web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Menimba Sukacita Perjumpaan

2/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Tidak hanya para prajurit, mereka yang berelasi langsung dengan pihak militer juga ikut merasakan dampak positif dari Ziarah Militer Internasional (ZMI).

Konflik dan perang telah membuat ribuan prajurit mengalami trauma berkepanjangan. Hantaman kekerasan sedikit demi sedikit menggerogoti hati nurani dan menghilangkan kedamaian. Ziarah spiritual pun menjadi obat penawar bagi tercabiknya jiwa.

Derrick M
Prajurit Peziarah 2014

“Atas nama prajurit Fort Bragg, kami berterima kasih atas pengalaman seumur hidup yang indah untuk melakukan perjalanan ke Lourdes, Prancis, untuk Ziarah Militer Internasional ke-56. Saya sangat gembira, seperti begitu banyak prajurit lain dari Fort Bragg, yang dipilih untuk melanjutkan ziarah ini, tetapi lebih bersemangat untuk memberi tahu orang lain tentang pengalaman kami sekembalinya kami. Perjalanan ini akan dihargai selama sisa hidup kami.”

Claudia J
Istri Korps Marinir dan Perawat, Relawan ZMI 2018

“Anda tidak harus berperang untuk merasakan dampaknya yang menghancurkan. Sebagai seorang istri militer, saya telah menyaksikan suami saya berubah setelah penempatan dan pelatihannya. Meskipun saya bangga dengan pelayanannya, dampak pada pernikahan kami telah membinasakan. Tapi ada harapan.

Ada Lourdes. Sebagai seorang istri dan perawat, saya sangat diberkati telah menjadi bagian dari peziarahan prajurit ke Lourdes, dan saya katakan kepada Anda, saya menemukan kedamaian, kegembiraan, persahabatan, dan penyembuhan untuk meneruskan panggilan saya sebagai istri militer. Saya jamin Anda akan mengalami salah satu dari karunia luar biasa yang Tuhan miliki untuk kita masing-masing, ketika Anda bertemu ibu Tuhan kita, Yesus.”

Kapten Gary M Rose
Peraih Medali Kehormatan (penghargaan militer tertinggi AS), Peziarah Militer 2018

“Selama hampir 48 tahun saya berjuang dengan membuat keputusan di tengah sengitnya pertempuran. Pada saat Perang Vietnam, saya memerintahkan tiga orang yang sudah mati untuk ditinggalkan. Kami berusaha untuk membawa mayat tersebut melalui hutan yang lebat dan gempuran ledakan terus menerus.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Saya sadar, ini akan mengancam jiwa prajurit yang masih hidup. Saya juga harus peduli dengan mereka yang masih hidup. Hal yang paling menggangguku adalah kenyataan bahwa jika kami meninggalkan mayat itu, tubuh mereka tidak mendapatkan penguburan yang layak, terlepas apakah mereka Buddha atau Katolik. Saya tidak bisa membayangkan wajah keluarga yang menanti mereka pulang.

Selama setengah abad, saya dihantui perasaan bersalah karena meninggalkan tubuh ketiga prajurit itu, walaupun saya tahu saya mencoba membawa mereka pulang. Namun, setelah perjalanan saya ke Lourdes, entah bagaimana saya menyadari bahwa saya membuat keputusan yang tepat. Saya mendapat keyakinan bahwa ketiga prajurit yang tubuhnya saya tinggalkan di medan perang mengetahui bahwa saya tidak melakukannya karena dengki, melainkan karena memikirkan rekan sesama prajurit yang masih bisa selamat dari pertempuran.”

Kim dan Charles B
Prajurit Peziarah dan Pengasuh

“Perjalanan peziarahan ini adalah peristiwa yang telah mengubah hidup kami berdua. Setelah selamat dari kanker otak selama 7 bulan, putra saya Charlie didiagnosis dengan tumor berulang pada Januari 2017 dan10 bulan kemudian pada bulan Oktober di tahun yang sama setelah melalui tahap radiasi dan kemoterapi sekunder. Meskipun Charlie kehilangan sebagian besar fungsi di sisi kirinya dan kesulitan berbicara, ia tetap memiliki iman yang kuat, dan kami sangat senang mengetahui bahwa kami akan pergi ke Lourdes.

