HIDUPKATOLIK.COM-“KAMI kehilangan Bapak. Kami rindu dengan cara dia menyapa, menegur, menceritakan mob (komedi khas Papua). Uskup Saklil, seorang Bapak yang tidak saja baik tetapi juga bijaksana. ‘Gaiyabi’ telah pergi, tidak ada lagi yang bisa merasakan kehangatannya.”
Suara tangisan itu terdengar di halaman Rumah Sakit Mitra Masyarakat Timika. Maria Folatfindu, umat Paroki Katedral Tiga Raja Timika, tak kuasa menahan kesedihannya menyaksikan tubuh Mgr John Philip Saklil terbaring tak bernyawa. Sambil memegang tangan Uskup, ia terus berteriak histeris. Ia tak menyangka tugasnya sebagai perawat di RS Mitra Masyarakat itu harus melihat sebuah kenyataan: merawat Uskupnya yang baru saja meninggal dunia.
Sore itu, Sabtu, 3/8, Maria tidak sendirian. Riibuan umat sejak mendengar peristiwa duka ini sudah menyemut di halaman rumah sakit itu. Ada yang datang sambil membawa Rosario, ada pula yang membawa foto Uskup John Philip Saklil. Di sela doa mereka, ada tangisan duka cita atas meninggalnya gaiyabi, “bapak” mereka.
Mereka ingin menyaksikan langsung Mgr Saklil untuk terakhir kalinya. Di samping itu mereka juga ingin mengantar jenazah Uskup Keuskupan Timika ini ke Kantor Keuskupan Timika, Kompleks Rumah Transit Bobaigo, Jalan Cenderawasih Timika.
Jenazah Uskup Saklil bertolak dari kamar jenazah Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Caritas Timika Pukul 17.10 WIT dengan iring-iringan panjang kendaraan ribuan umat.
Isak tangis umat pecah seakan tak merelahkan kepergian seorang tokoh besar paling disegani di Timika itu. Di sepanjang jalan, terlihat orang tua, dan anak-anak dari berbagai kalangan agama berdiri sepanjang jalan menahan kesedihan. Saat jenazah Mgr Saklil diarak-arak, beberap umat juga berdiri di jalan itu terus melantunkan doa Salam Maria.
Lembut dalam Tindakan
Sr Bernadeth Resirwawan TMM, seorang suster yang pernah berkarya di Keuskupan Timika mengatakan, umat Timika merasa sedih atas kepergian Bapak Uskup. “Dia tidak saja seorang bapak tetapi teman dan sahabat yang baik. Dia bisa diterima oleh siapa saja termasuk umat beragama lain. Dia adalah tokoh yang sekali berbicara, umat taat. Suaranya keras, penuh tekanan, berwibawa dan selalu terarah pada keselamatan jiwa,” ujar Sr Bernadeth yang baru saja dipilih sebagai Dewan Pimpinan TMM, akhir Juli lalu.
Berbicara soal disiplin, Martinus Saklil, ponakan dari Mgr Saklil yang berasal dari Kei Besar, Maluku Tenggara bercerita, Uskup Saklil seorang yang tegas. Kadang lembut terhadap orang lain tapi disiplin pada keluarganya. Dia sangat susah membantu keluarga, tetapi umat lain, dirinya sangat loyal. “Itu yang membuat kami para ponakan sangat mencintai dan mau mencontohi beliau,” kesannya.
Umat Mengikhlaskan
Ketua Unio Imam Projo Keuskupan Timika dan Papua Pater Dominikus Hodo, ketika menyampaikan pengumuman mengatakan, jenazah Uskup Saklil rencananya akan disemayamkan di Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Minggu (4/8).
Pastor Domi,sapaanya melanjutkan, dirinya mendapat informasi bahwa bapak Uskup sempat jatuh di lantai dan langsung tidak sadarkan diri. Saat itu beliau hendak pergi makan siang di Rumah Uskup persis di samping Kantor Keuskupan Timika. Sopir pribadi uskup bersama seorang pastor langsung membawanya lari ke RSMM,” kata Pastor Domi.
“Seluruh umat harus menerima bahwa Tuhan lebih mencintai dia, kita mencintai Uskup tetapi Tuhan lebih mencintai dia,” imbuh Pastor Domi.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Uskup Saklil sempat mendapatkan Sakramen Minyak Suci dari Pastor Paroki Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Pastor Amandus Rahadat Pr.
“Saya juga seperti tidak terima kenyataan, tapi mau bagaimana, inilah bentuk kecintaan Tuhan Allah. Tidak mungkin untuk dibantah. Ujung-ujung kita semua akan ke sana, hanya waktu dan cara yang berbeda,” kata Pastor Domi.
Menurut Pater Domi, tim medis rumah sakit sempat memberikan pertolongan. Namun kondisi Uskup Saklil semakin kritis lalu dipindahkan ke ruang ICU, namun semua upaya tidak berhasil dan dinyatakan meninggal sekitar pukul 14.10 WIT.
Riwayat Diabetes
Pastor Amandus Rahadat memgatakan, Uskup Saklil memang memiliki riwayat penyakit diabetes, namun selama ini tidak ada keluhan sama sekali.
Bahkan para pastor tahu bahwa ia lagi kurang sehat tetapi tetap fokus melayani. Nyatanya Uskup Saklil baru saja tiba kembali di Timika setelah menerima tugas baru dari Paus Fransiskus menjadi Administrator Apostolik sede plena di Keuskupan Agung Merauke pada 27 Juli 2019 lalu. “Beliau baru tiba dari Merauke. Di sana dia harus berpikir bagaimana soal kehidupan umat Sampai-sampai melupakan kesehatannya. Tetapi itulah bapak Uskup Timika.”
Beberapa waktu lalu ketika HIDUP meminta tanggapan soal pemilihannya sebagai Administrator Apostolik, Uskup Saklil mengatakan, dirinya meminta dukungan akan tugas berat ini.
“Saya hanya mohon ke umat untuk taat pada keputusan Gereja dan membangun persekutan iman yg menghidupkan di Keuskupan Merauke.
Saya masih dlm proses belajar dan mengenal. Saya belum bisa buat harapan- harapan pastoral ke depan,” jawabnya kepada HIDUP.
Putera Terbaik
Mgr. John Philip Saklil lahir di Kokonao, Ibu Kota Distrik/Kecamatan Mimika Barat, Kabupaten Mimika, Papua, Indonesia, 20 Maret 1960, meninggal dunia pada usia 59 tahun.
Ia ditahbiskan menjadi imam diosesan Keuskupan Jayapura pada tanggal 23 Oktober1988. Bersamaan dengan pendirian Keuskupan Timika sebagai pemekaran dari Keuskupan Jayapura, Mgr. Saklil ditunjuk sebagai Uskup pertama Timika pada 19 Desember 2003.
Ia menerima tahbisan dari Keuskupan Jayapura pada 18 April 2004 oleh Mgr Leo Laba Ladjar, OFM Uskup Jayapura sebagai pentahbis utama didampingi Uskup Agung Emeritus Merauke Mgr. Jacobus Duivenvoorde, MSC dan Uskup Agats Mgr. Aloysous Moerwito, OFM sebagai uskup pentahbis pendamping.
Uskup Saklil memilih moto “Parate viam Domini” yang merupakan suatu seruan kenabian, ditujukan kepada semua orang, terutama seluruh yang terlibat di Keuskupan Timika untuk bertobat, menyiapkan diri, membersihkan hati, supaya diselamatkan oleh Tuhan.
Mgr. Saklil terpilih menjadi Ketua Komisi Kepemudaan KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) sejak 2009 hingga 2015.
Pada 27 Juli 2019, Ia ditunjuk sebagai Administrator Apostolik Sede Plena bagi Keuskupan Agung Merauke, setelah pembebastugasan Mgr. Nicolaus Adi Seputra, MSC.
“Ia adalah salah satu putera terbaik dari Kokonau, Papua dan Kei, Maluku. Menantikan orang baik seperti dia mungkin sudah susah. Tetapi kami bahagia dia pernah hadir bersama kami. Dia adalah Uskup terbaik yang kami kenal. Kami rindu candaannya. Kami rindu setiap kali berkunjung membagikan rokok kepada kami,” ujar Antonius Moken seorang umat dari Kokonau.
Yusti H.Wuarmanuk