HIDUPKATOLIK.COM Sekolah Katolik Unggul untuk Bangsa Bermartabat. Ini tema yang diusung dalam Konferensi Sekolah Katolik Indonesia 2020 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jumat-Minggu, 10-12/1. Dihadiri sekitar 800 guru dan pemerhati pendidikan dari perbagai daerah, konferensi pendidikan pertama ini membicarakan aneka problematika yang tengah dihadapi oleh sekolah Katolik di tanah air.
Perubahan zaman yang tak mungkin dielakkan ditengarai sebagai salah satu pemantik dari masalah krusial, yang mendera sekolah-sekolah Katolik di pelbagai tempat; utamanya menyangkut identitas sekolah Katolik. Bagaimana sekolah-sekolah Katolik menampilkan jatidirinya sebagai lembaga pendidikan yang mengusung visi dan misi Gereja di tengah dunia.
Selain masalah identitas, masalah krusial lain yang juga disoroti adalah makin berkurangnya murid-murid di sejumlah sekolah Katolik. Hal ini berdampak langsung pada masalah finansial sekolah (yayasan). Jumlah murid yang sedikit, secara otomatis pemasukan akan berkurang. Sementara roda sekolah musti berputar, beban operasional, gaji guru, karyawan dan lain-lain. Kemerosotan jumlah murid ini disinyalir merupakan dampak langsung program pemerintah yang membebaskan biaya pendidikan di sekolah-sekolah umum atau negeri. Kebanyakan orangtua berlari melihat ini.
Sekolah-sekolah Katolik yang non unggulan menjadi pilihan terakhir bagi sebagian kalangan umat Katolik sendiri. Bagi mereka, kualitas bukan menjadi prioritas, yang penting anak bisa sekolah. Walau harus pula diapresiasi, makin banyak sekolah pemerintah yang makin bermutu pada tingkat Sekolah Menengah Umum dan peluang masuk ke perguruan tinggi negeri lebih terbuka.
Jika kita merujuk pada tema konferensi ini, tatangan ke depan tampaknya akan jauh lebih berat. Tak hanya bagi sekolah-sekolah Katolik, tapi juga sekolah-sekolah swasta yang lain. Bagaimana menerjemahkan kata “unggul” itu dalam kebijakan operasional di lapangan sehingga sekolah Katolik dilirik kembali oleh para orangtua yang ingin menyekolahkan anak-nya. Walaupun, para pemangku kepentingan sekolah-sekolah Katolik tidak perlu terlalu khawatir tetapi jangan terlena karena ternyata model sekolah Katolik telah sedikit banyak mampu menjawab tantangan yang dihadapi negeri di bidang pendidikan.
Ketika masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan, pendidikan di lingkungan lembaga Katolik telah memenuhi sebagian penguatan pendidikan karakter (PPK). Bahkan ia mengaku ingin mengadopsi model pendidikan di lembaga Katolik tersebut untuk diaplikasikan dalam kebijakan PPK di lingkungan sekolah umum. Ia mengambil contoh boarding school. Menurutnya, model ini telah berbasis nilai dan karakter karena para pengasuh selalu bersama para siswa untuk menjaga nilai keagamaan sebagai penguatan karakter siswa.
Langkah yang diambil oleh Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja, Majelis Nasional Pendidikan Katolik bersama dengan pihak lain untuk menggelar konferensi ini adalah langkah strategis. Perlu terobosan baru. Jikalau tidak, semuanya akan berjalan seperti biasa, business as usual. Bahkan, situasinya bisa lebih buruk dari yang sekarang jika setelah konferensi kemarin, butir-butir yang telah disepakati bersama tanpa tindak lanjut yang konret.
HIDUP NO.07 2020, 16 Februari 2020