HIDUPKATOLIK.com – Aliran belas kasih terus mengucur deras ke jantung umat Paroki St Helena Curug. Panggilan melayani mereka yang lemah, kecil, miskin, dan terpinggirkan menjadi sarana berjumpa dengan Tuhan.
Rahmat sukacita datang menghampiri Stasi Curug tepat pada perayaan wajib Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Pada tanggal 1 Oktober 2006, Stasi Curug resmi diangkat statusnya menjadi paroki. Mengambil nama Santa Helena sebagai pelindung, paroki ini diberkati oleh Uskup Agung Emeritus Jakarta, Kardinal Julius Darmaatmadja SJ. Semenjak itu, perkembangan jumlah umat dan pembangunan sarana penunjang meningkat pesat.
Semula umat yang bermukim di wilayah sekitar pusat perbelanjaan Lippo Karawaci, Tangerang ini harus menyewa salah satu ruangan di Universitas Pelita Harapan (UPH) untuk merayakan Misa mingguan. Tak hanya itu, gedung bedeng ikut disewa sebagai pemenuhan sarana ibadat. Sampai kini, gedung bedeng yang digunakan oleh umat yang pernah menjadi bagian dari Paroki Santa Monika BSD ini, masih berdiri kokoh menjadi saksi bisu perjuangan.
Ordo Salib Suci (Ordo Sanctae Crucis/OSC) diberi kepercayaan untuk mengelola paroki baru ini. Dengan demikian, Pastor Yohanes Surono OSC menjadi Kepala Paroki Pertama St Helena. Tali estafet kepemimpinan itu kemudian dilanjutkan kepada Pastor Heribertus Kartono OSC. Dibawah kegembalaan Pastor Heri, paroki ini menemukan panggilannya untuk melayani yang miskin dan tersingkir. Pastor yang telah menghadap Sang Pencipta akibat kanker usus ini sering mengadakan Misa intensional.
Misa ini diadakan untuk memperingati suatu peringatan atau ujud secara khusus. Misa intensional diadakan setiap bulan. Pada Misa ini, umat secara berkala mengumpulkan kolekte untuk membantu umat yang mengalami kesulitan. Tidak hanya itu, bantuan dalam bidang pangan, sandang, dan papan juga diperjuangkan untuk membantu umat yang tidak mampu. Kala itu, kebijakan Pastor Heribertus dinilai oleh Uskup Bandung, Mgr Antonius Benyamin Subianto OSC sebagai langkah konkrit dari wujud rasa belas kasih kepada umat yang membutuhkan.
Warisan perhatian kepada kelompok umat yang tersisih, lemah, dan terpinggirkan ini masih terus dilakukan oleh pastor paroki yang kini memimpin sekitar 7000-an umat yang tersebar di 11 wilayah dan 56 lingkungan. “Sikap belas kasih adalah wujud aktualisasi iman Katolik kepada semua makhluk,” tutur Pastor Bernadus Nono Juarno OSC yang pernah melayani di Paroki Curug.
Sukacita berbagi kepada mereka yang miskin itu kian mengalir di nadi paroki. Hal ini semakin terasa ketika kelompok-kelompok kategorial paroki mengarahkan spiritualitas dan kegiatan mereka dengan semangat karya yang sarat belas kasih. Anggota kelompok lanjut usia (lansia) St Helena misalnya, secara berkala membantu anggota lansia yang sulit ekonomi. Bahkan, ada kegiatan bedah rumah bagi anggotanya yang belum memiliki rumah yang layak huni.
Pancuran belas kasih semakin menguat keluar ketika Komunitas Pria Katolik (KPK) St Helena melakukan pelayanan kasih dengan menyapa warga binaan di Lembaga Permasyarakatan (LP) Pemuda di Tangerang. Tercatat sudah enam kali KPK melakukan pelayanan di LP. Pada tanggal 24 November 2018, KPK mengadakan Misa arwah dengan intensi khusus mendoakan dan mengenang para ayah. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan lokakarya menulis bebas berupa pentigraf (cerpen tiga paragraf ).
Pastor Paroki St Helena, Lukas Sulaeman OSC turut mendukung pelayanan kategorial yang bernafaskan belas kasih. Dalam suatu kesempatan rapat Dewan Paroki ia menyebutkan, kelompok kategorial perlu menampilkan pelayanan yang kreatif dan membawa manfaat bagi orang lain. “Kolaborasi kreatif dalam pelayanan diperlukan untuk menghindari benturan antar kelompok kategorial,” tukasnya
Konradus R. Mangu
HIDUP NO.31 2019, 4 Agustus 2019