HIDUPKATOLIK.com – Paroki ini memiliki keutamaan merawat hubungan dengan masyarakat sekitar dan iman umat melalui kunjungan rutin lingkungan.
Sebuah gang di Jl Kelapa Gading III/38, Kramatjati, Cililitan menjadi saksi perjuangan para imam Serikat Yesus (Societas Jesu/SJ) merawat iman umat Katolik di wilayah itu. Gang yang tak banyak dilewati kendaraan roda empat itu menunjukkan semangat Gereja. Di sana Gereja menyatu dengan penduduk sekitar.
Sadar akan keberadaannya sebagai garam dan terang dunia, paroki ini berusaha membangun hubungan baik dengan siapa saja, termasuk mereka yang berbeda keyakinan. Pastor Alex Dirdja SJ mengungkapkan, paroki ini senantiasa berinisiatif mempererat tali persauadaraan dengan mengadakan acara Halal Bihalal yang diadakan di aula RT/RW setempat. Paroki yang mendanai kegiatan ini. “Bisa dikatakan hubungan kami dengan masyarakat setempat cukup baik. Kami bisa membangun komunikasi,” tutur Pastor Rekan Paroki Cililitan ini.
Tak cukup hanya itu, paroki juga memberikan tempat berjualan yang aman dan nyaman di sekitar sekolah St Markus yang tepat berada di samping gereja. Dengan kesempatan ini, masyarakat tidak berjualan di pinggir jalan, yang dapat mengganggu lalu lintas. “Tempat berjualan itu dibebaskan dari uang sewa. Paroki juga memberikan tempat parkir mobil gratis kepada masyarakat di area parkiran sekolah,” ujar Pastor Alex.
Semangat membangun kebersamaan bersama masyarakat sekitar merupakan lanjutan warisan keutamaan dari perintis dan pastor paroki pertama, Pastor Robertus Bakker SJ. Saat bertugas di tahun 1969, Pastor Bakker sekaligus melayani untuk Parki St Servatius Kampung Sawah, Bekasi. Imam ini juga yang mendirikan Perkumpulan Pelayan Pemakaman St Yusuf.
Wujud Kasih
Membangun hubungan dengan masyarakat sekitar adalah wujud kasih kepada sesama, namun pada hakikatnya Paroki Cililitan acap menitikberatkan pada pengembangan umat. Bak gembala yang mengenal domba-dombanya, begitu pula imam di paroki ini ingin senatiasa mengenal domba-dombanya secara lebih erat. Awal tahun 1970-an paroki ini terdiri dari pendatang berlatarbelakang Suku Jawa, Flores, Manado, Betawi, dan Tionghoa. Dari umat ini, sekitar sepertiga jumlah umat merupakan keluarga Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Kini, umat paroki berjumlah 3978 umat dengan lingkungan berjumlah 30.
Sejak tahun 2018, imam-imam di paroki ini bersama rajin mendatangi kediaman umat. Setiap lingkungan mendapat kunjungan sekitar empat kali. Di tahun 2019 ini, paroki menjadwalkan kunjungan tiga kali untuk setiap lingkungan. “Kami mengenal umat dengan kunjungan yang terjadwal dan teratur. Jadi ada kalender paroki, di situ sudah disebutkan di mana saja kunjungannya,” ujar Pastor Alex. Kunjungan ini belum termasuk kunjungan permintaan istimewa seperti perayaan ulang tahun, perkawinan, atau Misa bagi mereka yang meninggal.
Ada dua tipe kunjungan lingkungan, yakni Misa dan sarasehan. Pada kegiatan Sarasehan, imam mengajak umat membahas suatu topik iman untuk didiskusikan sembari ditemani kudapan ringan bernuansa lokal. Sarasehan adalah dialog terpimpin dan terarah. Imam menyampaikan pokok tema, lalu bersama umat didiskusikan.
Salah satu umat dari wilayah 10 Lingkungan Kelapa Gading Agnes Tribhakti Mardani menuturkan, umat paroki sangat tertarik dan terkesan dengan kunjungan pastor ke lingkungan. Dengan kunjungan ini, umat mengenal iman-imamnya dan kebijakan yang diambil paroki. “Kunjungan ini membuat hubungan Pastor dan umat semakin rekat,” pungkasnya.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.27 2019, 7 Juli 2019