HIDUPKATOLIK.com – Bangunanya berdiri nan kokoh dengan pilar-pilar yang menjulang tinggi, mengabadikan nama misionaris legendaris. Katedral ini turut menghiasi wajah Pulau Maluku yang damai.
Siapa tidak mengenal Santo Fransiskus Xaverius, khususnya umat Kristiani di Maluku. Santo Fransiskus Xaverius adalah seorang misionaris yang datang tahun 1546 dan membawa agama Katolik masuk ke Maluku.
Kepala Paroki Santo Fransiskus Xaverius Ambon, Pastor Patrisius Angwarmas mengatakan Keuskupan Amboina mempunyai penghargaan yang sangat mendalam terhadap Fransiskus Xaverius karena jasa-jasanya yang memelopori kelahiran Gereja Katolik, namanya pun diabadikan sebagai nama Katedral Ambon.
Melangkah memasuki pintu gerbang Katedral yang tidak terlalu tinggi, pandangan langsung tertuju dengan arsitektur bagunan utama gereja yang bergaya Eropa. Tidak cukup memadang sampai bangunan utama saja. Sedikit mengadah ke arah atap, terdapat 12 patung para rasul.
“Uskup Amboina, Mgr. P. C. Mandagi, MSC, sendiri yang pesan patung-patung ini langsung dari Italia” ujar Pastor Patrisius. Sebelum bangunan baru, Pastor Patrisius menambahkan, bangunan sebelumnya memang sudah ada patung-patung tersebut tetapi letaknya di depan gereja bukan di atas atap. “Sedikit makna dari Katedral ini, dengan patung 12 rasul, mereka adalah pelopor pembangunan Gereja Universal, agar mereka senantiasa mendokan keuskupan ini untuk terus berkembang,” ungkapnya.
Pastor Patrisius menjelaskan, selain patung 12 para rasul, terdapat pula patung Santo Fransiskus Xaverius yang berdiri di tengah. Kemudian posisi paling atas dari 13 patung itu, ada patung Yesus, Raja dari Segala Raja. Jadi total ada 14 patung yang menghiasi bagunan Gotik tersebut. “Yang mau dihayati adalah bahwa mereka yang sungguh berjasa dalam pembangunan Gereja Universal tetapi juga untuk pembangunan Gereja Lokal,” jelasnya lagi.
Halaman Katedral Ambon tidak kosong begitu saja. Setelah disajikan dengan kemegahan bangunan utama Gereja, ketika melihat di samping kanan halaman, terdapat relief. Relief yang berwana emas beralaskan marmer ini menceritakan sejarah Katolik di Maluku.
Gereja yang diresmikan 24 Oktober 2004 oleh Gubernur Maluku saat itu, Karel Albert Ralahalu ini mempunyai kapel tanpa disekat sehingga di dalam gereja ada dua tabernakel. “Karena itu tandanya menunjukan ada dua tempat khusus. Yang satunya untuk gereja besar, yang satunya untuk kapel. Pada Misa harian, kapellah yang akan ditempati umat dan biasanya umatnya sedikit, sedangkan gereja utama sangat luas” ungkap Pastor Patrisius.
Tidak adanya sekat antara kapel dan gereja, Pastor Pastrisius menuturkan, bertujuan agar pada Misa mingguan jika bangku sudah penuh, umat bisa duduk di bangku kapel dan bisa tetap melihat ke altar utama.
Pastor Patrisius berharap Katedral Ambon tetap menjadi wajah damai, sukacita, dan kegembiraan bagi semua orang. “Selain itu, kita ikut menciptakan Ambon yang indah bagi semua orang dengan terus menjadi salah satu ikon bangunan indah di Kota Ambon,” pungkasnya.
Karina Chrisyantia
HIDUP NO.45 2019, 10 November 2019