HIDUPKATOLIK.com – Memasuki usia 10 tahun paroki ini terus berkembang dengan menekankan pembangunan aspek fisik dan non-fisik melalui tindak nyata mewujudkan kebersamaan untuk Indonesia.
Berawal dari 17 kepala keluarga Katolik yang hijrah dari Pusat Pendidikan Penerbang di Pangkalan Udara Kalijati, Jawa Barat, ke tempat pendidikan penerbang yang baru di Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta. Para keluarga Katolik perdana ini dengan setia bertekun dalam doa untuk saling meneguhkan dan menghibur dalam kebersamaan di sebuah ruangan untuk beribadah. Ruangan itu adalah pemberian Dinas Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Jika ditilik kembali, Paroki St Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta telah dirintis sejak 1962.
Seiring berjalannya waktu, Reksa Pastoral membutuhkan tempat yang lebih memadai. Kegiatan ibadah akhirnya berpindah tempat meminjam bekas gudang milik Dinas Materiel Mabes AU yang sekarang menjadi bangunan Gereja St Mikael Pangkalan Adi Sutjipto. Pemakaian gudang tersebut disetujui dengan diterbitkannya Skep Kasol No : Skep/64/III/1986 tertanggal 27 Maret 1986. Wakil Uskup TNI-Polri Romo Yos Bintoro yang selama 22 tahun bertugas di Akademi AU sekaligus di Gereja St Mikael Pangkalan mengenang mulanya gereja di lingkungan TNI AU ini dirintis dari bekas gudang “uji nyali” yang angker menjadi sebuah paroki mandiri di tahun 2009 yang maju, lengkap dengan segala fasilitas berikut sistem manajeman pengelolaan standar dan handal, hanya dikembangkan dalam tempo enam tahun.
Pada Hari Bakti TNI AU ke-60, tanggal 28 Juli 2007 Uskup TNI-POLRI Mgr Ignatius Suharyo selaku Uskup TNI-Polri bersama Komandan Pangkalan Udara Adi Sutjipto Marsekal Pertama TNI Benjamin Daendel memberkati dan meresmikan seluruh kompleks Gereja St Mikael Pangkalan Adisutjipto ini. Selanjutnya pada 20 September 2009, Mgr Suharyo yang kala itu sebagai Uskup Agung Semarang (KAS) menetapkan status Gereja St Mikael Pangkalan Adi Sutjipto menjadi paroki. Penetapan status ini di dasari kekhususan yang ada, yakni Reksa Pastoral yang dilakukan Gereja St Mikael Pangkalan Adi Sutjipto meliputi kategorial dan teritorial. Kategorial karena Reksa Pastoralnya menginduk kepada Keuskupan TNI-Polri, sedangkan teritorial karena menginduk kepada KAS. Kini, paroki ini membawahi tujuh lingkungan dan satu calon lingkugnan baru “limpahan” dari Paroki Marganingsih Kalasan, Sleman. Jumlah umat mencapai 937 jiwa.
Sadar akan perutusannya yang unik di tengah umat TNI AU, paroki ini merayakan lustrum ke-2 paroki berdasarkan semangat berbangsa dan bernegara. Menginjak usia ke-10, Paroki Pangkalan menggelar acara berbasis nilai-nilai kepahlawanan, seperti sarasehan kebangsaan, ziarah kebangsaan di makam pahlawan Komodor Udara Agustinus Adisutjipto dan Komodor Udara Abdulracman Saleh di Monumen Perjuangan TNI AU di Ngoto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Awal rangkaian acara lustrum ke-2 pada Agustus lalu OMK kami ajak merefleksikan sebagai bangsa, juga ziarah ke Monumen Perjuangan TNI AU di Ngoto,” ujar Pastor Paroki St Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, Romo A.R. Yudono Suwondo, Minggu, 22/9. Menyadari kekhasan paroki ini terletak di kompleks TNI AU, maka kehadiran Gereja St Mikael Pangkalan harus berdampak untuk upaya merajut kebersamaan. “Kami ingin keberadaan gereja ini tak hanya bermanfaat untuk umat sendiri, tapi bagi Indonesia,” jelas Romo Wondo.
Rangkaian acara lustrum dilakukan dengan tindakan kecil oleh OMK paroki ini, jalan sehat sambil memunguti sampah plastik di kompleks TNI AU Adisutjipto, khususnya di Museum Dirgantara. “Ini merupakan tindakan yang baik dilakukan karena paroki ini terletak di samping Museum Dirgantara TNI AU. Pada harihari tertentu, museum di sini ramai dikunjungi anak-anak sekolah,” tuturnya. Puncak acara dilaksanakan pesta umat, dilangsungkan setelah misa lustrum serta penandatanganan prasasti revitalisasi dan penataan kawasan oleh Romo Yos Bintoro dan Komandan Pangkalan TNI AU Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Ir Bob Henry Panggabean.
H. Bambang S
HIDUP NO.41 2019, 13 Oktober 2019