HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus menyatakan dukungan, kedekatan dan dorongan bagi semua imam yang tetap setia merayakan sakramen setiap hari dan menemani umat Allah.
Skandal pelecehan dan seruan kecemasan menggema dari para korban yang mengalami penderitaan tak terbayangkan telah menambah beban tersendiri di pundak setiap imam. Di pelbagai belahan dunia, ada imam yang dipandang dengan amarah dan kecurigaan, bukan karena kesalahan mereka sendiri, namun akibat menanggung luka yang dihadapi seluruh tubuh gerejawi.
Sehingga rasa sakit yang disebabkan oleh tubuh gerejawi oleh “perselingkuhan” beberapa orang – seperti yang terjadi dengan wabah pelecehan yang luar biasa – inilah yang mendorong Paus Fransiskus ingin mengucapkan terima kasih kepada para imam yang sampai hari ini mempersembahkan seluruh keberadaan mereka kepada Tuhan dengan melayani Dia dalam umatnya, dan memperbarui kaul panggilan mereka dengan mengingat panggilan yang diterima.
Maka, pada kesempatan peringatan 160 tahun wafatnya seorang imam teladan yang melayani umat Allah, St Yohanes Vianney, Curé dari Ars, Paus Fransiskus menulis sepucuk surat kepada para imam. Paus yang tidak mundur dalam menghadapi kewajiban untuk menegur dan menghukum para imam yang bermasalah bila perlu ini menunjukkan kedekatan melalui dorongan dan dukungan bagi semua imam di dunia.
Surat itu ditunjukkan kepada para imam yang setiap hari dan seringkali dengan susah payah menentang kekecawaan dan ketidakpahaman demi menjaga Gereja tetap terbuka dan merayakan sakramen. Kepada para imam yang mengatasi kesedihan untuk senantiasa hadir menyambut mereka yang membutuhkan dukungan, penghiburan dan pendampingan. Kepada para imam yang setiap hari mengunjungi umat mereka, menyerahkan diri tanpa pamrih, serta menangis bersama mereka dalam sukacita dan dukacita. Kepada para imam yang hidup di “parit” yang terkadang mempertaruhkan hidup mereka untuk menjadi dekat dengan masyarakat. Kepada para imam yang melalui hidupnya di dalam perahu untuk mencapai beberapa desa terpencil untuk pergi mengunjugi domba-domba yang terisolasi dari kawanan mereka. Surat itu memiliki tiga kata kunci: rasa sakit, rasa terima kasih, dan dukungan.
Surat Kepausan yang dibuka dengan melihat kasus skandal pelecehan menyatakan bahwa sungguh tidak adil untuk tidak mengungkapkan rasa terima kasih kepada semua imam yang dengan setia dan murah hati menghabiskan uang mereka. Hidup dalam pelayanan untuk orang lain seperti dilansir www.vaticannews.va, 4/8. Paus mengakui banyak imam yang telah mempersembahkan hidupnya sebagai karya belas kasih di daerah sulit dan terisolasi walaupun harus mempertaruhkan nyawa.
Untuk itu, Paus berterima kasih atas keberanian mereka memberikan contoh konstan di tengah masa-masa penuh gejolak. “Anda menunjukkan bahwa Anda telah dengan gembira mempertaruhkan hidup Anda demi Injil. Dia mengundang mereka untuk tidak berkecil hati, karena Tuhan menyucikan Mempelai Wanita-Nya dan mempertobatkan kita semua. Dia membiarkan kita diuji untuk membuat kita sadar bahwa tanpa Dia kita hanyalah debu,” imbuhnya. Tidak hanya itu, Paus juga berterima kasih dan mengundang para imam untuk bersyukur atas kekudusan umat Allah yang setia, yang diungkapkan kepada orang tua yang membesarkan anak-anak mereka dengan cinta yang luar biasa, pada pria dan wanita yang bekerja keras untuk menghidupi keluarga mereka, orang sakit, lanjut usia dengan tidak pernah kehilangan senyum mereka.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.32 2019, 11 Agustus 2019