HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang terkasih, saya punya masa lalu yang buruk. Pola asuh yang buruk dari orangtua saya. Ibu saya suka membentak dan “main tangan” kepada saya. Sedangkan ayah saya cuek dan sering ikut memarahi saya, kadang juga melakukan kekerasan fisik dari kecil sampai saya remaja. Saya juga mengalami pelecehan seksual masa kecil. Pelecehan seksual itu dilakukan oleh orang terdekat saya, keluarga. Pelecehan itulah yang menyebabkan saya mengalami kecanduan pada hubungan seksual. Bahkan saya melakukannya dengan pacar saya. Saya ingin menjadi perempuan normal pada umumnya. Apalagi saya akan segera berkeluarga. Saya tidak mau trauma masa kecil saya menyebabkan saya salah mendidik anak-anak nanti. Terimakasih.
NN, Surabaya.
Saya dapat membayangkan betapa menderitanya hidup yang Anda alami. Tak ada rasa aman dari orangtua. Belum lagi saudara yang seharusnya ikut memberikan rasa aman, ternyata melakukan pelecehan seksual. Pola asuh orangtua semacam ini memang bukan kondisi yang kondusif bagi perkembangan seorang anak, karena anak menjadi kehilangan “tempat berlindung”. Apalagi, saudara yang seharusnya juga ikut memberi rasa aman, ternyata malah melecehkan secara seksual. Pengalaman-pengalaman semacam itu, pasti akan menimbulkan gambaran buruk mengenai orangtua dan diri sendiri.
Salah satu dampak dari gambaran diri yang buruk muncul dalam bentuk perasaan tak ada orang yang mau menerima Anda; orang lain hanya mau menerima Anda sebagai obyek seksual. Akibatnya, mengalami yang Anda sebut sebagai kecanduan pada hubungan seksual. Perilaku ini Anda lakukan supaya Anda merasa diterima oleh orang lain, atau supaya orang lain mau menerima Anda dan tak menyakiti anda.
Beruntung, sebelum memulai hidup berkeluarga, muncul kesadaran akan ‘nasib’ yang Anda alami. Dan kesadaran supaya anak-anak jangan mengalami seperti apa yang Anda alami. Hal inilah yang menjadi keprihatinan Anda sekarang ini. Apa yang Anda alami sekarang mirip suatu pertobatan. Anda tak ingin mengulang peristiwa buruk terjadi pada masa depan. Oleh karena itu, Anda perlu rekonsiliasi dengan masa lalu dan orang-orang di sekitar yang telah membuat Anda tak nyaman.
Demi memutuskan mata rantai pola asuh yang penuh kekerasan yang pernah Anda alami, Anda perlu berdamai dulu dengan orangtua dan masa lalu. Cobalah untuk memahami mengapa orangtua dulu melakukan pola asuh yang Anda anggap buruk. Mungkin mereka berbuat semacam itu, karena diperlakukan sehingga mereka ‘melanjutkan tradisi’ pengasuhan dalam keluarga.
Kalau benar demikian, maafkanlah mereka. Sebab, mereka juga tak tahu yang mereka lakukan. Andapun perlu memaafkan saudara yang menjadi pelaku pelecehan seksual, supaya Anda tak selalu merasa sakit hati bila melihat atau bertemu dengannya.
Selain itu, Anda juga harus mulai belajar atau mencari model pengasuhan yang menurut Anda baik dari para orangtua yang Anda kenal, terutama para orangtua yang anak-anaknya berkembang secara baik. Usahakan untuk mengadopsi cara-cara yang mereka lakukan.
Berkaitan dengan perilaku seksual yang selama ini Anda lakukan adalah menghentikan kebiasaan itu. Anda perlu belajar untuk mengendalikan diri. Bila pacar memang mencintai Anda apa adanya, ia pasti memahami dan melakukan hubungan intim begitu kalian resmi menikah. Seandainya ia memutuskan hubungan kalian, berarti ia hanya menginginkan Anda sebagai obyek seksualnya saja.
Selamat mempersiapkan diri untuk membangun rumah tangga dan menjadi orangtua yang lebih baik bagi sang buah hati.
Drs George Hardjanta MSi
HIDUP NO.24 2019, 16 Juni 2019