HIDUPKATOLIK.com – Pemuda Katolik mendorong setiap anggotanya untuk meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemuda Katolik juga perlu melihat ke dalam dirinya.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan Pemuda Katolik hanyalah elemen kecil. Pemuda Katolik meskipun kecil, tidak boleh takut karena Indonesia menjadi besar dengan adanya elemen-elemen bangsa yang kecil, mau bersatu, dan bekerja sama untuk membangun bangsa yang besar ini. Demikian pernyataan Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik, periode 2018-2021, Karolin Margaret Natasha, dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pemuda Katolik di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, mulai Jumat, 21/6.
Lebih dari 100 pengurus Pemuda Katolik dari 32 komisariat daerah setingkat provinsi dan 187 komisariat cabang setingkat kabupaten dari seluruh Indonesia, hadir dalam Rakernas ini. Rakernas selama tiga hari, 21-23/6.
Karolin pada pidato pembukaan Rakernas mengatakan, kegiatan ini akan menjadi ajang konsolidasi sesuai mandat AD/ART. Pemuda Katolik ingin menyusun program, baik internal maupun eksternal, agar dapat berkontribusi memberi sumbangsih bagi bangsa dan Gereja.
Karolin, yang terpilih dalam Kongres Nasional XVII Pemuda Katolik pada Desember lalu, berharap, Pemuda Katolik akan lebih banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lebih bersifat kebersamaan. Dengan ini, Pemuda Katolik dapat semakin menyatu dan tidak terkotak-kotak. “Dalam Rakernas ini, saya ingin semua anggota Pemuda Katolik sama-sama menyatukan gerak dan langkah untuk menyusun program-program yang terbaik bagi Pemuda Katolik,” ujar Bupati Landak, Kalimantan Barat ini.
Rangkaian Rakernas diawali dengan Misa Pembukaan yang dipimpin oleh Moderator Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Pastor Johanes Haryanto, SJ, dengan didampingi tiga imam konselebran dari Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) serta moderator Pemuda Katolik lainnya. Pastor Haryanto mengapresiasi Pemuda Katolik yang mau masuk dalam ranah publik. Ia juga meminta Pemuda Katolik untuk sungguh mengambil bagian dalam perjalanan bangsa.
Revolusi Industri 4.0
Mengusung tema “Kaderisasi yang Berkelanjutan untuk Mewujudkan Pemuda yang Terampil, Kreatif, dan Inovatif di Era Revolusi Industri 4.0”, Pemuda Katolik dalam pernyataan persnya mendorong, setiap anggotanya untuk meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi informasi saat ini telah berperan penting dalam proses interaksi dan perubahan sosial. Karenanya, Pemuda Katolik turut mendorong kader-kadernya agar memiliki kemandirian dan daya tahan dalam hal ekonomi.
Berbagai pelatihan kewirausahaan menjadi penting dan strategis dalam program Pemuda Katolik selama tiga tahun ke depan. Lebih jauh, Karolin ingin agar Pemuda Katolik dapat melihat persoalan bangsa dengan lebih detail. Dari sana, Pemuda Katolik akan mampu merumuskan langkah yang tepat agar mampu lebih terlibat dalam pembangunan masyarkat.
Rakernas ini juga diisi dengan seminar nasional dan kuliah umum, yang umumnya berbicara soal pemuda dan kaitannya dengan era revolusi industri 4.0. Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Rosarita Niken Widiastuti, mengatakan, ekonomi digital berkembang luar biasa. Ekonomi digital ini memili potensi sebesar USD 180 miliar pada tahun 2020. Ia mengajak Pemuda Katolik untuk turut berkreasi dalam dunia digital dan memanfaatkan revolusi industri 4.0 untuk berbagai hal termasuk ekonomi. “Saya siap mendukung program Pemuda Katolik yang terkait hal ini,” ujar Niken.
Seminar dan kuliah umum yang dilaksanakan pada Jumat, 21/6, dan Sabtu, 22/6 ini juga menghadirkan pembicara dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Gerakan Pemuda Ansor, Ombudsman, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Badan Siber dan Sandi Negara. Direktur Organisasi Kemasyarakatan, Kemendagri, Lutfi TMA, berharap, pemuda-pemudi Katolik mampu mengambil kesempatan dengan kemajuan teknologi tanpa meninggalkan identitas Indonesia.
Sementara itu, Komisioner Ombudsman, Adrianus Meliala menganjurkan, Pemuda Katolik, sebagai organisasi kader, untuk terlebih dahulu berpikir “ke dalam”. Langkah selanjutnya, Rakernas akan mampu menghasilkan roadmap atau ‘peta jalan’ bagi Pemuda Katolik untuk dapat berinteraksi dengan teknologi 4.0. “Sebaiknya, dua, tiga tahun ke depan di era Karolin ini, Pemuda Katolik ngurus ke dalam dulu,” ujar Adrianus.
Saat ini bagi orang muda, menjadi anggota ormas tidak semenarik menjadi anggota komunitas yang berbasis hobi, minat, dan bakat. Pemuda Katolik seharusnya menguatkan diri menjadi organisasi modern, dengan bantuan dari teknologi 4.0. Anggota Komisi Kerasulan Awam KWI ini juga mengungkapkan, dalam menghadapi tantangan seperti radikalisasi dan liberalisasi, maka konteks kehidupan anggota Pemuda Katolik sebaiknya tidak lagi inward-looking seputar altar, melainkan diganti dengan outward-looking.
Meski demikian, lanjut Adrianus, gerakan outwardlooking ini masih jauh. Ia mengatakan, kebijakan atau regulasi publik yang cenderung radikal antara lain disebabkan tidak ada orang Katolik di sana.
Melibatkan Kader
Rakernas tiga hari ini akhirnya berujung pada dua poin utama; internal dan eksternal. Untuk urusan ke dalam, Rakernas ini sepakat untuk lebih melakukan pengembangan kaderisasi, antara lain dengan membentuk kepengurusan yang efektif dan definitif di setiap level, melalui mekanisme organisasi yang benar. Pemuda Katolik juga sepakat akan membentuk struktur organisasi sampai ke tingkat ranting atau desa dan melaksanakan kaderisasi berjenjang.
Untuk merespons hajatan besar Pemilu serentak April lalu, Pemuda Katolik ikut melibatkan kader-kader terbaiknya dalam kontes pemilihan anggota legislatif baik DPR-RI maupun DPRD. Selain itu, kader Pemuda Katolik juga terlibat sebagai tim sukses, pelaksana Pemilu, serta Relawan Pemantau Pemilu Independen. Ini sebagai bentuk kontribusi Pemuda Katolik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menyikapi perkembangan dunia teknologi, Pemuda Katolik menyatakan memandang penting untuk memberi perhatian khusus pada Revolusi Industri 4.0, digitalisasi ekonomi, serta perkembangannya yang mempengaruhi dunia manufaktur. Era digital saat ini memberi peluang-peluang pekerjaan baru, yang tidak pernah terbayangkan pada era sebelumnya. Namun, perkembangan ini juga dengan mudah menghilangkan profesi lama yang sekarang sudah mampu digantikan oleh sistem.
Hermina Wulohering
HIDUP NO.26 2019, 30 Juni 2019