HIDUPKATOLIK.com – Sosok Pastor Moses Amiset mulai dikenal ketika namanya didaulat sebagi putra Asmat pertama yang ditahbiskan menjadi imam tanggal 2 Februari 2019. Ia ditahbiskan bersama tiga frater lainnya di Gereja Katedral Salib Suci, Agats. Kebanggaan masyarakat Asmat ini disampaikan oleh tetua Adat dalam acara penyerahan di hadapan Gereja. Niko Ndepi menyatakan Pastor Moses adalah aset Gereja karena ia memulai panggilan sebagai putra Asmat. “Dia membuka pintu gerbang panggilan di tanah lumpur ini,” ujar Niko sambil menyerahkan Moses kepada Bunda Gereja melalui Uskup Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM.
Kelahiran Pau, Distrik Akat, Asmat, 5 Maret 1982 ini mengambil moto tahbisan “Jangan Takut, Aku Menyertaimu”. Bagi Mgr. Murwito, moto ini mengandung dua unsur penting yakni “jangan takut” dan “penyertaan Allah”. Keduanya menjadi penting karena menghayati kesetiaan panggilan menjadi seorang imam bukanlah perkara mudah.
Cita-cita dari anak pasutri Rafael Jeunam dan Yohana Sanam (keduanya telah meninggal) menjadi imam bertumbuh sejak kecil ketika ia tumbuh bersama teman-teman sebayanya di Kampung Pau. Ia selalu ingat saat dirinya berperan menjadi “Pastor kecil”. Pucuk sagu ia ambil dan potong lalu bagikan layaknya hosti kepada keluarga dan teman-temannya.
Panggilannya semakin kuat ketika memasuki masa remaja. Ia seolah mendapat tantangan dari buku kecil karya Pastor Hubertus Lidi, OSC, yang berjudul “Pergumulan Batin Seorang Beorpits”. Selesai membaca buku itu, ia berpikir bahwa kisah itu cocok untuknya. Ia pun bertekad untuk menjadi imam. “Pastor Lidi hanya menuliskan pergumulan orang Asmat melewati jalan menuju panggilan imamat. Tetapi, saya akan memulainya. Saya akan membuka pintu orang Asmat untuk menjadi imam tertahbis,” tutur Pastor Moses Amiset.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.45 2019, 10 November 2019