HIDUPKATOLIK.com – 90 bukan sekadar angka bagi para jubah coklat namun sebagai pengingat bahwa sebagai Saudara Dina (OFM) yang semakin meraga di Nusantara.
Sesak dan ramai. Kondisi seperti itulah yang menggambarkan halaman Panti Asuhan Vincentius Putra, Kramat, Jakarta Pusat, Minggu, 17/11. Ribuan umat berdesak-desakan untuk mengantre makanan dan minuman. Setiap orang saling bertukar senyum dan sapa. Seakan tiada jarak di antara semua umat yang datang pada saat itu.
Persis di tengah halaman, panggung yang cukup luas terbentang. Di sisi kanan terdapat patung Fransiskus Assisi, di sisi lainnya, terdapat patung Malaikat Mikael. Sedangkan di panggung, pengisi acara silih berganti menghibur umat yang mulai berdatangan. Tidak hanya umat tetapi para biarawan/ti dan tentunya para jubah coklat mulai mewarnai halaman tersebut.
Tahun 2019 adalah tahun yang spesial bagi Ordo Fratrum Minorum (Ordo Saudara Dina) Provinsi St. Mikael Malaikat Agung Indonesia (OFM). Tahun ini, mereka merayakan kehadirannya di Nusantara. Dengan adanya tema “90 Tahun OFM Meraga di Indonesia”, para biarawan Fransiskan di Indonesia sedang berefleksi atas karya-karyanya selama ini.
Wujud Syukur
Sekilas, tema perayaan ini memang mirip dengan buku karangan Romo A. Eddy Kristiyanto, OFM yang diterbitkan 10 tahun lalu, berjudul Khresna Mencari Raga. Buku ini mengulas secara lengkap kiprah Ordo Saudara Dina di Indonesia.
Pastor Kepala Paroki Hati Kudus Kramat, sekaligus Ketua Panitia Perayaan Syukur, Romo Yustinus Agung Setiadi, OFM menjelaskan, perayaan ini adalah wujud syukur atas hadirnya lima Fransiskan di Indonesia pada tanggal 21 Desember 1929. Ia menjelaskan, peristiwa ini menjadi awal sejarah hadirnya para Fransiskan di bumi Nusantara.
Romo Agung menjelaskan, acara syukur ini diadakan di Kramat mengingat tempat inilah yang menjadi tujuan pertama saat para Fransiskan pertama kali datang di Indonesia. Ia menjelaskan, saat pertama kali datang di Jakarta, para Fransiskan langsung berkomunitas di Kramat. Dengan demikian, tempat ini menjadi titik tolak dari karya para Fransiskan di Indonesia. “Acara ini diadakan di Paroki Kramat, karena ketika para Fransiskan datang dari Tanjung Priok langsung diberi tempat di kompleks ini. Sebenarnya dulu tempat ini adalah karya para Jesuit dan Vikariat. Kemudian karena mereka mencari tenaga, maka Fransiskan bergabung,” ujarnya.
Menurut Romo Agung, perancangan perayaan syukur ini sudah dilakukan sejak tahun lalu. Awalnya, akan diselenggarakan tepat pada tanggal 21 Desember tetapi dirasa agak sulit karena menjelang Natal. Untuk itu sekaligus mengambil momentum Sidang Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) acara ini diadakan pula pada bulan November ini.
Bagi Romo Agung, acara ini mengingatkan Fransiskan dalam membawa pembaruan dalam Gereja. Ia menjelaskan, setelah 90 tahun berada di Indonesia, Fransiskan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi Gereja di Indonesia. Untuk semakin meningkatkan pelayanan, maka evaluasi perlu terus dilakukan agar pelayaan yang dilakukan para Fransiskan dapat terus sesuai dengan kebutuhan umat. “Pelayanan kami di tahun ini pun dievaluasi, apakah memang sungguh membawa pembaharuan?” ungkapnya.
Perayaan 90 tahun ini bukanlah perayaan puncak, Romo Agung menambahkan, 10 tahun ke depan, OFM akan menuju 100 Tahun. Dan perayaan ini adalah awal untuk menuju usia seabad Fransiskan berada di Indonesia. “Ini bukan puncak, tapi justru awal dalam melangkah 10 tahun ke depan,” tuturnya.
Spirit Fransiskan
Karya Fransiskan di Indonesia dapat berjalan tentu karena setiap dari mereka dapat menjaga panggilan mereka. Vikarius Minister OFM Provinsi St Malaikat Agung, Romo Daniel Klau Nahak, OFM, mengungkapkan, kesempatan perayaan 90 tahun ini adalah saat untuk melihat kembali spirit sebagai anggota Ordo Saudara Dina. “Tahun ini membuat kami selalu menghayati panggilan hidup kami sebagai seorang Saudara Dina. Spirit persaudaraan, spirit kedinaan, spirit kerendahan hati itulah yang akan kamu wujudkan dalam kehidupan kami dan juga dalam tugas dan pelayanan kami setiap hari dalam berbagai bidang pelayanan,” jelasnya.
Romo Daniel menuturkan, OFM akan memberikan perhatian lebih serius kepada orang-orang yang terpinggirkan. “Aksi konkret memang belum dirancang keseluruhan tetapi paling tidak bahwa kami punya satu orientasi untuk orang-orang yang tertinggal sehingga seperti di beberapa paroki, perhatian terhadap anak berkebutuhan khusus akan menjadi bagian dari pelayan pastoral kami. Kami juga akan memaksimalkan pelayanan di rumah singgah yang ada di sini, terkait dengan orang-orang tua yang tidak memiliki tempat dan sebagainya, ungkapnya.
OFM pun, Romo Daniel mengatakan, baru mengadakan Kapitel Provinsi OFM St. Malaikat Agung yang baru saja selesai dan telah menggariskan sejumlah program untuk 10 tahun yang akan datang. Kedua momen ini seakan saling melengkapi dan menjadikan perayaan syukur 90 tahun ini sebagai saat untuk berefleksi dan mengevaluasi apa saja yang sudah dilakukan para Fransiskan. “Jadi, sangat tepat bahwa tahun ini bisa dibilang sebagai refleksi kami,” pungkasnya.
Perayaan Syukur ini dibuka dengan Ekaristi yang dipimpin Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Kardinal Ignatius Suharyo. Ia didampingi Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM; Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM; Uskup Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM; Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi Potokota; Uskup Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang; dan Uskup Emeritus Bogor, Mgr. Cosmas Michael Angkur, OFM.
Dalam kesempatan ini, Kardinal Suharyo mengucapkan rasa syukur atas kehadiran Fransiskan yang turut berkontribusi bagi karya Gerejawi di Indonesia. Perayaan syukur ini juga sekaligus merayakan 50 tahun imamat Romo Kornelis Keyrans, OFM, 40 tahun imamat Romo Kees Van Dijk, OFM; dan 25 tahun hidup religius Romo Nicolao Jose, OFM; Romo Ignatius Widiaryoso, OFM; dan Bruder Aloysius Triyono, OFM.
Karina Chrisyantia
HIDUP NO.47 2019, 24 nOVEMBER 2019