung dengan perbukitan hijau yang mengitari Ibu Kota Manggarai, katedral ini seolah menampakkan keagungan terangkatnya Bunda Maria ke Surga. Tak ayal, umat laksana ditarik untuk masuk ke dalam misteri kehidupan Bunda Kristus.

Tahun ini, paroki yang berada di 1.200 meter di atas permukaan laut tersebut akan berusia seabad. Kepala Paroki Katedral Ruteng, Pastor Benediktus Bensi memaparkan, sejak tahun 1925 hingga 1951, paroki ini disebut sebagai Paroki Ruteng. Namun, ketika memasuki tahun 1951 hingga saat ini, paroki kemudian disebut Paroki Katedral Ruteng. “Jadi, usia 100 tahun merupakan perpaduan antara ziarah sebagai Paroki Ruteng dan Paroki Katedral Ruteng,” ujarnya.

Imam berkacamata ini mengisahkan kembali sejarah berdirinya paroki, yang berada di kaki Gunung Anak Ranaka itu. Pada tahun 1914, Ordo Serikat Yesus (Societas Iesu/SJ) menyerahkan tanggung jawab karya misi Katolik untuk Pulau
Flores kepada Tarekat Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini/SVD). Sejak tahun itu, secara teratur para misionaris SVD melakukan pastoral turne (patroli untuk mengunjungi umat) ke Ruteng dan wilayah sekitarnya.

Lalu pada tanggal 23 September 1920, Pater Bernhard Glanemann, SVD mendirikan pusat misi di Ruteng. Pusat itu selain berfungsi sebagai tempat koordinasi seluruh kegiatan pelayanan umat, juga sebagai upaya menghadirkan Kristus melalui kehadiran para Gembala, yang menetap secara permanen melalui perayaan iman yang berkelanjutan. Tanggal pendirian pusat itu pun ditetapkan sebagai hari lahirnya Paroki Ruteng. Dengan demikian, tanggal 23 September 1920 ditetapkanlah sebagai tahun berdirinya Paroki Ruteng.

Seiring berjalannya waktu, Pater Wilhelmus van Bekkum, SVD ditahbiskan menjadi Vikariat Apostolik Ruteng yang pertama pada tanggal 23 Mei 1951. Sejak saat itu, Paroki Ruteng resmi menjadi Paroki Katedral Ruteng, dengan mengambil nama pelindung Santa Maria Diangkat ke Surga dan Santo Yosef. Nama paroki ini memang terlihat tak lazim, karena menggabungkan dua nama orang kudus. Di balik keunikannya, paroki ini ingin mempersembahkan ziarah hidup seluruh umatnya ke dalam perlindungan kedua orang kudus ini.

Menyitir perkataan Pastor Benediktus, paroki ini ingin menjadikan Bunda Maria sebagai pelindung, dengan mengikuti perkataan Kristus dalam Injil Yohanes yang menuliskan, “Inilah ibumu” (Yoh 19:27). Tidak hanya itu, paroki ini juga ingin menjadikan St. Yosef sebagai pelindung, sebab ia adalah penjaga Keluarga Kudus Nazareth yang setia. “Kami pun meyakini bahwa Maria tidak hanya menjadi Bunda Yesus, tetapi juga bunda yang selalu melindungi seluruh umat Katolik Paroki Katedral Ruteng. Tidak hanya itu, kami juga mempersembahkan ziarah hidup paroki ini ke dalam perlindungan dan penjagaan St. Yosef,” ujarnya.

Menapaki seabad berdirinya Paroki Katedral Ruteng, paroki ini kini memiliki umat sebanyak 14.595 jiwa. Dengan umat sebanyak ini, paroki ingin menampakkan jati diri sebagai komunitas umat beriman yang solid, mandiri, dan solider. Umat diharapkan hidup dalam persaudaraan, baik dengan sesama umat Katolik, maupun dengan umat beragama lain, berdasarkan semangat misioner yang mandiri. Paroki ingin menjadi institusi gerejawi yang menerapkan manajemen pastoral yang transparan, akuntabel, dan partisipatif.

Felicia Permata Hanggu (Labuan)

HIDUP NO.09 2020, 1 Maret 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles