HIDUPKATOLIK.com – Isu-isu kebangsaan terus bergulir. Kardinal berharap agar ormas Katolik tak berhenti pada diskusi.
Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Kardinal Ignatius Suharyo menegaskan, Vox Point Indonesia (VPI) jangan hanya sebatas berdiskusi soal isu-isu kebangsaan tanpa aksi nyata. Menurutnya, banyak ormas yang program-programnya sebatas ranah diskusi formal. Soal pengejawantahan isu-isu ini masih sangat kurang. “VPI perlu keluar dan terbuka menyuarakan persoalan-persoalan bangsa dalam program kerja yang nyata,” ujarnya dalam Misa mengawali Kongres Vox Point Indonesia (VPI) di Wisma Samadi, Klender, Jakarta Timur.
Kardinal menambahkan, kemungkinan untuk “turun gunung” dan terlibat dalam situasi kehidupan bangsa jauh lebih mengena dan berfaedah. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang kongret, VPI bisa merasakan kehidupan nyata bangsa ini. “Ini sebuah partisipasi yang efektif. Sebab berbicara soal ragam isu di tengah bangsa tanpa dasar pengalaman yang kuat, kita seakan berbicara soal sesuatu yang lain,” ujar Uskup Agung Jakarta ini.
Fokus Perhatian
Sementara itu, Ketua Umum terpilih VPI, Yohanes Handoyo Budhisejati menegaskan, isu-isu kebangsaan merupakan fokus perhatian VPI. “VPI selalu berusaha tampil menyuarakan isu-isu kebangsaan di tengah situasi bangsa yang rentan terhadap radikalisme dan intoleransi,” ujarnya.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang hadir membuka kongres ini, mengapresiasi kehadiran VPI sebagai ormas Katolik yang mengembangkan nilai-nilai kebangsaan. “Wadah seperti ini sangat dibutuhkan terutama dalam menghadapi kondisi kebangsaan akhirakhir ini,” ujar Anies dalam sambutannya.
Kongres berlangsung pada 15-17 November 2019 dengan tema “Memantapkan Spirit Iman Katolik yang Berakar Pada Kristus Menuju Indonesia Maju”.
Handoyo menambahkan, kongres ini menjadi titik pijak organisasi ke depan khususnya dalam misi utama mengembangkan nilai-nilai kebangsaan dan meningkatkan partisipasi kader awal Katolik dalam mengisi ruang-ruang publik di masyarakat, baik di level eksekutif maupun legislatif, termasuk lingkungan TNI-Polri, dunia usaha, akademik, dan pergerakan sosial kemasyarakat.
Handoyo menjelaskan sudah tiga tahun VPI ada dan berbagai agenda internal organisasi terus berjalan bersama beberapa program seperti Rekoleksi Politik yang sudah memasuki angkatan VII. Selain itu ada diskusi politik yang digelar setiap bulan dan Pendidikan Politik, termasuk pengembangan organisasi. “Tanpa terasa kini VPI sudah tersebar di 17 provinsi dan 60 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum VPI, Haposan Paulus Batubara mengapresiasi keinginan Gereja untuk terlibat langsung dalam kehidupan nyata bangsa ini dengan melihat isu-isu kebangsaan. Ia menilai, banyak program VPI sudah dan sedang menuju pada program nyata, sejalan harapan Gereja. “Kami akan membuat program yang sejalan dengan pemerintah dan harapan Gereja terkait isu-siu kebangsaan,” jelasnya.
Wily Matrona
HIDUP NO.48 2019, 1 Desember 2019