HIDUPKATOLIK.com – Ketika dihadapkan dengan mara bahaya di tengah pelayaran dan kesepian hidup di laut lepas, para pelaut akan lebih bersandar pada iman mereka.
Gereja Katolik memiliki perhatian khusus pada laut. Selain adanya seruan untuk melestarikan lingkungan melalui Ensiklik Laudato Si’, Paus Fransiskus mengajak umat Kristiani untuk tidak melupakan masalah air. Paus menyampaikan pesan ini di Hari Doa untuk Perawatan Alam Ciptaan, 1 September 2018.
Paus berpesan, agar kita berdoa bagi mereka yang mengabdikan diri pada kerasulan laut, bagi mereka yang turut memikirkan masalah-masalah yang menimpa ekosistem laut. Doa ini juga menyentuh mereka yang berkontribusi pada pengembangan dan penerapan peraturan internasional untuk laut, yang dapat melindungi individu, negara, kekayaan, dan sumber daya alam. Bapa Suci mengatakan, peraturan untuk menjamin pengembangan integral sebaiknya dipikirkan dalam perspektif kesejahteraan bersama seluruh umat manusia. Aturan ini jangan sampai hanya demi kepentingan pihak tertentu saja.
“Mari kita juga mengingat mereka yang bekerja untuk pelestarian kawasan laut, untuk perlindungan samudera dan keanekaragaman hayatinya. Kita berdoa, agar mereka melaksanakan tugas itu dengan cara yang bertanggungjawab dan jujur. Marilah kita mengingat generasi muda dan berdoa, agar mereka tumbuh dalam pengetahuan dan penghormatan akan rumah kita bersama,” imbau Paus.
Kerasulan Laut
Sejak 99 tahun silam, Gereja Katolik mempunyai suatu lembaga amal yang khusus berpastoral bagi para pelaut. Apostleship of the Sea atau Kerasulan Laut berawal dari imam Serikat Yesus (Societas Jesu/SJ) yang ingin memastikan Majalah Messenger dan literatur-literatur Katolik lainnya diedarkan di antara para pelaut. Serikat Yesus mencermati, bahwa umat Katolik yang bekerja sebagai nelayan, pekerja tambang, dan tentara angkatan laut, sangat sulit mendapat akses pada bacaan-bacaan rohani.
Atas keprihatinan ini, Serikat Yesus berupaya memastikan, bahwa surat kabar Katolik dapat didistribusikan kepada kapal-kapal. Serikat Yesus ingin merespons kebutuhan pelaut sebagai bagian dari pelayanan pastoral mereka. Setelah Kerasulan Laut terbentuk mereka menyebutkan, lebih dari 50 persen pelaut di dunia adalah penganut iman Kristen. Umat ini dilanda kesepian, jauh dari rumah dan terpisah dari komunitas dan keluarga mereka.
Ketika dihadapkan dengan mara bahaya di tengah pelayaran di laut lepas, para pelaut akan bersandar pada iman mereka. Karenanya, Kerasulan Laut mempunyai misi untuk memberikan dukungan spiritual, antara lain dengan merayakan Ekaristi di atas kapal. Kerasulan Laut juga berupaya menyediakan sumber-sumber iman seperti Alkitab dan buku doa bagi siapa pun yang menginginkannya.
Kerasulan Laut juga mendirikan kapel di pelabuhan-pelabuhan terbesar. Di pelabuhan para pelaut akan menerima sambutan hangat dari relawan beserta rohaniwan Kerasulan Laut. Tak hanya dukungan spiritual, mereka juga mendapatkan perawatan praktis. “Kami menyediakan layanan praktis dan pastoral bagi semua pelaut, terlepas dari kebangsaan, kepercayaan atau ras mereka. Rohaniwan dan sukarelawan menyambut para pelaut, menawarkan konseling, memberi bantuan praktis, perawatan dan persahabatan,” demikian Kerasulan Laut Inggris menulis di laman web resminya.
Pada tahun 2016, Paus Fransiskus memberi izin kepada para imam yang melayani para pelaut, untuk memberikan pengampunan atas dosa-dosa yang biasanya membutuhkan intervensi dari uskup atau Vatikan. “Saya ingin mengatakan sesuatu tentang perdamaian dalam hati seseorang,” kata Paus dalam pertemuan dengan para pastor dan relawan yang tergabung dalam Kerasulan Laut yang bekerja di pelabuhan-pelabuhan Eropa, pada 27 Juni 2016.
Bapa Suci juga menambahkan, banyak pelaut datang atau akan datang ke para pastor dengan masalah di hati nurani mereka. Hal ini membuat mereka sangat menderita karena mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengurusi hal-hal tersebut. “Dalam situasi ini, jauh dari rumah, dari negara mereka, dalam situasi yang telah diuraikan, mungkin dialog dengan para imam akan membuka cakrawala harapan para pelaut.”
Dalam jaringan internasional, Kerasulan Laut juga dikenal dengan nama Stella Maris atau Bintang Laut, yang merupakan gelar untuk Bunda Maria. Seperti halnya pelaut yang secara tradisional bergantung pada bintang-bintang untuk navigasi, mereka juga percaya pada perlindungan dan bimbingan Bunda Maria.
Stella Maris menjadi pelindung lembaga ini. Setiap bulan September, Kerasulan Laut mempersembahkan Misa khusus untuk memperingati Bunda Maria Bintang Laut pada Hari Pesta Nama Tersuci Maria dengan Misa.
Kerasulan Laut juga tergabung dalam International Christian Maritime Association (ICMA), organisasi nonprofit yang menghimpun komunitas-komunitas Kristen yang bekerja untuk kesejahteraan pelaut di seluruh dunia. Anggota ICMA mewakili berbagai Gereja dan komunitas Kristiani. ICMA mendefinisikan pelaut sebagai orang yang bekerja di kapal dagang, memancing, dan kapal penumpang.
Interfaith Ocean Ethics Campaign
Dalam lingkup Gereja Katolik sangat mudah menemukan komunitas yang bergerak dengan misi ekologi. Namun, sangat susah menemukan yang khusus berfokus pada laut. Meski demikian, Gereja bekerjasama dengan beberapa lembaga yang berjuang untuk laut. Salah satunya adalah Interfaith Ocean Ethics Campaign (IOEC) atau Kampanye Etika Laut Antaragama. Program ini merupakan gabungan dari Franciscan Action Network dan US National Religious Coalition on Creation Care serta afiliasi internasional mereka, yaitu Franciscans International dan World Stewardship Institute.
IOEC mempromosikan gerakan keagamaan global dan nasional untuk membangun kesadaran, kepedulian, dan pemulihan sistem laut, spesies, dan manusia. Beberapa komunitas agama tergabung dalam IOEC.
Ilmuwan kelautan dan para pendukung pembangunan berkelanjutan telah membunyikan alarm selama bertahun-tahun. Sayangnya, IOEC menilai tidak ada kemajuan dan kemauan politik untuk berubah dalam urusan internasional. IOEC kerap membawa isu sistem laut, spesies, dan masyarakat pesisir ke Kelompok Kerja PBB untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dengan memberikan perspektif iman dan etis.
Hermina Wulohering
HIDUP NO.28 2019, 14 Juli 2019