HIDUPKATOLIK.com – Bila Gereja ingin berperan di dunia virtual, syarat utama adalah kerja dalam tim dan jaringan.
Penerbit dan Toko Buku Obor telah hadir sejak 70 tahun, bahkan lebih dahulu sebelum pemiliknya yaitu Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Bagaimana tantangan yang dihadapi Obor di usianya yang kian menua sambil harus mempersiapkan strategi menembus kemajuan zaman? Berikut petikan wawancara HIDUP dengan Direktur Obor, Romo Frans Sutanto, di Griya Obor, Jakarta Pusat, Rabu, 28/8.
Tahun ini Obor menginjak usia ke-70 tahun. Apa saja tantangan yang dihadapi untuk terus menjaga nyala api ini?
Saat ini pedagang atau pengusaha umum juga melihat peralatan liturgi dan barang rohani lain sebagai peluang-peluang yang bisa menjadi uang. Seperti kue yang sangat menarik, sehingga semakin banyak pemain, semakin banyak pesaing.
Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Obor yang adalah milik Konferensi Waligereja Indonesia, untuk bisa memberikan pelayanan sebaik-baiknya. Obor memang menjadi pemimpin harga, bukan artinya paling mahal, tetapi penentu harga dan trendsetter dalam pasar. Dari segi harga, produk Obor harus terjangkau tapi dari segi kualitas juga harus sesuai harapan.
Produk Obor tidak boleh hanya menjadi barang asal jadi atau berkualitas rendah. Jadi, Obor harus bisa memenuhi kebutuhan umat akan barang rohani berkualitas tetapi dengan harga terjangkau.
Dengan banyaknya saingan Obor saat ini, apa kekuatan Obor yang bisa mendukung perjalanan Obor ke depan?
Kekuatan Obor yang terutama adalah bahwa Obor milik KWI; konferensi para uskup se-Indonesia; Gereja Katolik se-Indonesia. Ini berarti juga Obor adalah milik kita bersama, umat Katolik. Obor tidak melulu soal bisnis barang-barang rohani, devosi atau liturgi, dan juga buku-buku rohani atau buku doa. Lebih daripada itu, Obor mempunyai tujuan yang lebih mulia, yaitu pelayanan dan pewartaan.
Obor tidak sekadar berdagang dan mencari untung sebesar-besarnya. Bukan itu tujuannya. Kita mempunyai misi lain, yaitu pewartaan dan pelayanan agar kebutuhan umat akan beberapa hal tadi terpenuhi.
Penjualan buku-buku Obor juga belum ada yang anjlok. Untungnya, ketika penerbit lain banyak yang ambruk, Obor tidak. Obor tertolong dua hal: pasarnya berada di kelas menengah dan segmentasinya jelas; yaitu umat Katolik seluruh Indonesia. Buku-buku Obor juga tidak hanya dibaca di dalam negeri, tetapi juga sampai ke Malaysia, Singapura, Belanda. Penjualan buku tidak menurun karena pasarnya jelas. Sehingga saat ini belum ada perubahan signifikan untuk produksi buku.
Saat ini kita sedang berada di era digital, revolusi industri 4.0. Apa rencana dan strategi yang Obor persiapkan untuk bisa terus menyala?
Dulu kami sempat mengira perkembangan digital di zaman ini membuat semuanya serba menggunakan gawai. Termasuk untuk buku. Kemudian kami mencoba membuat buku digital dengan menggandeng suatu pengembang aplikasi lokal yang menghadirkan aplikasi buku digital. Tapi ternyata orang masih lebih memilih buku fisik. Dan buku digital pun perlahan menghilang. Bahkan perusahaan yang kita gandeng itu tutup. Buku digital rupanya belum semenarik seperti yang kami perkirakan. Kami memproduksi dalam jumlah besar, tetapi terjualnya tidak seperti yang kami harapkan. Sasaran buku digital adalah kaum muda tetapi budaya membaca kaum muda umumnya kurang.
Untuk penjualan, jelas, sekarang web memainkan peran penting. Pengunjungnya toko memang tidak ramai tetapi transaksi harian bisa mencapai puluhan juta. Ini sumbernya dari penjualan online. Jadi, penjualan sudah mulai bergeser ke digital. Kami pun mengikuti dan melakukan itu. Karena memang sekarang dunianya seperti itu. Orang tidak perlu repot datang ke toko. Penjualan Obor mulai merambah ke web, serta masuk ke marketplace Tokopedia. Namun, tetap web yang utama sehingga memperkuat brand Obor sendiri.
Obormedia.com sendiri sudah ada sejak zaman Pak Raymond Toruan (2000-2006), lalu dibekukan kemudian diperbarui kembali. Kami juga sudah memikirkan rencana untuk merambat ke aplikasi karena penjualan digital ke depan juga akan mengambil porsi yang paling besar. Tidak sedikit juga konsumen yang berbelanja via WhatsApp. Saat ini, Obor juga melakukan promo-promo melalui media sosial, pokoknya all out.
Beruntung, manajemen semakin bagus. Pendahulu saya sudah menerapkan itu dengan baik termasuk dengan segala macam sistem yang terintegrasi. Tinggal man behind the gun-nya yang harus didorong. Kemudian harus beradaptasi mengikuti perkembangan zaman agar nanti tidak tersingkir.
Usia 70 berarti sudah cukup umur. Bersyukur sudah 70 tahun bisa melayani. Yang jelas, apa yang sudah baik itu, kami pertahankan dan juga terus-menerus berinovasi mengikuti perkembangan zaman. Harus selalu meng-update diri supaya bisa memenuhi kebutuhan umat.
Ke depan berusaha terus membuat karyawan bekerja senyaman mungkin. Selama ini kesejahteraan sangat diperhatikan termasuk dengan menjamin masa tua mereka. Karyawan bukan sumber daya yang bisa diperas tetapi modal yang harus dirawat dan dikembangkan. Selain gencar promosi online, Obor juga akan tetap menyapa umat secara langsung dengan promosi setiap Sabtu, Minggu ke paroki-paroki dan keuskupan-keuskupan.
Sebagai pemimpin Obor saat ini, apa refleksi Pastor pada hari ulang tahun ke-70 ini?
Perjalanan Penerbit dan Toko Rohani Obor telah memasuki tahun ke-70. Telah banyak pihak berkontribusi dalam perjalanan dan perkembangannnya. Dengan berbagai kendala yang dihadapi, kepemilikan Obor diberikan kepada Majelis Maligereja Indonesia (MAWI). Semenjak berdiri dari 1949 sampai saat ini, ada begitu banyak peristiwa yang mewarnai
perjalanan sejarahnya. Ada banyak pihak yang ambil bagian dalam membesarkan, menjaga, dan merawat Obor supaya tetap menyala. Banyak pemimpn silih berganti merawat dan menjaga Obor dengan cara dan gayanya masing-masing. Aneka cara
dan gaya itu semua saling melengkapi. Semua menjadi mozaik dalam perjalanan Obor.
Obor sudah 70 tahun melayani kebutuhan umat beriman akan buku-buku rohani dan barang devosi dan liturgi. Semoga Obor semakin menerangi banyak orang, membantu mereka mengalami sukacita dan akhirnya mengalami keselamatan sebagai umat beriman. Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berjalan bersama Obor untuk memuliakan Tuhan dan melayani kebutuhan umat beriman. Semoga Obor senantiasa menjadi terang dan berkat bagi kita semua.
Hermina Wulohering
HIDUP NO.36 2019, 8 September 2019