HIDUPKATOLIK.com – Setiap orangtua hendaknya tidak membiarkan cahaya anak-anak redup. Anak-anak adalah wujud cinta Tuhan di dunia.
Setiap tahun, Gereja Katolik memperingati Hari Anak dan Remaja Misioner Sedunia. Di tahun 2020,
perayaan ini dirayakan pada Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani), Minggu, 05/02.
Di Keuskupan Manado, peringatan Hari Anak dan Remaja Misioner ini dilaksanakan di Aula Mapalus
Gubernur Manado, Sulawesi Utara dengan tema, “Aku Bintang Misioner, Aku Mewartakan Injil”. Sekami Kevikepan Manado bertindak sebagai panitia pada perayaan Hari Anak dan Remaja Misioner Sedunia ke-177 ini.
Kegiatan ini diawali dengan Perayaan Ekaristi yang
dipimpin Uskup Manado, Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu, MSC. Ia didampingi Uskup Emeritus Manado, Mgr. Joseph Suwatan, MSC dan Kepala Paroki St. Ignatius Manado, Pastor Damianus Yangko Alo beserta beberapa imam lainnya.
Cahaya yang Pudar
Menurut Pastor Yangko, perayaan tahun ini dirayakan begitu istimewa. Homili yang biasanya disampaikan pemimpin Misa, pada kesempatan ini dibawakan dalam bentuk drama yang diperankan anak-anal Sekami Paroki St. Ignatius. “Drama ini
menceritakan tentang kelahiran Yesus di dunia. Pesannya adalah bayi Yesus bintang kejora bagi
seluruh dunia. Maka kehadiran Yesus, bisa menjadi bintang kejora juga bagi anak-anak dalam seluruh hidup mereka,” ujar Pastor Yangko.
Sementara itu, Mgr. Rolly dalam pesannya mengaku terpesona dengan pribadi anak-anak. Ia menjelaskan, keinginannya untuk belajar seperti jiwa seorang anak. Baginya, sifat seorang anak
adalah kepolosan, jujur, semangat, dan penuh keceriaan. Karena itu, kata Mgr. Rolly, anak-anak harus dihargai dan diberi kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang sesuai harapan Yesus.
Mgr. Rolly menjelaskan, kenyataannya banyak anak
yang terbuang, terlantar, bahkan mengalami siksaan fisik dan psikis. Hal ini tentu mendatangkan trauma, stres, dan persoalan lainnya bagi anak. Di banyak tempat, anak-anak
yang dipaksa bekerja lebih dari delapan jam. Ada juga yang menjadi pengemis untuk orang lain. Ada juga anak yang disulut rokok oleh orang tua, di tendang dengan keras oleh sang ayah.
Ada juga bayi yang dibuang dan dibunuh, karena perasaan malu karena hamil di luar nikah. Ada banyak anak yang di panti asuhan yang selalu rindu kepada orangtua mereka. Banyak anak yang
harus makan sekali sehari karena kemiskinan. Mgr.
Rolly menyebutkan, begitu banyak fenomena penderitaan terhadap anak lainnya. “Bagi saya, anak-anak yang demikian menandakan, bahwa orangtua telah berusaha memudarkan bintang yang sedang gemerlap. Jangan menjadi orangtua yang kejam terhadap anak. Mereka adalah bintang-bintang kejora bagi dunia,” pesan Mgr. Rolly kepada setiap orangtua.
Mgr. Rolly mendukung penuh setiap pastor paroki yang membuat program-program kerja bagi pengembangan iman anak. Hendaknya, para pastor paroki memperkenalkan iman kekatolikan kepada anak-anak. Hal ini akan membantu anak-anak mengalami dan merasakan cahaya bintang
kejora dalam hidup mereka. “Semua itu tentu dapat tercapai kalau setiap remaja misioner mampu menjadi sahabat bagi sesama. Hal itu perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana tertuang dalam semboyan, ‘Children Helping Children’,” jelas Mgr. Rolly.
Di kesempatan yang sama, Vikaris Episkopal Manado, Pastor Benny Pangkey dalam sambutannya mengulas tentang makna perjalanan Tiga Raja menuju ke tempat kelahiran Yesus Kristus. “Kita berkumpul karena ada kesadaran bersama bahwa kita adalah raja-raja kecil yang sedang dalam peziarahan hidup mengunjungi Sang Raja besar yaitu Yesus Kristus,” pesannya.
Lexi Kalesaran (Manado)
HIDUP NO.02 2020, 12 Januari 2020