HIDUPKATOLIK.com Nama J.B. Sumarlin – lengkapnya Johanes Baptista Sumarlin – oleh sebagian kalangan disejajarkan dengan nama besar Sumitro Djojohadikusumo, Widjojo Nitisastro, dan Ali Wardana. Mereka adalah arsitek-teknokrat ekonomi Indonesia zaman peralihan dari Soekarno ke Soeharto yang berkuasa selama Orde Baru. Dua puluh tahun Sumarlin menjadi salah satu menteri kepercayaan Soeharto, sebelum akhirnya ia menduduki kursi Ketua Badan Pemeriksa Keuanngan (BKP) di akhir rezim Soeharto.
Dalam kurun 20 tahun itu, tak jarang juga ia dipercaya memegang jabatan menteri ad interim pos tertentu, bila ada menteri yang bertugas ke luar negeri, diberhentikan atau berhalangan tetap. Belum lagi, ia harus bolak-balik ke kampus Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat, sebagai tenaga pengajar di Fakultas Ekonomi. Kelak, ia menjadi guru besar di fakultas ini. Bisa dibayangkan, betapa sibuknya pria bertubuh mungil ini. Suatu saat, ia “lupa” berangkat ke Bandung ,untuk menemani anak-anaknya liburan akhir pekan. Padahal, ia sudah minta istri dan dan anak-anaknya duluan ke sana.
Sumarlin dikenal sebagai sosok pekerja keras, tak mengenal batas waktu. Dedikasinya amat tinggi untuk memberikan yang terbaik yang ia miliki sebagai doktor ekonomi lulusan Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat. Tak sempat ia menghela nafas sekembali dari Amerika, berbagai jabatan dan pekerjaan diserahkan kepadanya. Ia pun menggebrak di mana-mana. Tak ada pos kementerian/lembaga yang ia tinggalkan tanpa gebrakan. Termasuk ketika ia menjabat tiga bulan sebagai Menteri Pedidikan ad interim menggantikan Nugroho Notosusanto. “Gebrakan Sumarlin” itu hingga kini masih dikenang oleh para penerusnya di pos yang ia pimpin, termasuk Kementerian Keuangan.
Jika Prosiden Joko Widodo dikenal dengan blusukannya, Sumarlin dikenal dengan sidak-sidak dan penyamarannya. Ia pernah menyamar sebagai karyawan di sebuah lembaga dengan nama Ahmad Sidik. Dengan “operasi” itu, ia berhasil membongkar praktik-praktik pungutan liar yang dilakukan oknum di Kantor Bendahara Negara (KBN). Dalam hal sidak, tak terbilang banyaknya Sumarlin melakukannya. Tujuannya jelas, ia ingin melihat kenyataan riil di lapangan. Ia tak mau hanya mengandalkan laporan asal bapak senang anak buahnya. “Beliau bahkan tidak segan menyamar sebagai pegawai RS Cipto Mangunkusumo dalam rangka membongkar praktik korupsi yang ada dan untuk mencari tahu sendiri siapa pelakunya,”ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani. Maka, setiapkali ia menyampaikan laporan dan minta persetujuan atas usulan kebijakan yang akan diambilnya untuk mengatasi masalah yang tengah ditanganinya, hampir pasti disetujui presiden.
Pemberani dan berintegritas, itulah sosok Sumarlin hingga akhir hayatnya. Asalkan, demi kepetingan bangsa dan negara, ia tak akan gentar menghadapi rintangan apapun. “Apa boleh buat, keluarga pun perlu memahami bahwa pengabdian saya kepada negara memang harus total dan tuntas. Tidak bisa setengah-setengah,” ujarnya suatu saat.
HIDUP NO.07 2020, 16 Februari 2020