HIDUPKATOLIK.com – Paroki Cijantung telah memasuki usia 40 tahun yang menandakan panggilan berbela rasa kepada masyarakat agar keadilan sosial terwujud.
Puluhan Payung berbagai warna menghiasi ruang udara halaman Paroki St Aloysius Gonzaga Cijantung pada perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus tahun ini, 23/6. Semarak warna-warni dari balutan kain satin menyelubungi area Gereja. Puluhan umat berpasang-pasangan terlihat mengenakan pakain daerah mewakili provinsi yang ada di Indonesia.
Suasana pesta ini merupakan puncak perayaan ulang tahun Paroki Cijantung ke 40. Setelah kurang lebih lima tahun berstatus stasi, pada tanggal 21 Juni 1979, Uskup Agung Mgr Leo Soekoto SJ meresmikan Stasi Cijantung menjadi paroki ke-32 di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). St Aloysius Gonzaga pun menjadi nama pelindung paroki ini.
Pembangunan Gereja Paroki St Aloysius Gonzaga sendiri ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Mgr Leo pada tanggal 17 Februari 1980. Perencanaan pembangunan itu meliputi sebuah rumah ibadat, aula serba guna, dan gedung pastoran. Tahap pertama dibangun gereja yang diselesaikan selama delapan bulan.
“Kalau nanti gereja ini selesai dibangun, jangan sampai ada warga yang menyesal. Karena untuk pembangunan gereja itu, ia hanya menyumbang jauh di bawah kemampuannya, atau tidak menyumbang apa-apa, sebatang pakupun tidak, sebutir pasirpun tidak,” ujar Mgr. Leo dalam khotbahnya yang sontak melecut semangat umat untuk semakin terlibat.
Akhirnya, delapan bulan setelah peletakan batu pertama, Gubernur DKI Jakarta, Tjokropranolo meresmikan pemakaian gereja ini pada tanggal 23 November 1980. Peristiwa ini hanya setahun lebih sedikit sejak Paroki Cijantung diresmikan.
Kini, di usia 40 tahun, Paroki Cijantung tidak hanya berfokus pada membangun gedung tetapi membangun iman dan mental umat. Vikaris Jendral (Vikjen) KAJ, Pastor Samuel Pangestu dalam sambutan perayaan puncak HUT Paroki, Minggu, 23/6 mengungkapkan, ukuran kematangan sebuah paroki terlihat dari kemampuannya berbela rasa dengan sesama dan lingkungan sekitar. Ukuran bela rasa itu termaktub dalam Arah Dasar KAJ pada sila kelima yakni mengamalkan Pancasila dengan menekankan pada keadilan sosial.
“Orang Katolik kalau tidak membuat bangsanya berkeadilan sosial itu tidak ada apa-apanya. Berusia 40 tahun berarti siap sedia ikut serta dalam mewujudkan keadilan sosial bagi sleuruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bukan hanya umat yang sejahtera, tetapu juga yang ada disekitar,” ungkapnya Pastor Samuel.
Pastor Paroki Cijantung, Handrianus Mone CSsR mengajak seluruh umat agar senantiasa selalu teguh dalam iman, tetap setia dalam pelayanan kasih. Ia mengajak umat bersatu membangun Paroki Cijantung agar paroki kita menjadi tanda sarana dan keselamatan Allah.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.28 2019, 14 Juli 2019