HIDUPKATOLIK.com – Pastor, apakah sebenarnya peran Alkitab dalam agama kita? Yang saya pernah dengar dari beberapa teman yang mendalaminya, Alkitab adalah “obat” bagi umat Katolik, benarkah begitu? Sebenarnya apakah peran dari Alkitab?
Anna Sesy, Bogor, Jawa Barat
Anna yang baik, saya berharap Anna sendiri juga sudah mulai membaca-baca Kitab Suci, sebab pertanyaan Anna menuntut pengalaman bergaul dengan Kitab Suci itu sendiri. Pergaulan akrab penuh kasih itulah yang memberi kita makna Alkitab sebenarnya dalam Gereja. Jadi pertama, mulailah saja dulu membaca.
Sebagai buku, Kitab Suci mengantar kita pada Sabda Allah yang utama, yaitu Yesus Kristus. Pertama-tama kita akan mengalaminya ketika mem-baca Injil. Dengan membaca, mendengarkan dan merenungkannya kita berjumpa dengan-Nya secara personal. Ada orang bahagia ketika merefleksikan wejangan-Nya, yang lain tergerak dengan sikap Yesus pada pendengar-Nya. Ada lagi yang tergetar oleh keteguhan-Nya dalam kisah sengsara dan wafat-Nya. Ada yang terinspirasi oleh perumpamaan yang disampaikan-Nya, tetapi ada yang melampaui semua itu hingga berjumpa bagai dengan sahabat dan saudara. Perjumpan itu mengawali hidup yang baru. Singkatnya Kitab Suci menjadi jalan masuk dalam misteri Yesus, sang Sabda Allah pengantar kita pada hidup kekal.
Seperti Injil, bagian lain Perjanjian Baru juga memberi kesaksian akan Yesus, terutama yang direnungkan dan diwartakan Gereja awal. Kisah Para Rasul berisi perjalanan Rasul-rasul, terutama Petrus dan Paulus, sesudah kenaikan Yesus ke surga. Surat-surat Paulus, Ibrani, Yakobus, Yohanes, Petrus, menunjuk siapa Yesus itu dan bagaimana iman akan Yesus menghidupi jemaat. Ada banyak uraian iman tentang misteri Yesus, disertai nasehat, kadang-kadang menegur, lain waktu menantang. Semuanya berpusat pada Yesus, Sabda yang telah menjadi manusia dan telah menyerahkan diri-Nya untuk keselamatan kita.
Begitu pun Perjanjian Lama boleh disebut persiapan bagi Perjanjian Baru. Setelah kisah penciptaan, kita dibimbing mengikuti sejarah bangsa Israel sebagai bangsa pilihan, mulai dari panggilan Abraham sampai pengalaman pemulihan bangsa Israel dari pembuangan. Iman mereka ini jatuh bangun, melalui dosa dan pertobatan, bagaikan disaring dan diuji, tetapi kalau ditelusuri dengan teliti akan kita temukan benang merah yang serasi dengan peristiwa keselamatan Perjanjian Baru. Allah yang samalah yang bersabda, mengasihi umat-Nya dan melaksanakan karya keselamatannya. Benang merah ini sungguh ada karena Allah sendirilah pengarang utama Kitab Suci, yang dalam penyusunan juga memilih manusia dengan segenap keahliannya (bdk Dei Verbum (DV) 11).
Kitab Suci sebagai “obat” sebagaimana disebut teman-teman Anna, adalah salah satu contoh “hasil” dari pengalaman bergaul dengan Kitab Suci. Seseorang bisa menemukan jawaban bagi permasalahan hidupnya, entah dari suatu ayat atau terutama dari pribadi penuh kasih yang ditemuinya dalam Kitab Suci, yaitu Yesus, jalan, kebenaran dan hidup yang menghantar kita pada Bapa mahakuasa. “Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku, terang untuk menerangi jalanku” (Mzm. 119:105).
Gereja menyebut setidaknya dua peran penting Kitab Suci : sebagai sumber doa dan sumber kekuatan bagi Gereja. Sebagai sumber doa, karena doa tidak lain adalah berkomunikasi dengan Allah dan mendengarkan amanat-Nya (bdk. DV 25). Sebagai sumber kekuatan, karena dalam Kitab Suci Bapa penuh cinta kasih menjumpai putra-putri-Nya dan berwawancara dengan mereka. Dari sanalah umat mendapatkan kekuatan iman, santapan jiwa, sumber jernih dan kekal hidup rohani (DV 21). Siapa mencintai Kitab Suci sungguh-sungguh mempunyai jaminan untuk mengenal Yesus Kristus, Sabda Allah penyelamat kita.
Gregorius Hertanto MSC
HIDUP NO.38 2019, 22 September 2019