HIDUPKATOLIK.com – Sejak semula Allah menyertai manusia yang berjuang dalam hidupnya. Dalam penyertaan-Nya, Allah menggunakan cara-Nya sendiri. Cara ini kadang masih bias bagi manusia, bahkan sulit dimengerti. Akan tetapi, rencana dan keselamatan Allah bagi manusia tetap berlangsung terusmenerus.
Dalam karya penciptaan Allah, pembaca diantar untuk memahami, bahwa kisah penciptaan manusia menjadi bagian dari proses Allah mengatur dan mengharmonisasikan “kekacauan” menjadi ciptaan yang “baik” dan “teratur”. Laki-laki sebagai wujud konkret maskulin dan perempuan sebagai wujud konkret feminin sejak semula ada dalam pikiran Allah sebelum penciptaan. Kendati keduanya memiliki perbedaan, unsur maskulin dan feminin menjadi hakikat yang sejajar untuk melengkapi hingga kepenuhannya.
Dalam buku ini, penulis mengulas lebih khusus andil perempuan dalam karya keselamatan Allah, yang dibingkai dalam Kitab Taurat (Pentateukh). Meski Kitab Taurat ditulis dalam konteks patriarkal, di mana peran kaum laki-laki mendominasi segala lini, penulis berusaha menyajikan pembahasan yang mengantar pembaca untuk memahami kisah sebagaimana kisah tersebut harus dipahami.
Kisah dalam Alkitab tentu bukanlah pertama-tama mengisahkan kesucian dan kesempurnaan manusia, melainkan mengisahkan Allah dalam belas kasihan-Nya. Allah mendampingi dan menopang manusia dalam ketidaksempurnaan dan kerapuhannya. Alkitab berbicara lebih tentang kesempurnaan Allah dari pada kesempurnaan manusia. Dengan demikian, penyertaan Allah tidak hanya tertuju kepada laki-laki, melainkan juga perempuan.
Dalam hidup ini terdapat pandangan stereotif, bahwa perempuan ditempatkan sebagai “pemeran pembantu”. Namun dalam hal keselamatan, perempuan justru sekaligus menjadi “pemeran utama” dalam karya keselamatan. Mereka adalah, Hawa, Lilit, Sara, Hagar, istri dan anak perempuan Lot, Ribka, Lea dan Rahel, Dina, Tamar, istri Potifar, Asnat, para perempuan di sekitar masa kecil Musa, Zipora serta Miryam.
Meski mereka dilibatkan dalam rencana dan karya keselamatan Allah, mereka juga tetap memiliki kelemahan manusiawi. Mereka menjadi manusia yang berada dalam “wilayah abuabu”. Mereka berada dalam dua sisi kehidupan, kebaikan maupun dosa.
Dengan gambaran perempuan-perempuan dalam Kitab Suci yang dibahas dalam buku ini, pembaca diajak untuk merenungkan hakikat keberadaan manusia. Setiap manusia adalah para pejuang kehidupan yang pantang menyerah, tatkala dihadapkan pada persoalan hidup yang tidak ringan. Dengan demikian, pembaca juga dapat melihat dan memahami andil perempuan yang sangat besar, terutama dalam karya keselamatan Allah.
Judul : Dari Hawa Sampai Miryam
Penulis : Albertus Purnomo OFM
Penerbit : Kanisius, 2019
Tebal : 298 halaman
Frater Nicolaus Heru Andrianto
HIDUP NO.49 2019, 8 Desember 2019