HIDUPKATOLIK.com – Ada enam bidang aspek pastoral yang menjadi fokus perhatian Keuskupan Agung Palembang dalam sinode ketiga tahun 2020 mendatang.
Tinggal menghitung bulan, Gereja Katolik Keuskupan Agung Palembang (KAP) akan mengadakan sinode ketiga, tahun 2020. Sinode ketiga ini nantinya akan menghasilkan dekrit, visi, dan misi. Sinode akan berusaha menjawab tantangan-tantangan di wilayah Pastoral KAP, yang mencakup Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu.
Uskup Agung Palembang, Mgr Aloysius Sudarso SCJ, 20 orang yang terdiri dari para imam, biarawati, dan awam hadir dalam rapat perdana persiapan sinode 2020 di ruang rapat Pastor Bonus, Palembang, 3/10. Mereka adalah orang-orang yang diangkat uskup menjadi steering committee dan tim perumus. “Saya sudah mempromulgasikan bahwa tahun 2020, kita akan menyelenggarakan sinode ketiga. Sinode bertujuan membantu uskup dalam mengambil kebijakan pastoral demi kesejahteraan seluruh komunitas Gereja,” kata Mgr Sudarso dalam sambutannya.
Masalah Keluarga
Tahapan persiapan sinode ketiga KAP akan berlangsung selama satu tahun, terhitung sejak 18 Agustus. Adapun tahapan-tahapan yang mesti dilalui meliputi pembentukan panitia, perumusan hasil dari empat kali monitoring dan evaluasi (Monev), serta puncak perayaan sinode keuskupan.
Monev yang telah empat kali dilakukan di paroki-paroki, melihat enam bidang aspek, yakni sinode dan katolisitas, komunitas pastoran, dan paguyuban, administrasi dan DPP, keuangan, aset dan harta benda Gereja, serta liturgi dan peribadatan. “Monev” yang melibatkan pastor paroki dan rekan, serta pengurus dewan pastoral paroki dan tokoh-tokoh umat, bertujuan untuk mengawal penerapan amanat sinode kedua KAP yang dilaksanakan sepuluh tahun lalu.
“Dalam pembicaraan terakhir selama Monev, baik tim maupun pastor yang hadir, hampir sepakat bahwa ada masalah besar di KAP, yaitu masalah keluarga yang seperti apa akan dirumuskan. Bisa saja terkait iman, sehingga permasalahan akan lebih sempit,” kata Pastor Yustinus Slamet Antono, Ketua Steering Committee sinode ketiga.
Selain melihat tantangan-tantangan hidup menggereja KAP lewat enam aspek Monev, sinode juga merumuskan kembali jati diri Gereja, yang sebagai komunio (persekutuan). “Kita merumuskan kembali Gereja sebagai komunio di tengah tantangan hidup ini, agar kehadiran Gereja berdampak bagi masyarakat. Evangelisasi tentu menjadi tantangan penting, juga militansi, kehadiran Gereja di tengah masyarakat berkembang. Butuh perumusan kembali kehadiran Gereja secara tajam,” kata Mgr Sudarso.
Persekutuan yang dimaksud Mgr Sudarso adalah yang afektif, dalam hubungan vertikal antara umat Katolik dengan Allah dan horizontal, antara sesama manusia dan alam.
“Kita menciptakan komunio yang afektif. Itu yang diharapkan dalam sinode kali ini. Semoga Gereja hadir, menunjukkan bahwa Tuhan bekerja, memberi terang dalam dunia. Semoga dengan sinode ini, kita menunjukan Gereja yang dinamis, keluar bagi masyarakat dan bangsa,” harap Mgr Sudarso.
Kristiana Rinawati (Palembang)
HIDUP NO.41 2019, 13 Oktober 2019