HIDUPKATOLIK.com
Perubahan zaman yang cukup pesat membuat generasi anak-anak, remaja, dan orang dewasa memiliki karakter, kepribadian, dan pola pikir, pola hidup yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan inilah yang harus saling dipahami oleh masing-masing generasi.
Sebanyak 130 orang perwakilan dari 55 lingkungan Paroki Cikarang Gereja Ibu Teresa (PCGIT) mengikuti Pelatihan Pendamping Bina Iman Anak (BIA) dan Bina Iman Remaja (BIR), yang diselenggarakan oleh Seksi Bidang Pewartaan di Aula SMA Pangudi Luhur Bernardus, Deltamas, pada Minggu (29/09).
Pelatihan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman dan pengetahuan kita dalam membina iman dan karakter anak-anak dan remaja saat ini dengan cara yang kreatif.
Melalui pelatihan BIA dan BIR yang sudah ada disetiap sektor lingkungan, yang dilaksanakan minimal seminggu sekali akan menjadi wadah untuk anak-anak BIR. “Menjadi kekhawatiran bagi kami sendiri adalah remaja dimana mereka bertumbuh tetapi tidak punya wadah. Jangan sampai anak-anak kita yang sudah remaja ini pergi meninggalkan gereja dan mencari tempat yang lain,” kata Florentina Dwi Utamingtyas, selaku Dewan Paroki Bidang Pewartaan.
Pelatihan yang mengangkat tema “Mengenal Karakter Usia Dini” untuk BIA dan “Asyik Bersama Remaja” untuk BIR, menghadirkan pembicara dari perwakilan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) F.Muluk Agung, perwakilan dari tim pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) Anastasia Bintari Kusumastuti dan Andreas Yumarma , serta Koordinator Kurikulum Sekolah Pelita Harapan (SPH) Ratna Setyowati Putri.
Peserta terlihat antusias ketika pelatihan diawali materi dari tim pelatihan BISINDO yang mengajarkan dasar komunikasi bahasa isyarat. Tak lupa Doa Bapa Kami dan Salam Maria juga diajarkan dengan bahasa isyarat agar para pendamping bisa tetap menjadi pendamping iman bagi anak-anak disabilitas.
Ratna Setyowati Putri selaku narasumber pelatihan BIR mengatakan bahwa, kita semua adalah penabur dan pendamping iman, untuk itu kita harus saling mengenal dan gali lebih dalam bagaimana pribadi setiap anak agar kita tahu bagaimana cara mendampinginya secara iman.
“Kita bukan hanya tahu teorinya, tetapi kita sendiri selaku pendamping juga harus merefleksikan apa yang kita ajarkan pada mereka. Menyuruh anak mengenal Tuhan, tapi kita sendiri bagaimana?” ucap Ratna.
Seorang remaja adalah individu yang dinamis, berpikir abstrak, bermain logika, dan kritis, sehingga sebagai pendamping perlu melakukan dialog bukan monolog, juga berbagi cerita pengalaman pribadi yang nantinya akan dihubungkan dengan kitab suci atau nilai-nilai katolik, Ratna menambahkan.
Sedangkan F. Muluk Agung selaku narasumber pelatihan BIA mengatakan bahwa, seorang pembina BIA harus memiliki relasi intim dengan Tuhan dan komunitasnya juga harus memiliki relasi intim dengan Tuhan.
“Anak-anak zaman sekarang disebut sebagai Generasi Alfa, yaitu generasi dengan ciri lebih terbuka, individualis, berharap besar pada internet. Jadi, segala sesuatu mencari informasi melalui internet, kreatif, mudah mengalami demotivasi atau cepat menyerah, dan memiliki besar keinginan untuk diapresiasi atau dipuji, sehingga kita perlu menggali karakter mereka lebih dalam,” ucap Agung.
(BERNADETA VICTORIA MENUR – LOURENTIUS EP)