HIDUPKATOLIK.com – Dari empat orang Katolik 80 tahun lalu, kini menjadi 65.279 jiwa umat di Toraja. Gereja terus berkarya dan menghadirkan diri secara maksimal di tengah masyarakat dan pemerintah.
Satu tahun telah berlalu, tepatnya 29 Mei 2018, Gereja Katolik Kevikepan Toraja, Keuskupan Agung Makassar (KAMS) merayakan 80 tahun kehadirannya sebagai sebuah komunitas Katolik melalui pembaptisan suci empat orang anak balita oleh Pastor Charles Dekkers, seorang misionaris CICM di Tampo, Makale, Tana Toraja. Perayaan syukur itu ditandai dengan pemberkatan Monumen Baptis Pertama dan Penahbisan Gereja Memori Stasi Santo Petrus Tampo Makale, yang menjadi simbol hadirnya Gereja Katolik di Toraja.
“Rahmat Allah Tercurah” adalah tema perayaan syukur 80 Tahun Baptis Pertama Katolik di Toraja. Tema ini menggambarkan perhatian istimewa Tuhan bagi masyarakat Toraja pada umumnya dan umat Katolik pada khususnya. Betapa tidak. Toraja dianugerahi alam yang indah, udara yang sejuk dan segar, tradisi dan budaya yang unik dengan sejuta kearifan lokalnya.
Dua Vikariat Apostolik
Toraja yang terletak di bagian Utara Provinsi Sulawesi-Selatan, berada pada dataran tinggi pengunungan antara 600-2800 meter di atas permukaan air laut. Sungguh luar biasa dan sangat istimewa. Rasa syukur itu semakin dalam karena Tuhan menganugerahi masyarakat Toraja dengan iman akan Yesus Kristus, melalui baptisan suci 80 tahun yang lalu dan sekarang dirayakan kehadirannya sebagai rahmat Allah yang terus-menerus dicurahkan pada masyarakat Toraja. Sukacita masyarakat Toraja menjadi sempurna karena dimahkotai dengan anugerah iman melalui pembaptisan suci.
Tanggal 13 April 1937, Vatikan memutuskan untuk membagi wilayah Vikariat Apostolik Celebes (Sulawesi) menjadi dua bagian. Wilayah Utara Sulawesi, pelayanan dipercayakan kepada Tarekat Misiona ris Hati Kudus Yesus (Missionarii Sacratissimi Cordis Jesus/MSC) dan Wilayah Selatan dan Tenggara dipercayakan kepada Kongregasi Hati Tak Bernoda Maria (Congregatio Immaculati Cordis Mariae/CICM), yang kemudian menjadi Perfektur Apostolik Makassar. Mgr Gerardo Martino Uberto Martens CICM ditunjuk sebagai Prefektur Apostolik Makassar. Pada tanggal 2 Juni 1937, untuk pertama kalinya, dua misionaris CICM tiba di Makassar (Ujung Pandang) sebagai tujuan misi. Mereka adalah Pastor Charles Dekkers CICM dan Pastor Jan van der Eerembemt CICM. Selanjutnya, Pastor Jan van der Eerembemt ditugaskan di bagian Tenggara Sulawesi (Pulau Raha) menggantikan Pastor J. Spelz MSC dan Pastor Charles Dekkers ditugaskan di Makassar dan Tana Toraja.
Ketika Mgr Gerardo Martino Uberto Martens ditunjuk menjadi Prefek Apostolik Makassar oleh Paus Pius XI pada tanggal 11 Juni 1937, Beliau berangkat dari Negeri Belanda bersama tiga imam CICM lainnya, yaitu Pastor Chris Eykemans, Pastor Cornelis van der Zant dan Pastor Gerard Menting.
Sebelum terjadi pembaptisan Katolik pertama di Tampo, Makale tanggal 6 Mei 1938, Pastor Chris Eykemans berkunjung ke Makale Tana Toraja awal bulan Maret 1938. Ia berjumpa dengan seorang guru bernama Petrus Pemba sekaligus katekis pertama di Toraja, yang kemudian mempersiapkan empat orang baptisan pertama. Di situ ia mengunjungi sebuah sekolah rakyat yang diasuh oleh guru Petrus Pemba yang menjadikan kolong rumahnya sebagai sekolah. Pastor Chris Eykemans kemudian diminta untuk segera tinggal dan mendirikan gereja dan persekolahan di situ. Namun karena belum mendapat izin, akhirnya Pastor Chris Eykemans tanggal 11 Maret 1938, meninggalkan Makale kembali ke Makassar.
Tonggak Sejarah
Waktu berjalan terus. Dua bulan kemudian setelah kepulangan Pastor Chris Eyke mans ke Makassar, sekitar tanggal 6 Mei 1938, Pastor Charles Dekkers CICM datang ke Makale dan membaptis empat orang balita. Peristiwa historis ini kemudian menjadi cikal bakal hadirnya sebuah komunitas Katolik di Tana Toraja atau akrab dengan sebutan Bumi Lakipadada. Dalam buku Register Baptis di Paroki Makale, keempat yang dibaptis, tercatat dari urutan pertama sampai keempat: Antonius Tambing Pemba, lahir 22 Februari 1935, anak dari So’Alik dan Lai’ Soeloe’; Nathaniel Taroekallo Andilolo, lahir 8 November 1936, anak dari Benyamin Roeroe Andilolo dan Ittang; Theresia Minggoe, lahir 1935, anak dari So’Alik dan Lai’ Soeloe’; Maria Tibe, lahir pada tahun 1937 anak dari So’ Alik dan Lai’ Soeloe’.
Sekali lagi, inilah cikal-bakal hadirnya Gereja Katolik di “Bumi Lakipadada Tondok Lepongan Bulan Tana Matarikallo”. Dari empat orang anak balita yang dibaptis 80 tahun yang lalu di Tampo itu, sekarang ini di Toraja telah menjadi sebuah Kevikepan dengan 12 paroki dan 1 kuasi paroki. Berdasarkan data statistik Keuskupan Agung Makassar (2017), tercatat bahwa umat Katolik di Kevikepan Toraja berjumlah 65.279 jiwa, dari 161.767 jiwa jumlah umat se-Keuskupan Agung Makassar. Itu berarti ada sekitar 40,35 % umat Katolik se-Keuskupan Agung Makassar berada di Kevikepan Toraja. Demikian juga dari 12 paroki dan 1 kuasi paroki, tercatat ada 236 stasi di Kevikepan Toraja dari total stasi se-Keuskupan Agung Makassar yang berjumlah 541 stasi.
Rahmat Allah melalui Roh Kudus-Nya senantiasa tercurah bagi umat dan masyarakat Toraja sampai saat ini. Setelah 80 tahun baptis pertama Katolik di Toraja, Gereja terus menerus berkarya dan menghadirkan dirinya secara maksimal di tengah-tengah msyarakat dan pemerintah. Kita berharap Gereja semakin berakar di Bumi Lakipadada yang tercinta ini, serta menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya dan masyarakat Toraja.
Pastor Albert Arina (Toraja)
HIDUP NO.27 2019, 7 Juli 2019