HIDUPKATOLIK.com – Presiden Akademi Kepausan untuk Kehidupan, Mgr. Vincenzo Paglia mengatakan, dia bersedia memegang tangan seseorang yang sekarat karena bunuh diri. Meski tindakan ini, diakuinya bukan dukungan implisit untuk praktik bunuh diri itu sendiri. Mgr. Paglia mengatakan hal ini, dalam konferensi pers di Vatikan 10/12, sebelum dimulainya simposium dua hari, 11-12/12, yang disponsori oleh Akademi Kepausan untuk Kehidupan dan WISH, sebuah lembaga yang menjadi bagian dari Qatar Foundation.
Menjawab pertanyaan tentang bunuh diri yang dibantu dan apakah seorang Katolik atau imam Katolik dapat hadir pada kematian seseorang karena bunuh diri, Mgr. Paglia mengatakan ia akan bersedia melakukannya, karena Tuhan tidak pernah meninggalkan siapa pun. “Dalam hal ini, untuk menemani, untuk memegang tangan seseorang yang sedang sekarat, saya pikir tugas besar yang harus dipromosikan setiap orang beriman,” katanya.
Pekan lalu, para uskup Swiss merilis panduan tentang perawatan pastoral untuk seseorang yang bunuh diri. Dokumen itu mengatakan, petugas pastoral tidak boleh hadir selama kematian seseorang karena bunuh diri. Menanggapi ini, Mgr. Paglia mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan siapapun. “Lupakan aturan itu, saya percaya bahwa tidak ada yang harus ditinggalkan.”
Simposium ini akan diisi dengan presentasi tentang kasus bunuh diri oleh perwakilan agama Kristen, Islam, dan Yahudi. Simposium akan membahas tentang topik etika medis, kesehatan mental orangtua, dan kerja sama antaragama untuk memasukkan spiritualitas ke dalam perawatan paliatif.
Antonius E. Sugiyanto
HIDUP NO.52 2019, 29 Desember 2019