HIDUPKATOLIK.COM— Lebih dari 90 anak muda Katolik dari 15 negara berpartisipasi dalam ziarah tahunan “Angin Damai” di Korea Selatan, yang diselenggarakan oleh Keuskupan Agung Seoul.
Sebuah kelompok anak muda Katolik internasional saat ini sedang dalam perjalanan perdamaian selama enam hari menuju zona demiliterisasi (DMZ) yang membagi wilayah Korea Utara dan Selatan.
Lebih dari 90 pemuda dari 15 negara (Korea Selatan, Jerman, Timor Leste, AS, Malta, Serbia, India, Jepang, Inggris, Uganda, Cina, Kamboja, Tanzania, Hongaria) berpartisipasi dalam “Ziarah Remaja Dunia ke DMZ – Angin Perdamaian 2019 ” dimulai pada tanggal 16 hingga 22 Agustus.
Peserta melakukan ziarah melalui empat kabupaten di sepanjang zona demiliterisasi (DMZ) yang membagi Korea Utara dan Selatan.
Inisiatif tersebut, yang diselenggarakan oleh Komite Rekonsiliasi Rakyat Korea Keuskupan Agung Seoul dan didukung oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata serta Kementerian Unifikasi, bertujuan untuk perdamaian di Korea dan dunia.
“Saya berharap sementara kalian menikmati keindahan alam dan merenung, kalian dapat menyadari betapa perdamaian itu penting dalam hidup kita,” ujar Kardinal Andrew Yeom Soo-jung, meresmikan perjalanan pada hari Jumat. Menyambut panggilan Paus Fransiskus, Uskup Agung Seoul itu mengatakan, “Kita harus menemukan cara untuk membangun hubungan harmonis untuk hidup berdampingan dengan bumi dan ibu pertiwi, yang merupakan rumah kita bersama.”
Rekonsiliasi
Kardinal berusia 75 tahun itu berharap dan berdoa agar Program “Angin Damai” memungkinkan para peziarah untuk berdamai dengan diri mereka sendiri, dengan tetangga mereka, dengan lingkungan dan, akhirnya, dengan Tuhan.
Dalam ziarah damai tahun ini, 8 Suster Misionaris Benediktin dari Suster Tutzing dan Salesian dari Ordo Putri Maria Bantuan Umat Kristiani berpartisipasi.
Kegiatan selama 6 hari ziarah Angin Damai meliputi Misa, doa lilin, ceramah, program eksposure, presentasi, diskusi, program komunitas, dan gelar wicara oleh para pengungsi muda Korea Utara.
Kardinal Yeom dan Uskup Agung Alfred Xuereb, Nuncio Apostolik ke Korea Selatan, merayakan Misa bersama para peziarah muda pada hari Senin.
“Saya harap ‘Angin Damai’ dapat membawa angin perubahan. Saya akan berdoa untuk perdamaian tidak hanya di Semenanjung Korea tetapi juga di seluruh dunia, ” ujar Suster Salesian Agnes dari Mongolia mengatakan kepada UCANEWS.
Program ini diadakan setiap tahun sejak 2012. “Angin Damai” memungkinkan orang-orang muda mengalami sejarah, budaya dan perdamaian dengan melakukan ziarah ke daerah DMZ, yang menunjukkan baik rasa sakit historis rakyat Korea dan beberapa harta ekologis dari semenanjung.
Wilayah Terbagi
Setelah Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia II, pada tahun 1945, AS dan Uni Soviet sementara membagi semenanjung Korea sepanjang paralel ke-38.
Semenanjung itu masih terbagi setelah proposal reifikasi unifikasi ditolak oleh Uni Soviet.
Dengan meningkatnya ketegangan antara kedua negara tetangga, Korea Utara menyerbu Korea Selatan pada tahun 1950. Kedua Korea secara teknis masih berperang karena konflik tahun 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Sumber: Vatican News
Penerjemah: Felicia Permata Hanggu