HIDUPKATOLIK.COM-SMP Seruni Don Bosco Pondok Indah, Jakarta Selatan, terus berjuang memberi yang terbaik bagi dunia pendidikan. Selain aspek akademik, aspek spiritual juga menjadi fokus perhatian baik bagi pendidik maupun subjek bina.
Terkait aspek spiritual ini, SMP Seruni Don Bosco mengadakan kegiatan Retret di Tugu Wacana-Wisma Soverdi, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Senin-Rabu, 9-11/12/2019.
Menurut Kepala Sekolah Romanus Indwarmoko, kegiatan Retreat ini adalah bentuk pengembangan aspek spiritual para murid agar mereka belajar mengenal diri baik itu kelebihan, kekurangan, atau potensi-potensi yang belum diketahui para murid. “Kegiatan ini bisa disebut proses pendewasaan sehingga anak-anak dapat bertanggungjawab terhadap diri sendiri,” ujar Romanus.
Selama tiga hari retreat ini, 25 siswa kelas 9 merenungkan tema, “Aku Bertumbuh dalam Anugerah Allah”. Tema ini menjadi penting bagi para siswa agar menyadari bahwa hidup mereka adalah anugerah Allah.
Tampil sebagai pemateri, Romo Agustinus Sunarya Sumarta SVD mengatakan dalam Misa pembukaan Retreat bahwa setiap anak memiliki potensi untuk berkembang menjadi lebih baik. Ia menyebutkan bahwa potensi itu harusnya menjadikan anak-anak bertumbuh menjadi anak kesayangan Tuhan, tetapi dalam perkembangan semuanya menjadi berubah karena banyak faktor.
Di hari pertama, khususnya sesi malam, pastor Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini/SVD) memulai materi dengan mengajak para murid belajar mengenal diri dalam pertanyaan “Siapakah Aku? Sebuah Upaya Mengenal Diri”.
Romo Naryo memperdalam materi sesi pertama dengan menambahkan refleksi pada Kejadian 1:26. Dari ayat ini, sambungnya, kalau manusia diciptakan secitra dengan Allah, artinya manusia diciptakan sempurna. Karena yang menciptakan adalah Allah, maka tidak seorangpun yang berpikir negatif, dan menghakimi orang lain.
“Pesannya adalah kita belajar menerima orang lain dengan berbagai perbedaan baik suku, agama, bahasa, agar citra Allah tetap dirasakan semua orang, “jelasnya.
Ia menambahkan, semua manusia berhak untuk mengambarkan diri dan itu hal yang alami. Masalahnya adalah gambar diri itu bersifat subjektif dan tidak sesuai dengan kenyataan, bohong, berpura-pura. Artinya tidak tampil secara ideal sebagaimana adanya. “Inilah kenyataan yang membuat seseorang memiliki gambaran negatif terhadap dirinya. Jika self image terlalu jauh dari self ideal maka akan mengalami penolakan diri atau low self esteem.”
Yusti H. Wuarmanuk