HIDUPKATOLIK.com – Apa yang istimewa dari pemikiran Sosialisme Islam? Akankah ia mirip dengan cara pemikir-pemikir Barat seperti Karl Marx. Atau sebenarnya Sosialisme Islam memiliki karakternya sendiri. Lalu, apabila Sosialisme Islam memang orisinal, berdasar apakah pemikiran ini dibangun.
Buku Merevitalisasi Pemikiran Sosial Islam karya Pastor Greg Soetomo SJ menjelaskan Sosialisme Islam menurut Hasan Hanafi. Pemikir Islam kelahiran Kairo, Mesir ini, dalam karya-karyanya terus mengkritik modernisme. Hanafi meyakini, Teologi Islam adalah faktor penting yang akan mampu mengubah masyarakat. Hanafi percaya, setiap agama memiliki kapasitas transformatif sosial.
Sebagai pembanding, buku ini juga menyajikan pemikiran postmodernisme dan kapitalisme dari Fredric Jameson. Jameson memahami postmodernisme sebagai fenomena kebudayaan dari kapitalisme lanjut. Mempelajari mode produksi juga berarti mempelajari kebudayaan, yaitu seluruh kehidupan sosial, gaya hidup, cara berbicara, dan berpikir.
Pemikiran Hanafi dapat di telusuri dengan mundur sekitar satu setengah abad sebelum kelahirannya pada 13 Februari 1935. Saat itu adalah ketika Napoleon Bonaparte mendarat di Alexandria 1 Juli 1798. Di sinilah terjadi perjumpaan antara Islam dan Barat yang pada gilirannya memunculkan pertanyaan di kalangan pemikir Islam, apa rahasia kekuatan Barat? Bagaimana komunitas Islam mampu memperoleh status dan peranan kepemimpinannya?
Sosialisme Islam mengkampanyekan gagasan Islam progresif, Kiri Islam, dan “Teologi Pembebasan” dalam Islam. Sosialisme Islam adalah tanggapan atas tantangan sosial yang dihadapi umat Muslim. Jurang kaya miskin juga menjadi persoalan dalam kehidupan masyarakat dalam pandangan Islam.
Hanafi mengaitkan pemikirannya tentang Sosialisme Islam dalam disiplin-disiplin pemikiran Islam, yaitu tasawuf, falsafah, kalam, dan fikih. Hal ini jelas menggambarkan keluasan pemikiran Sosialisme Islamnya. Dalam penjelasannya tentang “tasawuf Sosial Islam” misalnya, Hanafi berusaha menyatakan, bagaimana tasawuf bukan saja sebagai praktik
kemenangan ruh (spirit), melainkan sebuah tindakan partisipatif untuk memperbaiki masalah-masalah sosial. Hanafi menawarkan mistisisme yang mencerahkan generasi yang sedang bergumul dengan tantangan di dunia modern.
Dalam penjelasannya tentang “fikih (fiqh) sosial”, Hanafi menjelaskan bahwa kata “Islam” yang umumnya dipahami sebagai ‘menundukkan wajah’, ‘berserah diri’, ‘selamat dan sejahtera’, dan ‘damai atau kasih sayang’. Namun, di lain pihak, “Islam” juga mengandung makna “protes, perlawanan, dan revolusi”. Menurutnya, syahadat juga memiliki pengertian “bersaksi atas sebuah zaman”.
Dengan pemikirannya ini, Hanafi berhasil menyajikan sebuah alternatif pemikiran Sosialisme Islam yang berdasar pada Teologi Islam. Dengan begitu, ia juga menjelaskan bahwa dalam Islam, beriman seharusnya tidak sekadar menjalankan praktik agama, namun harus sampai pada kepedulian terhadap dunia di sekitar.
Membaca buku ini tentu saja mengandaikan pembaca mengerti istilah-istilah sosialisme. Pemahaman akan istilah-istilah dalam pemikiran Islam juga diperlukan untuk membaca buku ini. Pastor Greg membantu pembaca, yang mungkin baru pertama kali menyelami pemikiran Sosial Islam, dengan menyajikan catatan kaki yang memadai untuk membantu pembaca memahami alur pemikirannya. Buku ini sangat bermanfaat bagi siapa pun yang ingin mencicipi pemikiran pemikiran Sosial Islam dan menimba nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Judul : Merevitalisasi Pemikiran Sosial Islam
Penulis : Greg Soetomo SJ
Penerbit : OBOR, 2018
Tebal : xix + 288 halaman
Antonius E. Sugiyanto
HIDUP NO.24 2019, 16 Juni 2019