HIDUPKATOLIK.com – Mgr Yohanes Philipus Saklil tidak saja dikenal sebagai pemimpin Gereja tetapi, sebagai pribadi yang selalu memperjuangkan keadilan bagi masyarakat Papua yang kecil dan diabaikan.
Duka cita yang mendalam dialami Gereja Katolik Indonesia, Uskup Timika Mgr Yohanes Philipus Saklil wafat pada Sabtu, 3/8. Kepergian Mgr Saklil ini hanya sepekan setelah ia ditunjuk Paus Fransiskus menjadi Administrator Apostolik Sede Plena Keuskupan Agung Merauke, 27/7. Mgr Saklil wafat di RS Mitra Masyarakat (RSMM) Timika, Papua.
Meskipun menjadi Administrator Apostolik terpendek sepanjang sejarah Gereja Katolik Indonesia, Mgr Saklil mendapatkan cinta umat Merauke. Kepala Paroki Fransiskus Xaverius Katedral Merauke Pastor Ansel Amo MSC mengatakan, Mgr Saklil bukan pribadi yang asing bagi umat di Merauke. Dia sendiri sudah dikenal karena kesederhanaan dan cara pastoralnya yang unik. Ia tidak pernah membeda-bedakan orang. Semua orang dirangkulnya tak peduli dari mana asalnya.
“Di mata umat, Mgr Saklil adalah bapak yang selalu dekat dan mendengarkan keluhan umatnya. Meski hanya sebentar dan dalam tugasnya sebagai Administrator belum banyak berbuat tetapi keutamaan hidupnya sudah mengakar di hati umat. Umat Merauke mengenangnya sebagai uskup pejuang kemanusiaan,” ujar Pastor Amo.
Papua Membutuhkannya
Ketua Unio Imam Projo Keuskupan Timika dan Papua Pastor Dominikus Hodo mengatakan, ia mendapat informasi bahwa Uskup Saklil sempat jatuh di lantai Wisma Keuskupan Timika dan langsung tidak sadarkan diri. Saat hendak menuju ruang makan untuk makan siang. “Ia sempat di bawah ke RS MM, tetapi nyawanya tidak diselamatkan,” kata Pastor Domi, sapaannya.
Pastor Domi juga melanjutkan memang Mgr Saklil punya riwayat diabetes dan akhir-akhir ini, Uskup sering memperhatikan pola makannya. “Tetapi mau bagaimana, kita harus terima kenyataan ini sebagai bentuk cinta Tuhan. Kematian tidak mungkin dibantah, kita semua akan meninggal, hanya menunggu waktu,” ujarnya.
Kepergian uskup berusia 59 tahun ini mendapat simpati dari berbagai kalangan. Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan Komisi Nasional HAM wilayah Papua Frits Ramadey mengatakan, Komnas HAM merasa sangat kehilangan sosok yang selalu berdiri terdepan menyuarakan keadilan di Papua. “Dengan kata-katanya yang lantang, berwibawa, dan penuh refleksi, Uskup Saklil membuat masyarakat Papua aman hidup di tanah air ini,” ungkapnya.
Pastor John Djonga mengungkapkan, Mgr Saklil tidak saja dipandang sebagai pemimpin Gereja, tetapi seorang pejuang suara masyarakat Papua. Mgr Saklil selalu berusaha agar semua orang di Papua merasa dihargai martabatnya. “Atas semua ini, pantaslah Mgr Saklil diterima dan dicintai oleh masyarakat Papua dari akar rumput sampai pemerintahan. Papua masih membutuhkannya,” sebut Pastor Djonga.
Sementara itu, Vikaris Jenderal Keuskupan Timika, Pastor Andreas Madya Sriyanto SCJ mengatakan, Misa Requiem akan dilaksanakan sebanyak empat kali. Yang pertama, Misa pada Minggu, 4/8, dipimpin Mgr Leo Laba Ladjar OFM. Pada Senin, 5/8, Misa Requem dipimpin Sekretaris Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Uskup Bandung Mgr Antonius Bunjamin Subianto OSC. Pada hari Selasa, 6/8, Misa akan dipimpin Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito OFM. Terakhir Misa pada Rabu dipimpin Ketua KWI Mgr Ignatius Suharyo pada pukul 12.00 WIT dilanjutkan dengan pemakaman.
Yusti H. Wuarmanuk
HIDUP NO.32 2019, 11 Agustus 2019