HIDUPKATOLIK.com – Selama 21 tahun menjadi Paus, ia membangun dan merenovasi banyak gereja dan situs suci di Roma. Masa Kepausannya ditandai dengan berlangsungnya Konsili Nicea dan perlawanan terhadap Arianisme.
Seorang remaja tampak sibuk menyambut para peziarah yang datang ke Roma. Ia sigap melayani dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para peziarah. Bahkan, putra pasangan Rufinus dan Justa itu juga menya pa dengan ramah para musafir yang sekadar melintasi Kota Abadi.
Dengan sabar, remaja itu memandu para peziarah berkeliling dan mengunjungi situs-situs suci. Ia bahkan tak sungkan membasuh kaki mereka dan melayani di meja makan. Dalam benaknya, para peziarah itu adalah Kristus sendiri yang sudah sepantasnya dilayani dengan sepenuh hati.
Remaja itu pun beranjak dewasa, menjadi seorang pemuda dan mendedikasikan hidupnya secara total kepada Kristus dan Gereja dengan menjadi imam Roma. Kelahiran Roma sekitar tahun 250 itu konon ditahbiskan sebagai imam oleh Paus Marcellinus (†304). Ia tumbuh dalam animo kesalehan di pusat Kekristenan Latin. Di kemudian hari, imam berdarah Roma ini terpilih sebagai Paus. Dialah .
Sahabat Kaisar
Pada 10 Januari 314, Paus Miltiades wafat. Dalam pemilihan, nama Silvester mengemuka dan terpilih sebagai uskup Roma. Inagurasinya sebagai Penerus Takhta St Petrus berlangsung pada 31 Januari 314. Ia bertakhta sebagai Paus selama 21 tahun.
Masa Kepausan Silvester I berlangsung pada zaman Konstantinus Agung (272-337) menjadi Kaisar Romawi (306-337). Masa Kepausan ini ditandai dengan posisi Gereja yang begitu aman. Pasalnya, Kaisar Konstantinus Agung pun memeluk Agama Kristen sehingga Gereja mendapat kenyamanan dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Hubungannya dengan Kaisar Konstantinus Agung begitu dekat. Selama bertakhta, Paus Silvester I melakukan banyak kerja sama dengan kaisar, terutama dalam pembangunan dan renovasi gereja-gereja di Roma. Persahabatan Paus dengan kaisar begitu akrab layaknya relasi harmonis dua tokoh besar dalam sejarah. Sang kaisar membangun dan merenovasi banyak situs Gerejani di Kota Abadi, seperti Basilika St Yohanes Lateran dan tempat pembaptisannya, yang berada di dekat Istana Kepausan awal–tempat tinggal Paus masa itu.
Kaisar Konstantinus Agung juga mendirikan sebuah basilika mini di Istana Sessoria, yang diberkati dengan nama Basilika Santa “Croce in Gerusalemme”. Tahun 600, pada masa Paus Gregorius Agung (540-604), basilika ini dikukuhkan sebagai gelar tituler Kadinal-Imam dan masih berlangsung hingga sekarang. Dalam sejarah, beberapa orang yang pernah menerima gelar tituler Kardinal-Imam Santa “Croce in Gerusalemme” terpilih menjadi Paus, seperti Paus Lucius II (1095-1145), Paus Innocentius VII (1336-1406), Paus Marcellus II (1501-1555), dan Paus Benediktus XIV (1675-1758).
Paus Silvester I juga ikut membangun Basilika St Petrus di Vatikan, yang dilengkapi dengan beberapa gereja tempat makam para martir masa itu. Selama masa pembangunan ini, Paus Silvester I dengan totalitas ikut membantu pembangunan tempat-tempat suci tersebut.
Secara khusus, Paus membangun sebuah gereja dari tanah wakaf seorang imam Roma bernama Equitius. Awalnya, bangunan ini bernama Oratorium Para Martir. Konon, sekitar tahun 324, oratorium ini digunakan untuk pertemuan-pertemuan dalam rangka persiapan Konsili Nicea (kini: znik, Turki) tahun 325.
