HIDUPKATOLIK.com – Tahun 2019 ini Gereja Katolik masih menghadapi persoalan dan tantangan yang tidak mudah. Akan tetapi harapan tetap tidak menghilang, karena berbagai upaya pembaharuan dan langkah membangun kesetiaan akan perutusan yang diembannya perlahan telah terlihat, sehingga betapapun langkahnya masih berat, namun tatapan arahnya terasa cerah.
Skandal
Gereja masih terus dihantui oleh persoalan skandal penyelewengan seksual di kalangan klerus. Betapapun berbagai upaya sudah dibuat, namun masih saja persoalan berat menghadang. Bahkan di Amerika Serikat (AS), diperkirakan akan muncul lagi kasus-kasus besar yang belum tersingkap.
Pada tanggal 21-24 Februari 2019, Paus Fransiskus mengadakan pertemuan dengan para pemimpin konferensi-konferensi uskup membahas persoalan ini, untuk mengingatkan bahwa ini adalah persoalan akut yang membawa krisis di dalam tubuh Gereja. Menindaklanjuti pertemuan tersebut Paus pada tanggal 7 Mei 2019 mengeluarkan Motu Proprio Vos Estis Lux Mundi, norma tentang tatanan dan prosedur penanganan kasus-kasus perlindungan terhadap mereka yang rentan dari penyalahgunaan wewenang. Langkah serius dan sungguh masih perlu dilakukan.
Skandal kedua di tahun ini adalah apa yang disebut sebagai “Vatileaks” kedua. Yang terjadi adalah kebocoran dokumen yang terkait dengan kebocoran keuangan karena investasi yang tidak tepat. Penyelidikan atas kasus ini masih berlangsung sampai sekarang. Investasi memang diperlukan, agar Gereja memiliki dana cukup untuk menjalankan misinya. Namun kesalahan yang dibuat, bisa malah menjadikan uang hilang. Korupsi terjadi pula dalam tubuh Gereja. Paus lalu membenahi tim keuangan Vatikan. Kita tunggu hasil pembenahan ini.
Transparansi relasi dan finansial menjadi tuntutan, sudah disuarakan dalam pertemuan menjelang Konklaf 2013. Keduanya menentukan kredibilitas pelayanan Gereja. Fransiskus menyebut sebagai klerikalisme, sebagai salah satu penyakit yang menjangkiti Gereja.
Misi Evangelisasi
Paus Fransiskus berulangkali mengingatkan akan tugas pokok Gereja: mewartakan Injil. Sudah dalam Evangelii Gaudium, dia mengingatkan akan pudarnya daya misi Gereja. Maka pada bulan Oktober 2019 dijadikan secara khusus sebagai bulan evangelisasi. Selain itu Paus juga mempersiapkan pembenahan struktur Vatikan, agar Gereja semakin siap sedia mewartakan iman.
Dokumen Praedicate Evangelium sedang disiapkan untuk pembenahan tersebut. Namun pembaharuan disebut sudah tampak dari suasana kunjungan ad-limina para Uskup, penekanan akan proses sinodal dalam kehidupan Gereja, maupun dari komposisi kardinal yang diangkat Paus dan pengangkatan Luis Tagle, Uskup Agung Manila, sebagai Prefek Kongregasi Bangsa-Bangsa, kongregasi yang punya peran penting dalam struktur Gereja universal. Gereja ingin semakin berwajah misioner, sehingga keberagaman dan universalitas Gereja semakin diperlihatkan.
Dua peristiwa menyertai wajah misioner ini. Pertama, penandatangan Dokumen Abu Dhabi, tentang persaudaraan umat manusia, yang ditandatangi Paus Fransiskus bersama imam besar Al-Azhar, Ahmed el-Tayeb, pada 4 Februari 2019. Dokumen ini disambut luas, bahkan kini melibatkan kalangan Yahudi serta PBB. Kedua, Sinode Amazon, yang seakan menjadi batu uji bagi misi Gereja secara kontekstual, yang bisa berlaku untuk kawasan lain. Diperkirakan dokumen buah dari sinode ini akan segera dikeluarkan Paus.
Dialog bagi kemanusiaan digalakan, dengan tekanan akan isu genting masa kini: ekologi. Tidak mengherankanlah kalau Paus mengeluhkan kurangnya komitmen ekonomi dan politik akan persoalan lingkungan. Selain itu berulangkali dia mengecam sikap hidup yang semakin sempit, tertutup sehingga dialog dan keterbukaan semakin sulit dibangun.
Gereja masih berjalan, tantangan masih menghadang. Keprihatinan masih membayang, namun harapan sudah menampakkan cahayanya.
T. Krispurwana Cahyadi, SJ
Direktur Pusat Spiritualitas Girisonta
HIDUP NO.52 2019, 29 Desember 2019