HIDUPKATOLIK.com – Keteladan para misionaris CICM dan dorongan keluarga menjadi penentu tumbuhnya panggilan-panggilan di Kevikepan Toraja.
“Tidak terlalu sulit menemukan keluarga yang memiliki panggilan suster, pastor, bruder, dan frater di Paroki Sangalla. Setiap tahun selalu ada calon seminaris pun suster,” ujar Pastor Yulius Tangke Bandaso, imam Serikat Misionaris Xaverian (SX) yang kini bertugas di Padang, Sumatera Barat. Kelahiran Makale, Toraja yang ditahbiskan menjadi imam pada 28 Januari 2001 ini mengaku, umumnya keluarga Katolik di Toraja bangga memiliki anak menjadi imam atau biara wan-birawati. Begitu pun dengan keluar ganya.
Pastor Yulius, demikian anak ketiga dari lima bersaudara ini disapa, adalah salah satu imam yang “keluar” Toraja dan Keuskupan Agung Makassar (KMAS). Pada awal mula panggilan tumbuh, putera-puteri Toraja lebih memilih menjadi imam diosesan (projo) atau CICM (Kongregasi Hati Tak Bernoda Maria/Congregatio Immaculati Cordis Marie). Uskup Agung Makassar saat ini, Mgr John Liku Ada’ adalah putera Toraja yang memilih menjadi imam diosesan kemudian dipilih Paus menjadi uskup auxlier/kemudian uskup agung. Belakangan ini, putera-puteri dan Toraja telah menyebar ke palbagai ordo/tarekat/kongregasi di Indonesia.
Dalam lima tahun terakhir ini, menurut Rektor Tahun Orientasi (TOR) di Sangalla, Pastor Cornel Tandiayu’, calon-calon imam yang masuk ke TOR di Toraja berkisar antara delapan sampai lima belas orang per tahun. Tahun ajaran 2014-2015 bahkan sampai 21 orang dan 13 di antaranya meneruskan ke Seminari Tinggi Anging Mammiri di Yogyakarta untuk Studi di Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta.
Suburnya panggilan imam, termasuk suster, bruder, frater, menurut Rektor Seminari Tinggi Anging Mammiri, Pastor Simon Oscar, sebanding dengan jumlah umat KAMS. Separuh dari umat KAMS ada di Toraja atau berasal dari Toraja alias 65.279 jiwa dari 161.767 jiwa umat KAMS. “Selain itu, katekese awal dan keteladanan para misionaris CICM telah menumbuhkan iman yang kuat di tengah umat Toraja sehingga para keluarga mendorong anak-anak mereka menapaki jalan panggilan Tuhan,” ujar Pastor Simon.
Koordinator Seksi Panggilan Kevikepan Toraja, Pastor Bartholomeus Pararak mengemukakan hal senada. Selain menggerakkan aksi panggilan dari sekolah ke sekolah di Toraja, orang muda Katolik Toraja dewasa ini melihat panggilan menjadi imam/suster/bruder/frater merupakan jalan hidup yang mulia. Keluarga sangat mengharapkan ada anaknya yang terpanggil bekerja di kebun anggur Tuhan. “Kami harus akui bahwa kami belum mempunyai jumlah riil panggilan untuk seluruh kevikepan dalam satu dekade tarakhir ini. Namun, kami boleh bangga, Toraja menjadi penyumbang terbesar pekerja di kebun anggur Tuhan untuk KAMS. Toraja adalah barometer,” timpal Pastor Bartholomeus yang juga Kepala Paroki Kristus Imam Agung Abadi, Sangalla.
Hasiholan Siagian
HIDUP NO.27 2019, 7 Juli 2019