Refleksi ini seringkali disampaikan dalam aneka pertemuan bersama umatnya. Dari hal-hal sederhana misalnya ketersediaan bunga, sampai sosialisasi pastoral kepada umat soal prinsip, unsur, dan teknik desain dalam dekorasi liturgi. “Tidak sekedar asal tancap dan selesai. Tetapi dari dekorasi itu, seseorang menemukan dan memuliahkan Allah,” jelas Pastor Koko.
Teknis Dekorasi
Berangkat dari pemahaman soal prinsip, unsur, dan teknik desain, floral desainer sekaligus Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (IPBI) Lucia Raras Purwaningrum mengatakan, kegiatan merangkai bunga tidak semudah dibayangkan. Rangkaian bunga yang dihadirkan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tercipta keindahan yang sempurna. Di sini perangkai perlu memahami prinsip desain, unsur, dan teknik desain.
Ada beberapa prinsip desain. Ia menyebutkan, komposisi sebagai paduan dari semua elemen rangkaian untuk mencapai hasil akhir yang baik. Kemudian prinsip kesatuan dan proporsi. Kesatuan bisa didapat dari paduan warna bunga atau kesatuan antara bunga dengan wadah. Misal, warna wadah senada dengan warna bunga. Lalu ada prinsip dominan dan aksen. Pada prinsip ini, perlu diperhatikan manakah bunga yang lebih banyak ditampilkan. Pada prinsip ini, elemen yang perlu diperhatikan seperti garis, warna, tekstur, dan ruang. “Terakhir prinsip lain yang diperhatikan adalah keseimbangan (baik fisik, visual, simetris, dan asimetris), irama, dan harmonisasi.”
Raras juga menyebutkan soal unsur desain yang perlu diperhatikan. Menurutnya ada beberapa unsur yaitu garis bisa berupa siluet lurus maupun melengkung. Unsur lain adalah bentuk baik tertutup dalam arti penggunaan banyak materi, sehingga, terkesan padat maupun bentuk terbuka yaitu materi yang digunakan disusun berjauhan satu sama lain.
Ada juga unsur ruang, tekstur, dan warna. Soal tekstur, setiap rangkaian baik berupa bunga, daun, atau aksesoris memiliki tekstur berbeda. Bisa bersifat kasar, halus, bergelombang, berkilau, atau buram. “Para pendekor diharapkan bisa menampilkan bermacam-macam tekstur untuk memperindah suasana,” jelas Raras.
Ragam aturan dalam mendekor memang beragam, hal ini sering membuat banyak orang tidak tertarik menjadi pendekor. Dari pengalamannya, ketika diminta untuk mendekor, banyak umat tidak terlalu antusias. “Bisa jadi karena sosialiasi atau kemalasan untuk mau memahami lebih jauh soal prinsip, unsur atau teknik desain,” ujar Lily Djemmy.
Umat Paroki Maria Bunda Perantara Cideng, Jakarta Pusat ini mengatakan, paling penting sebelum merangkai bunga perlu memperhatikan interior gereja. Ruangan gereja dengan interior bernuansa putih terang lebih mudah dijadikan latar belakang. Akan berbeda kalau interior gereja memiliki warna lebih beragam atau ruangannya redup dengan nuansa etnik. “Jangan sampai dekorasi kita membuat umat fokus kepadanya dan melupakan liturgi,” pesannya.
Terlepas dari semua ini, Raras dan Lily percaya, bahwa bunga tak harus menggunakan materi flora yang mewah dan mahal, tampilkan saja rangkaian sesuai dengan kebutuhan. Bunga-bunga sederhana asalkan dirangkai dengan baik dan tepat pun tak kalah elok. Perangkai bunga juga bisa memanfaatkan bunga yang tumbuh di pekarangan maupun halaman rumah. “Anggaran bunga yang mahal bisa disisihkan untuk keperluan gereja lainnya.”
Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: Karina Chrisyantia
HIDUP NO.29 2019, 21 Juli 2019