HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, kami sudah sepuluh tahun berkeluarga dengan dua anak. Saya (36) dan suami (40) sama-sama bekerja. Sekitar tiga tahun ini keintiman seksual di antara kami berkurang. Bagi saya tak begitu masalah, tapi suami menganggapnya masalah. Hal ini pernah ia katakan sambil marah-marah. Anehnya, saat saya mood bermesraan, suami kurang berminat. Saat saya tidur, ia sering membuka situs porno. Saya sebenarnya sedih dengan situasi ini. Mohon solusinya.
Margaretha Ananda, Jakarta
Ibu Ananda yang baik, tentu tak mudah menghadapi masalah perbedaan kebutuhan seksual seperti yang Anda ceritakan. Banyak hal yang akan terpengaruh oleh masalah yang Anda ceritakan, antara lain tingkat kepuasan pernikahan, kualitas hidup pada umumnya, serta dinamika kehidupan rumah tangga pada umumnya. Untuk itu, penting untuk mencari penyelesaian yang terbaik bagi kedua belah pihak.
Setiap manusia akan melewati masa di mana hasrat seksual mengalami perubahan terutama sejalan dengan bertambahnya usia. Jumlah dan kualitas hormon yang diproduksi tubuh jelas berubah saat manusia bertambah usia, yang membuat gairah serta kepuasan berhubungan seksual juga berubah. Contoh konkretnya adalah cairan pelumas alamiah yang diproduksi vagina akan berkurang saat bertambah usia, yang membuat hubungan seksual mungkin menjadi kurang nyaman jika tidak dibantu oleh pelumas buatan pabrik.
Faktor lain yang memengaruhi masalah seksual pada pasangan suami-istri adalah kondisi fisik (kelelahan, kebugaran, sehat/sakit), suasana hati dan emosi, serta interaksi dengan pasangan. Idealnya setiap pasangan akan berusaha untuk berkompromi terkait aspek seksual dalam kehidupan pernikahan. Contohnya, saat istri sudah lelah dengan pekerjaan rumah tangga dan suami ingin bermesraan, hal yang bisa dilakukan adalah membantu istri meringankan pekerjaan tersebut sehingga ia masih punya energi untuk berhubungan intim.
Jika istri ingin berhubungan seminggu sekali, tetapi suami ingin lebih sering, bisa didiskusikan jalan tengahnya. Meningkatkan kesehatan dan kebugaran fisik juga bisa dicoba. Kualitas kesehatan yang membaik seperti makan teratur dan bergizi, istirahat yang cukup, serta berolahraga dapat membuat tubuh lebih rileks dan lebih siap untuk beraktivitas seksual. Selain itu, pengelolaan stres juga perlu diperhatikan agar pasangan menjadi lebih santai dan bisa menikmati aktivitas seksual.
Jika masalah ini tidak dibicarakan, kemungkinan salah satu bisa mencari jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan masing-masing, salah satunya dengan menikmati materi pornografi. Hal ini saya pikir selain tidak menyelesaikan masalah, malah menambah masalah yang muncul dari kekecewaan yang dialami oleh Anda sebagai istri karena perilaku suami tersebut.
Anda juga bisa menanyakan apakah suami punya ide lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebutuhan seksualnya yang kurang terpenuhi sambil mencoba menyelesaikan masalah ini, dan bisa Anda coba bersama jika memang cukup bisa Anda terima.
Hal yang perlu Anda lakukan untuk menyelesaikan masalah adalah mencari penyebab kurangnya minat Anda untuk berhubungan dengan suami serta sebaliknya. Apakah dari dalam diri sendiri (lelah, sibuk, banyak pikiran, bosan dengan aktivitas seksual yang tidak bervariasi), dari pasangan Anda (Anda merasa pasangan semenarik saat baru menikah, pasangan tidak perhatian pada kebutuhan Anda), atau gabungan dua faktor tersebut? Coba diskusikan hal-hal ini secara terbuka dengan suami, dan tanyakan apa yang bisa Anda lakukan supaya kebutuhan masing-masing bisa terpenuhi.
Jika ada aktivitas seksual yang belum pernah dicoba, bisa dipikirkan untuk mencobanya bersama agar gairah seksual bisa muncul kembali. Berlibur ke tempat yang belum pernah dikunjungi bersama pasangan juga dapat dicoba. Jika diskusi sulit mencapai kompromi, Anda dan pasangan bisa mencoba berkonsultasi ke konselor pernikahan ataupun psikolog/ psikoterapis di bidang keluarga. Semoga paparan ini dapat membantu Anda menyelesaikan persoalan rumah tangga yang sedang dihadapi.
Dinastuti M.Si Psikolog
HIDUP NO.39 2019, 29 September 2019