HIDUPKATOLIK.com – Paus mendoakan korban kekerasan bernuansa etnis di Ethiopia. Ia mengajak umat belajar dari Zakheus.
Saat memimpin Doa Angelus pada hari Minggu, 3/11, Paus Fransiskus mengajak umat beriman yang datang di Lapangan St. Petrus Vatikan, berdoa bagi umat Kristen Ortodoks Ethiopia dan korban kekerasan lainnya di Ethiopia. Paus mengatakan, ia sedih saat mendengar berita kekerasan di Ethiopia baru-baru ini.
Seperti diberitakan www.vaticannews.va,(3/11), Paus mengungkapkan kedekatannya dengan Gereja dan sesama Patriark dan Katolikos Abune Mathias. Paus meminta umat berdoa untuk semua korban kekerasan di Ethiopia. Paus juga memimpin umat untuk berdoa Salam Maria bagi para korban kekerasan ini.
Kerusuhan di Ethiopia yang terjadi pada bulan Oktober lalu menyebabkan kematian 86 orang. Kekerasan ini dipicu ketegangan antara pasukan keamanan dan seorang aktivis politik terkemuka. Ketegangan ini terjadi di Oromia, Ethiopia Tengah. Pemerintah mengatakan bahwa faktor etnis dan agama berperan dalam kekerasan.
Sementara itu, Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia adalah yang terbesar dari Gereja-Gereja Ortodoks Timur. Terdapat sekitar 45 sampai 50 juta penganut Gereja ini. Kebanyakan dari mereka hidup di Ethiopia.
Pemerintah Lambat
Atas terjadinya kekerasan ini, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memberikan tanggapannya, 3/11. Banyak yang menuduh, pemerintahan Abiy lemah sehingga memungkinkan terjadinya kekerasan ini. Perdana Menteri yang baru saja meraih Hadiah Nobel tahun 2019 ini menyangkal bahwa pemerintah lemah dan takut. Ia mengatakan, untuk merespons kejadian ini, akan memprioritaskan dialog. “Pemerintah Ethiopia berusaha murah hati dengan maksud untuk memperluas ruang politik dan demokrasi di Ethiopia,” kata Abiy, seperti diberitakan www.english.ahram. org.eg, (3/11).
Protes terhadap Abiy, muncul di Addis Ababa dan di wilayah Oromia Ethiopia pada 23/10. Protes ini dipicu seorang aktivis yang menuduh pasukan keamanan berusaha mengatur serangan terhadapnya. Ketidakstabilan dengan cepat berubah menjadi bentrokan etnis dan agama di berbagai lokasi di Oromia.
Abiy sendiri menunggu beberapa hari untuk mengeluarkan pernyataan tertulis tentang kekerasan itu. Ia dikritik karena tanggapan publiknya yang lambat. Kekerasan etnis telah menjadi masalah yang berulang di bawah pemerintahan Abiy. Hal ini menyebabkan Ethiopia mencatat lebih banyak orang yang kehilangan tempat tinggal dibandingkan negara lain tahun lalu.
Belajar dari Zakheus
Pada Doa Angelus ini, Paus menyampaikan renungan tentang pertemuan Yesus dengan Zakheus di Yerikho. Zakheus adalah seorang pemungut pajak, dan karena alasan ini dianggap sebagai pendosa publik. Ketika dia mendengar bahwa Yesus akan datang melalui Yerikho, Zakheus ingin melihat siapa Yesus itu. Ketika Yesus mendekat, Dia mendongak dan melihat Zakeus.
“Pandangan pertama bukanlah dilakukan Zakheus, tetapi Yesus yang terlebih dahulu melihat Zakheus.” Paus menjelaskan, bahwa tatapan Yesus ini adalah tatapan Ilahi, dan dengan tatapan Ilahi inilah pertobatan ajaib Zakheus dimulai.
Paus mengatakan, Zakheus yang sebelum dia serakah, sekarang dia murah hati, sebelum dia ingin mendapatkan lebih banyak, sekarang dia senang memberi. “Dalam sekejap, dia menyadari betapa picik kehidupan yang dihabiskan oleh uang,” ujar Paus.
Antonius E. Sugiyanto
HIDUP NO.45 2019, 10 November 2019