HIDUPKATOLIK.com – Pelayanan tidak sebatas di dalam paroki sendiri, namun juga lintas paroki.
Semangat yang mendasari terbentukknya Paduan Suara Vocalista Paradiso (Vopar) adalah keinginan untuk memuji nama Tuhan dengan sukacita. Lahir di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda
(HSPTB) Tangerang, Banten, Vopar bermula dari kesamaan hobi. Di awal terbentuknya, ada beberapa orang muda yang memiliki hobi menyanyi bertemu dan terbentuklah Vopar.
Mei tahun ini, Vopar akan berusia lima tahun. Dengan anggota yang rutin berlatih sebanyak 45 orang, paduan suara ini akan setia melayani umat Allah. Tidak hanya untuk Paroki Tangerang, mereka juga membuka diri untuk menyumbangkan
talenta bagi kepentingan Gereja secara lebih luas. Keberadaannya yang masih belia ini, tidak menyurutkan semangat untuk ikut mewarnai perkembangan nyanyian Liturgi Gereja.
Menghimpun Umat
Awal membangun Vopar, tutur Dominikus Endras Restijanto, mereka kesulitan mencari anggota. Endras mengakui, umat kurang berminat bergabung karena masih baru. “Jadilah Vopar hanya punya empat orang di posisi sopran, tenor dua orang, alto dua orang dan bahkan posisi bass belum terisi,” kenang Ketua Vopar ini.
Walaupun dihadang tantangan, Vopar tidak berhenti. Anggota Vopar kala itu mencari cara. Mereka mengajak teman-teman yang mereka kenal untuk bergabung. Sedikit demi sedikit, posisi
yang tadinya sangat minim mulai terisi, khususnya dengan kehadiran orang muda.
Keterlibatan orang muda Katolik perlu terus didorong untuk ikut bergabung. Menurut Endras, anak muda banyak yang memiliki kemampuan vokal bagus, tapi terkendala waktu latihan. Mereka
umumnya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Syarat menjadi anggota tidak sulit, yang paling utama adalah memiliki kesukaan bernyanyi, serta berkomitmen untuk latihan. Ia pun berharap lebih banyak umat yang akan bergabung.
Dari awalnya karena kesamaan hobi yakni menyanyi, Vopar mulai mengadakan latihan rutih setiap Senin dan Jumat malam pukul 19.30 – 21.30 WIB di Gereja HSPMTB Tangerang. Pelatih dan konduktor Vopar, Antonius Ria Deni Sulistyo mengungkapkan, antusias seluruh anggota menjadi penanda ikut berkembangnya Vopar saat ini. Seiring waktu, anggota mulai bertambah bukan
hanya orang muda saja tapi juga orang yang dewasa.
Mereka memiliki semangat untuk melayani dalam pelayanan liturgi. Keberadaan Vopar pun mulai dilihat. Dimulai dengan keterlibatan dalam Perayaan Liturgi. Pengaturan dilakukan berkala oleh Seksi Liturgi dan Vopar melayani seperti Misa Mingguan, Misa Krisma, Natal, Malam Paskah dan
pelayanan kesempatan lainnya. Selain itu, Vopar juga mulai diminta bertugas di luar Paroki Tangerang. “Sejak terbentuknya tahun 2015, sudah dua kali kelompok paduan suara kami melayani pada perayaan Misa atas permintaan Paroki Katedral Jakarta,” jelas pelatih Vopar yang juga pengajar musik SMA St. Thomas Aquinas, Tangerang ini.
Deni mencermati, anggota Vopar bersemangat dalam latihan. Vopar memilih visinya yakni setia dan berkomitmen melayani. Artinya, setiap anggota sadar, mereka memiliki talenta bernyanyi sebagai anugerah dari Tuhan. Dengan kemampuan ini, mereka ingin mempergunakannya untuk memuliakan nama Tuhan. “Kami menyalurkan talenta ini melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pujian kepada Tuhan lewat lagu. Tentu Vopar menyadari bahwa menyanyi dengan baik maka otomatis telah berdoa dua kali,” ujarnya.
Mengundang Kaum Muda
Beberapa waktu lalu, Vopar turut memeriahkan ajang Pesta Paduan Suara Nasional pertama Provinsi Banten yang berlangsung di Paroki St. Laurensius Alam Sutera. Meski belum mampu meraih juara, Vopar tetap bertekat untuk berlatih dan berusaha bersaing secara sehat. Endras mengakui, lewat pengembangan talenta ini, setiap anggota Vopar akan mampu menjalin hubungan lebih dekat dengan Tuhan.
Saat memasuki usianya empat tahun, Vopar membuat suatu kegiatan yang berhubungan dengan program mereka. Misalnya, menggelar konser yang sudah dilaksanakan pada 10 Mei tahun lalu. Menurut Endras, melalui konser yang
pertama kali ini, Vopar ingin merangsang minat umat, khususnya kaum muda, untuk bergabung.
Vopar tidak mengusung suatu tekad yang muluk-muluk. Terpenting bagi anggota Vopar adalah latihan bersama. Sebagai pengejawantahan kebersamaan ini, Vopar juga ingin bisa melayani Tuhan dengan talenta yang dimiliki. Dengan bergabung bersama Vopar, anggota semula yang tidak bisa membaca notasi musik, dapat berlatih hingga mampu membaca notasi musik dengan baik. Bergabung bersama Vopar tak ubahnya mengikuti sekolah musik dengan pelatih-pelatih yang kompeten.
Seperti halnya yang dialami Maria Jeanita. Ia mengatakan, motivasinya bergabung dalam Vopar, ingin mengembangkan kemampuan menyanyi. Selain itu, ia ingin menjalin keakraban dengan teman-teman lainnya. “Bagi saya, di Vopar bukan sekadar sarana untuk mengembangkan suara. Di sini saya belajar dan berbagi pengalaman dengan
anggota lainnya,” tuturnya.
Moderator Vopar, Romo Benedictus Cahyo Christanto, SJ mengatakan, keberadaan Vopar merupakan hal yang sangat positif. Apalagi, menurutnya, kegiatan Vopar bisa mendorong kaum muda untuk ikut bergabung dalam paduan
suara lainnya. “Saya merasa kehadiran Vopar sangat berguna bagi kelanjutan dan perkembangan liturgi gereja, yang disebut liturgi inkulturasi. Liturgi yang membebaskan dan kita perlu tahu, bahwa ini adalah Gereja Katolik Indonesia yang berarti perkembangan sesuai dengan nilai-nilai Katolik Indonesia,” katanya.
Sesuai dengan Lumen Gentium atau Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, lanjut Romo Cahyo, di mana Gereja Katolik berada, perlu berbaur di tengah masyarakat. Gereja harus menjadi dekat
dengan masyarakat lokal atau umat Allah. Gereja juga harus terus mendorong konsistensi umat Allah untuk bertekun melayani dengan suara yang mereka miliki.
Gereja Katolik sangat kaya, variatif, akomodatif terhadap budaya, tanpa menghilangkan nilai Kristiani berhubungan dengan karya-karya lagu yang dinyanyikan. Seluruh umat berharap, Vopar ke depan bisa terus mengantar umat semakin dekat dengan Allah lewat lagu-lagu yang mereka bawakan.
Konradus R. Mangu
HIDUP NO.07 2020, 16 Februari 2020