Kini, gereja itu terletak beberapa blok di sebelah selatan Basilika St Maria Maggiore. Tahun 500, gereja ini direnovasi oleh Paus Symmachus (†514) dan dipersembahkan kepada St Martinus dari Tours, Perancis (336-397) dan Paus Silvester I. Kemudian, gereja ini direnovasi lagi oleh Paus Adrian I (†795) tahun 772 dan oleh Paus Sergius II (790-847) tahun 845. Pada 1299, Paus Bonifasius VIII (1230-1303) menyerahkan reksa pastoral gereja ini kepada para Karmelit (Ordo Fratrum Beatissimae Mariae Virginis de Monte Carmelo/O.Carm).
Kepemilikan Karmelit itu diteguhkan tahun 1559 pada masa Paus Paulus IV (1476-1559). Di gereja ini, disemayamkan Beato Angelo Paoli OCarm (1642-1720), seorang pastor berdarah Italia yang mendedikasikan hidupnya untuk pelayanan bagi orang miskin. Beato Karmelit ini dibeatifikasi pada masa Paus Benediktus XVI, 25 April 2010.
Selain itu, Gereja Santi Silvestro e Martinoai Monti ini juga menjadi gelar tituler Kardinal-Imam. Beberapa kardinal yang pernah mengampu gelar tituler ini menjadi Uskup Roma, seperti Paus Sergius II (†847), Paus Stefanus VIII (†942), Paus Bonifasius VIII (1230-1303), Paus Pius XI (1857-1939), Paus Paulus VI (1897-1978).
Paus Silvester I juga membangun sebuah gereja di atas Katakombe St Priscilla di Via Salaria, Roma. Gereja itu digunakan untuk menyemayamkan relikui para martir pada zaman penganiayaan Gereja.
Konsili Nicea
Selama masa Kepausan Silvester I yang panjang, sempat berlangsung perhelatan akbar yang begitu menentukan arah bahtera Gereja ini akan mengarungi samudera kehidupan di dunia hingga kini. Hajatan agung itu adalah Konsili Nicea yang digelar pada Mei 325. Meskipun tidak dapat menghadiri langsung konsili ini, Paus Silvester I mengirimkan dua utusan untuk hadir dalam Konsili Ekumenis tersebut.
Hasilnya, Konsili Nicea mengutuk Arius (250-336), seorang imam Aleksandria, Mesir, yang menginisiasi lahirnya Bidaah Arianisme. Bidaah ini mengajarkan bahwa Allah telah memperanakkan Yesus sehingga Yesus hanya dianggap sebagai ciptaan pertama “yang sulung” (Rm 8:29; Kol 1:15-20). Konsekuensinya, Yesus tidak kekal karena pernah tidak ada dan menjadi ada setelah diciptakan Allah. Konsili Nicea menegaskan ajaran Trinitas dan Kristologi, yaitu Yesus sungguh Allah, sungguh manusia; sehakikat dengan Allah Bapa dan Roh Kudus; Dia tidak diciptakan karena Dialah Allah yang sungguh kekal.
Penegasan ajaran Gereja ini didukung sepenuhnya oleh Kaisar Konstantinus Agung. Sang kaisar pun ikut mengontrol kehidupan Gereja dan memberikan pengakuan penuh terhadap eksistensi Gereja, serta menjadi loyalis Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja.
Kepausan Silvester I juga diwarnai dengan pengembangan liturgi Gereja. Konon, daftar martir Gereja dikumpulkan pertama kali. Bahkan, dia juga dianggap berhasil meletakkan pondasi untuk sekolah menyanyi di Roma.
Setelah bertakhta selama 21 tahun, Paus yang saleh ini wafat pada 31 Desember 335. Tahun 762, Paus Paulus I (700-767) memindahkan Gereja San Silvestro in Capite. Ketika Paus Leo X (1475-1521) memimpin Gereja, pada 6 Juli 1517, gereja tersebut dijadikan gelar tituler bagi Kardinal-Imam hingga saat ini. Setelah wafat, Paus Silvester I dihormati sebagai orang kudus. Gereja memperingatinya tiap 31 Desember.
R.B.E. Agung Nugroho
HIDUP NO.30 2019, 28 Juli 2019