web page hit counter
Senin, 25 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

PASTOR AEMILIUS GONZALO: DARI PINGGIRAN KE JANTUNG GEREJA

Rate this post
Pastor Aemilius Gonzalo. (Dok. CruxNow)

HIDUPKATOLIK.COM Pastor Gonzalo menjadi sorotan kala Paus Fransiskus memperkenalkannya dalam Misa perdananya sebagai Paus. Kini, imam itu menjadi salah satu orang “terdekatnya”.

WAJAH Pastor Aemilius Gonzalo bisa jadi tak asing lagi bagi umat Katolik. Tak hanya di negara asalnya Uruguay, namun juga di dunia internasional. Ia adalah orang yang disapa oleh Paus Fransiskus saat berdiri di antara kerumunan umat yang berkumpul di luar Gerbang Vatikan, untuk menyambut Bapa Suci pada awal masa kepausannya, 17 Maret 2013.

Bapa Suci mengenalinya dan mengundangnya untuk menemaninya ke gereja, di mana Misa pertamanya dengan umat dirayakan, pasca penunjukannya. Di akhir Misa, Paus memperkenalkan imam muda itu, kepada semua kardinal dan umat yang hadir dan meminta mereka untuk berdoa baginya dan karyanya dengan anak-anak jalanan.

“Saya ingin memperkenalkan kepada Anda, seorang imam yang datang dari jauh. Sejak lama, ia telah berkarya untuk anak-anak jalanan dan pecandu narkoba. Dia membuka sekolah bagi mereka, dia melakukan banyak hal untuk mengenalkan Yesus, dan kini semua anak jalanan itu bekerja berbekal pelajaran yang telah mereka lakukan, mereka memiliki keterampilan kerja, percaya dan mencintai Yesus,” kata Bapa Suci.

Penentu Hidup

Menyusul penunjukkan Paus Fransiskus, keluarga Pastor Gonzalo menyadari, persahabatannya dengan Kardinal Jorge Mario Bergoglio. Mereka lalu membelikannya tiket pesawat, agar ia bisa hadir dalam pelantikan Sri Paus di Vatikan. Paus memang mencoba menelepon Pastor Gonzalo pada hari sebelumnya, tetapi Pastor Gonzalo mengatakan saat itu ia sedang mematikan ponselnya.

Keduanya telah saling mengenal sejak Kardinal Bergoglio masih menjabat Uskup Agung Buenos Aires, Argentina. Usai Misa itu, Pastor Gonzalo mengatakan kepada media Uruguay, “Saya merasa sangat kecil ketika Paus mengundang saya ke gereja.”

Tahun 2013, Pastor Gonzalo mengatakan kepada harian Vatikan, L’Osservatore Romano, kesaksian hidup Paus Fransiskus selama melayani di Buenos Aires menjadi “penentu dalam hidupnya”. “Dia mengajari saya untuk menemukan yang terbaik dari setiap individu, betapapun berbedanya dari yang lain, dan memanfaatkannya untuk kebaikan semua orang,” ungkap Pastor Gonzalo.

Gonzalo muda lahir di keluarga yang belum mengenal iman. Ia bahkan baru mulai memeluk agama Katolik saat ia duduk di sekolah menengah. Ia rupanya tersentuh oleh kesaksian sukacita para imam, yang berkarya melayani orang miskin yang mereka temui. Ia kemudian merasa terpanggil untuk menjadi imam, dan mengabdikan hidupnya bagi anak-anak miskin dan terlantar di Uruguay.

Tahun 2006, Pastor Gonzalo ditahbiskan sebagai imam Keuskupan Agung Montevideo. Selanjutnya, ia diutus belajar teologi di Roma, Italia. Ia kemudian mendirikan Sekolah Menengah Jubilar Juan Pablo II untuk anak-anak jalanan di Montevideo dan melayani sebagai kepala sekolah selama sembilan tahun, sebelum ditugaskan kembali di paroki.

Sebagai pemimpin Sekolah Jubilar, Pastor Gonzalo bertanggung jawab atas operasional harian sekolah. Ia membentuk tim dengan komitmen kuat untuk memastikan proses pendidikan yang baik. Ia juga bertanggung jawab untuk megupayakan pendanaan yang memungkinkan peningkatan kapasitas sekolah. Upaya ini berhasil, sekolah ini selanjutnya mampu menampung siswa tiga kali kapasitas awalnya. Bersama dengan timnya, ia membuat model pendidikan swasta di daerah kumuh dan model yang ia buat dipelajari untuk direplikasi di seluruh Uruguay.

Komunitas masyarakat di daerah ini kesulitan untuk melanjutkan studi anak remaja mereka setelah menyelesaikan pendidikan dasar. Karyanya ini juga didukung oleh Yayasan Katolik Belanda, Kirche in Not. Yayasan ini menyediakan modal untuk pembangunan gedung.

Perjuangan Pastoe Gonzalo akhirnya memberinya penghargaan Eisenhower Fellowship tahun 2012. Sebuah penghargaan yang didedikasikan untuk Presiden Dwight D. Eisenhower dan diberikan oleh Yayasan Eisenhower Fellows sejak 1953. Ia mendapat penghargaan ini atas perannya dalam perubahan sosial di Uruguay.

Setelah pelantikan Paus, Pastor Gonzalo ini kembali ke keuskupan asalnya untuk melanjutkan karyanya di paroki. Sejak itu tidak ada media yang menyorotinya lagi, hingga Minggu, 26/1, ketika Takhta Suci menyampaikan, Sri Paus menunjuk imam yang bukan dari kalangan kuria Vatikan ini sebagai Sekretaris Paus, menggantikan Mgr. Fabian Pedacchio, yang melayani sejak 2013 hingga 2019.

Sebagai sekretaris baru, Pastor Gonzalo akan bahu-membahu dengan Pastor Yoannis Lahzi Gaid, yang terlebih dahulu ditunjuk untuk fungsi yang sama. Sejak awal masa kepausannya, Paus Fransiskus menyatakan, ia tidak menginginkan Sekretaris Pribadi yang menjadi “penjaga gerbang” bagi Paus. Nyatanya, selama ini Sekretaris Pribadi Paus terkesan menjalankan pengaruh atau kekuasaan yang cukup besar pada setiap masa kepausan.

Rotasi Sekretaris

Perihal penunjukan Pator Gonzalo ini, Paus Fransiskus telah menghubungi Uskup Agung Montevideo, Kardinal Daniel Sturla, SDB seminggu sebelum pengumuman. Paus menanyakan kemungkinan penunjukan Pastor Gonzalo sebagai Sekretaris Pribadi Paus. “Pastor Gonzalo adalah milik Keuskupan Agung Montevideo dan Paus mengerti bahwa dia harus tahu pendapat saya, seperti yang saya lihat,” kata Kardinal Sturla kepada El País.

Kardinal Sturla sendiri merasa bangga, seorang imamnya ditunjuk pada posisi yang cukup penting dalam Takhta Suci. “Akan menyenangkan bagi keuskupan ini, Gonzalo bisa melayani Anda. Bagi Gereja Uruguay, adalah suatu kehormatan dan kebanggaan, seorang Uruguay melayani penerus Petrus,” jawabnya.

Kepastian ini datang beberapa hari kemudian, Pastor Gonzalo sendiri yang menyampaikan kepada Kardinal Sturla, Paus mengajukan tawaran itu padanya. “Bagi orang Katolik, Paus adalah wakil Kristus, melayani Paus berarti berada di jantung Gereja,” kata Kardinal Sturla dengan gembira. Saat ini, Pastor Gonzalo telah berkantor dan tinggal di Domus Santa Marta, di rumah yang sama di mana Paus tinggal.

Hermina Wulohering

HIDUP No.08, 23 Februari 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles