HIDUPKATOLIK.COM— KATAKESE Paus Fransiskus mengenai kelemahlembutan langsung terpancar saat seorang pria berambut gondrong dengan warna hampir putih mencium mesra dahi Bapa Suci. Pria berjaket biru itu bahkan terlihat menekan hidungnya ke wajah Paus yang menandakan hangatnya kedekatan yang ingin ia bagikan. Paus Fransiskus pun tampak tersenyum mendapat sambutan hangat itu. Sebelumnya, keduanya saling bertukar sapa. Adegan di Aula Paus Paulus VI saat audiensi umum pada hari Rabu, 19/2, (diperuntukkan bagi mereka dengan berbagai disabilitas) ini pun menjadi viral di dunia maya dan semua orang bertanya siapakah kiranya pria itu?
Nama pria itu adalah Philippe Naudin. Ia adalah seorang aktor yang menderita meningitis saat masih bayi. Philipe lebih dikenal sebagai Bouba. Seperti dilansir Aleteia, 19/2, perjumpaan dengan Bapa Suci adalah kedua kali baginya. Phillipe juga mengutarakan bahwa Paus juga memintanya untuk terus mendoakannya.
Ekspresi sukacita Philippe yang telah menghipnotis seluruh dunia itu memiliki sebuah kisah iman. Ia pun menceritakan perjalanan panjang hidupnya yang dipenuhi pergulatan iman, harapan, dan kasih.
Sepuluh hari setelah Philippe lahir, ia didiagnosa menderita meningitis yang membuatnya lumpuh. Oleh karena itu, ia harus tinggal di rumah sakit selama 7 tahun. Selama itu, ia tidak bisa bergerak atau berbicara. Namun pintu harapan mulai mengetuk saat musim panas 1978. Ibu Philippe mendaftarkannya untuk berziarah ke Lourdes yang diselenggarakan oleh Keuskupan Moulins dengan harapan mendapat mukjizat dari Perawan Maria. Philippe pun berangkat dengan menggunakan kursi roda.
Saat berada di Lourdes, Philippe mengaku bingung dengan apa itu mukjizat. Philippe yang berusia 7 tahun kala itu hanya memiliki pikiran sederhana. Perawan Maria akan memberinya hadiah. Maka, ketika berdiri di depan gua dengan hati polos kekanak-kanakannya ia pun menerima suara yang berdesir di lubuk hatinya, “Aku akan memberimu dua hadiah.” Philippe kecil pun berbisik kepada dirinya sendiri, “Wow, dia akan memberiku permen dan kue.” Namun, pikiran itu langsung ditepis, “Bukan itu melainkan kamu akan bangun dan berjalan kemudian kamu akan berbicara dan memberikan kesaksian tentang apa yang akan terjadi padamu.”
Malam sebelum Philippe pergi, ia meminta seorang perawat untuk membawanya ke toilet. Di sana, ia meninggalkan kursi rodanya dan kembali merangka. Di kereta dalam perjalanan pulang, Philippe yang bisu sontak mengucapkan kata pertamanya, “Mama!”. Ibunya terkejut sekaligus berharap suatu saat nanti anak laki-lakinya dapat berbicara dan berjalan.
Pada ziarah berikutnya, kondisi Philippe mulai menunjukkan tanda baik. Ia bisa berbicara dan dapat berjalan dengan lebih baik. Kondisi ini pun membuat dokter di Rumah Sakit Universitas Clermont-Ferrand bingung. Bagi Philippe, itulah dua hadiah yang dipercayakan Perawan Maria kepadanya. Kemudian saat berusia antara 10 dan 12 tahun, ia bisa bersekolah di sekolah Notre Dame de Lourdes di Vichy.
Felicia Permata Hanggu
Bunda Maria,doakanlah kami org yg berdosa ini,skrg dan pada waktu kami mati amin…
Haru bercampur sedih