Saya mengakui bahwa saya yakin dia akan pergi untuk disembuhkan di sana … walaupun kesembuhan fisik itu tidak terjadi. Namun, Charlie mengatakan bahwa kita telah datang untuk penyembuhan fisik, tetapi telah menerima penyembuhan spiritual dan kekuatan untuk perjalanan sebagai gantinya. Penyembuhan inilah yang penting. Warisan perjalanan Lourdes bagi kami adalah persahabatan kekal yang didasari oleh kekuatan spiritual yang telah diberikan kepada kita dimana rekan-rekan peziarah turut berdoa untuk kami dan menambahkan kami ke dalam rantai doa di dalam paroki mereka.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Kami semakin merasa bahwa kita adalah bagian dari persekutuan para kudus. Saya tidak pernah lebih bersyukur atas iman Katolik saya. Kita tahu bahwa Yesus selalu beserta kita dan ibu-Nya yang kudus senantiasa menjadi perantara doa bagi kami.”

Kapten Kathy Thorpe., USNR (Purn.)
Relawan PMI 2018

“Perjalanan ke Lourdes akan selamanya terukir dalam ingatanku. Aku menyaksikan sekitar 15.000 prajurit dan wanita dari seluruh dunia berdoa bagi perdamaian bersama Perawan Maria yang Terberkati. Mereka semua adalah bagian dari Ziarah Militer Internasional. Bagi saya, peristiwa ini seperti sebuah “Olimpiade untuk Maria” dengan semua kemeriahan arak-arakan yang pantas diterimanya, dan musik indah dari penyanyi tenor, musisi, dan band Irlandia yang mewakili lebih dari 30 negara.

Saya hanya dapat memikirkan Mazmur 98: 4-6 yang berbunyi: ‘Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi dan lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!’ Dengan pengalaman khusus tentang rahmat ini, telah memperkuat imanku untuk memantapkan langkah ke depan.”

Jonathan A
Korps Marinir, Prajurit Peziarah 2017

“Caroline dan saya sangat diberkati karena diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam Ziarah Militer Internasional 2017. Saya tidak bisa mengatakan cukup tentang apa yang terjadi pada kami, baik sebagai individu maupun sebagai pasangan, di mana kami menghadapi tantangan konstan dari layanan tugas aktif di Korps Marinir.

Sangat mudah untuk kehilangan kepercayaan atau menderita baik secara fisik maupun spiritual, tetapi penyembuhan yang kami nikmati, baik selama perjalanan kami ke Lourdes dan sejak kembali, adalah sesuatu yang saya harap dapat kami bagikan dengan semua sesama anggota dinas kami, khususnya mereka yang menderita.”

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Larry J
Peziarah Lourdes 2016

“Aku dan saudaraku Tom dan Tim bertemu para Ksatria Columbus (KC) di Lourdes pada tanggal 18 Mei 2016. Kami menghadiri Misa pembukaan mereka dan kemudian diminta untuk berjalan bersama mereka melalui Gerbang Belas Kasihan untuk memulai ziarah. Peristiwa itu adalah puncak dari perjalanan kami.

Tim menderita kanker yang tidak dapat dioperasi dan ingin melakukan perjalanan ke Lourdes dengan harapan adanya mukjizat, tetapi lebih dari itu, untuk memperkuat hubungannya dengan Tuhan sehingga ketika waktunya tiba dia akan siap. Tim kalah dalam pertempuran melawan kanker pada tanggal 18 Juni, tetapi dia tidak pernah kehilangan harapan. Tim berbicara tentang perjalanan kami ke Lourdes setiap hari sampai hari ia dipanggil oleh Tuhan.

Dia mengatakan dia tidak bisa meminta harapan terakhir yang lebih baik dan bagaimana pertemuan dengan KC sangat berarti baginya. Dia terkejut dengan bagaimana KC mengundang kami ke dalam hidup mereka tanpa mengenal kami. Anggota staf KC duduk bersama kami bertiga selama lebih dari satu jam dan kami berbicara tentang hal-hal besar yang telah KC lakukan untuk para veteran. KC tak jemu-jemu mendengarkan kisah Tim. KC sungguh kagum pada cinta yang ditunjukkan oleh tiga bersaudara ini.

Tim dan saya merupakan Veteran Angkatan Darat dan Tom adalah kopral Departemen Kepolisian Arlington Virginia. Pertemuan ini sungguh menyentuh hati kami. Kami tidak menerima mukjizat yang kami harapkan, tetapi yang kami dapatkan adalah cinta dari tiga bersaudara yang akan bertahan sepanjang jarak dan waktu.”

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.25 2019, 23 Juni 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles