HIDUPKATOLIK.com – Pendampingan terhadap para biarawan dan biarawati yang sakit tidak saja menyentuh sisi medis tetapi secara keseluruhan.
Pada Sidang Tahunan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) 2009, para uskup membahas tema “Wajah Misi Kita di Bidang Kesehatan: Refleksi KWI atas Karya Evangelisasi Gereja Katolik Indonesia di Bidang Kesehatan. Dan pada akhir Sidang KWI, para uskup mengeluarkan pesan pastoral. Para uskup melihat, karya pelayanan kesehatan yang menjadi bagian misi Gereja Katolik di Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari panggilan dan perutusan Gereja untuk mewartakan Kerajaan Allah.
Terkait dengan hal ini, bagaimana dengan jaminan kesehatan bagi para biarawan dan biarawati? Sejauh mana keterlibatan Gereja dalam menjamin kesehatan para pelayan pastoral dimaksud? Mengenai hal ini, Delegatus Karya Kesehatan KWI Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC menyampaikan pendapatnya. Berikut petikannya:
Apa peran Karya Kesehatan terhadap para biarawan-biarawati?
Pada dasarnya karya pelayanan kesehatan ada karena Gereja beguru kepada Yesus yang menyembuhkan demi pewartaan Kerajaan Allah. Karya ini harusnya dilakukan sebaik-baiknya penuh kasih sayang, ramah-tamah, dan menyeluruh. Karena sakit itu bukan saja secara fisik tetapi juga seluruh eksistensinya. Pola pendampingan ini juga hendaknya menjadi pola pendampingan kepada para biarawan-biarawati.
Apa yang dimaksudkan dengan sakit itu bukan sekadar persoalan medis, tetapi menyentuh hakikat manusia?
Para biarawan-biarawati perlu didampingi bila sakit tetapi juga dipahami eksistensinya sebagai manusia. Sebab hakikat manusia itu pula yang menjadikan karya kesehatan itu memiliki sisi insani sekaligus Ilahi. Bagi Gereja, penebusan Kristus dan rahmat penyelamatan-Nya sungguh-sungguh menyentuh manusia seutuhnya, termasuk para biarawan-biarawati yang sakit, lemah, dan menderita, juga yang diambang kematian.
Bagaimana pendampingan terhadap mereka yang sakit?
Sebenarnya pendampingan ini diserahkan kepada tarekat dan keuskupan masing-masing. Tentu dasar pendampingannya adalah memprioritaskan keselamatan jiwa dari para biarawan-biarawati tersebut. Bila ada yang sakit keras dalam pengalaman mereka diberikan tugas pelayanan yang bisa membantu proses penyembuhan mereka. Tetapi pendampingan diserahkan kepada unit masing-masing sesuai dengan aturannya. Intinya ada usaha untuk selalu menghadirkan wajah Kristus yang “sehat” kepada umat. Itu bisa terjadi bila biarawan- biarawati pertama-tama sehat terlebih dahulu.
Salah satu jaminan kesehatan yang digunakan biarawan-biarawati adalah BPJS. Bagaimana Uskup melihat hal ini?
Sebagai warga negara jaminan kesehatan atau BPJS ini bisa membantu para biarawan-biarawati. Kita harus melihat hal yang paling penting adalah mendorong lembaga pelayanan kesehatan Katolik agar kian bersemangat memikirkan kembali peningkatan mutu dan keterjangkauan karya kesehatan. Kalau pelayanan ini berjalan bagus maka pelayanan kesehatan Katolik senantiasa menimba kembali spiritualitas pelayanan kesehatan Katolik yang berasal dari Yesus Kristus.
Apa harapan Uskup untuk karya kesehatan Katolik terhadap biarawan-biarawati?
Banyak orang mengatakan karya kesehatan Katolik saat ini seakan berada dalam situasi lemah. Karya-karya yang pernah gemilang bersama karya pelayanan pendidikan, kian hari makin redup. Kita sebagai bagian Gereja tentu dipanggil untuk ikut serta memikirkan masa depan karya ini. Karena kehadiran karya pelayanan kesehatan merupakan perwujudan nyata iman akan Allah yang berbelas kasih kepada mereka yang sakit dan menderita.
Lexi Kalesaran/Yusti H. Wuarmanuk
HIDUP NO.26 2019, 30 Juni 2019