HIDUPKATOLIK.com – Merawat persatuan bangsa dimulai dengan melestarikan bahasa persatuan.
Bagaikan sebuah kanvas kosong, wajah depan Katedral St Maria Diangkat ke Surga Jakarta disulap menjadi lukisan hidup yang mampu menghipnotis mata tiap pengunjung. Permainan grafik proyeksi cahaya sarat warna mengikuti tekstur unik gedung katedral di dukung gubahan musik apik hasil aransemen komposer terkenal, Adi MS, semakin mengundang decak kagum.
Belum lagi latar suara bak orator ulung ikut membakar semangat para anak muda yang hadir agar memiliki semangat nasionalisme yang sama seperti para pemuda 91 tahun lalu. Pertunjukan video mapping dengan tema “Hai Pemuda Pemudi Indonesia” merupakan yang pertama terjadi di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Pertunjukan perdana ini menciptakan pengalaman ilusi optik yang tak terlupakan bagi kaum muda.
Rangkaian pertama acara Perayaan Hari Sumpah Pemuda Katedral Jakarta dibuka khusus untuk orang muda pada hari Sabtu, 26/10. Generasi milenial telah memperoleh reputasi karena kecenderungan mereka untuk memprioritaskan pengalaman dibandingkan produk. Hal ini di dukung oleh sebuah studi dari Harris Group yang menemukan bahwa 72 persen generasi milenial lebih suka berinvestasi dalam pengalaman daripada item materi.
Oleh karena itu, pertunjukan video mapping yang dirancang oleh Yogyakarta Visual Mapping Production ini ditayangkan bukan hanya untuk memberikan efek relaksasi semata melainkan memberikan dorongan reflektif kepada anak muda sebagai penerus bangsa. Diketahui, video mapping memang bertujuan untuk menciptakan kesan emosional yang tahan lama mengenai suatu peristiwa. Dalam hal ini membangkitkan dan mempertahankan kesadaran kebangsaan generasi muda agar warisan cinta tanah air tidak tergerus, hilang, dan mati oleh pelbagai peristiwa yang menghantarkan bangsa kepada perpecahan.
Tidak hanya itu, pertunjukkan Teater OMK Katedral Jakarta ikut mendorong anak muda agar tidak membiarkan Indonesia tenggelam oleh kepentingan manusia yang menghancurkan. Teater ini mengajak anak muda untuk memikirkan bumi dan segala isinya agar harmoni kehidupan senantiasa lestari. Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus asal Jayapura, Anastasia Mujijau mengungkapkan kegembiraannya, “Nasionalisme saya makin kuat. Saya terharu banget, tapi saking terharunya air mata jadi ga bisa keluar!” ujarnya.
Teladan persatuan para pemuda itu digemakan kembali oleh Kepala Paroki Katedral, Pastor A. Hani Rudi Hartoko, SJ. Ia mengingatkan anak muda Katolik bahwa kompleks Katedral menjadi saksi sejarah Kongres Pemuda. Lokasi pertemuan persisnya di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (kini, aula Katedral Jakarta).
Berdasarkan arsip koran-koran berbahasa Belanda dilukiskan antusiasme pemuda yang mengikuti Sidang Pertama dengan jumlah kurang lebih 700 orang meskipun diawasi oleh polisi rahasia Belanda. Kongres ini membulatkan suara bersatu dan bertekad bulat sebagai tanah air tumpah darah Indonesia dengan bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Romo Hani juga berharap agar generasi masa kini senantiasa merawat bahasa persatuan. “Anda boleh fasih berbahasa Inggris, Mandarin, Korea, dan bahasa lainnya, tapi kalau Anda tidak lagi bisa berbahasa Indonesia, memalukan!,” tegasnya. Romo Hani juga mengingatkan kembali jika generasi ini tak bisa merawat Bahasa Indonesia, maka persatuan hanyalah sebuah cita-cita belaka karena merawat Bahasa Indonesia berarti merawat persatuan bangsa. “Kita ingin merawat sejarah, maka gunakan bahasa persatuan, Bahasa Indonesia!,” pungkasnya.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.44 2019, 3 November 2019