web page hit counter
Kamis, 26 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Berkat yang Diabaikan

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Air hujan yang jatuh melimpah secara cuma-cuma dibiarkan berlalu dan masyarakat masih sering mengeluh kekurangan air.

Suatu hari, Bambang Ismawan berani saja mencoba mengkonsumsi “air strum” hasil produksinya. Konon, air itu baik untuk kesehatan. Yang dimaksud dengan “air strum” ini adalah air yang diolah dengan dialiri listrik. Dengan proses ini, maka tingkat keasaman air akan berubah.

Pada hari-hari awal mengkonsumsi air itu, ternyata Bambang justru mengalami sedikit gangguan dalam pendengarannya. Ia pun pergi ke dokter, dan mendapati bahwa tidak ada masalah apapun di dalam organ pendengarannya. Dokter mengatakan, kesehatan dan kebersihan organ dengarnya justru dalam kondisi yang sangat baik.

Mendapati kenyataan ini, Bambang tidak lantas berhenti mengkonsumsi “air strum” itu. Benar saja, lambat laun gangguan pendengarannya hilang dan sebagai hasilnya, kondisi kesehatannya juga semakin baik. Ia meyakini, hal ini berkat kasiat “air strum” yang dikonsumsi itu.

Memanen Hujan
Ide untuk mengolah air dengan cara dialiri listrik didapatkan Bambang dari Komunitas yang diinisiasi Pastor Vincensius Kirjito. Imam Keuskupan Agung Semarang ini bersama sejumlah orang telah lama mengolah air hujan dengan cara dialiri listrik. Dengan cara itu, akan dihasilkan air dengan tingkat asam dan basa tertentu yang dapat dikonsumsi.

Baca Juga:  Kardinal Suharyo: Tahun Suci 2025, Pembukaan Pintu Suci Hanya Simbol

Cara yang dijalankan Pastor Kir dan teman-temannya ini adalah satu cara yang dapat dipilih untuk mengolah air hujan. Ia mengungkapkan, air hujan sebenarnya memiliki banyak manfaat, namun masyarakat masih banyak yang belum sadar untuk mengolah dan memanfaatkannya.

Teknik pengolahan air hujan yang dilakukan Pastor Kirjito ini sebenarnya dengan metode ionisasi. Ia menggunakan arus listrik searah (DC) bertegangan 220 volt. Arus listrik dialirkan ke konduktor stainless foodgrade pada dua bejana yang berhubungan dan berisi air hujan. Ia mengatakan makin lama proses ionisasi, perbedaan pH antara dua bejana makin tinggi, satu bejana kian basa, yang lain makin asam. Air basa bisa langsung konsumsi, yang asam untuk pupuk tanaman.

Baca Juga:  Kisah Natal yang Hangat : Kesederhanaan Natal Menginspirasi Mereka untuk Melihat Kasih Kanak-kanak Yesus dalam Diri Sesama

Pastor Kir meyakini, bahwa tidak ada air hujan yang keruh. Hal inilah mengapa, kualitas air hujan sebenarnya lebih baik dibanding air tanah. “Tidak ada air hujan yang keruh, mari kita mulai mengangkat kembali derajat air hujan ini,” ujarnya.

Hingga kini, Pastor Kir telah enam tahun meneliti dan mengkapanyekan manfaat air hujan bagi manusia. Tak kurang dari sepuluh ribu orang telah merasakan manfaat air hujan berkat ilmu yang Pastor Kir bagikan. Mereka tersebar di berbagai penjuru Indonesia mulai dari Sumatera hingga Papua. “Saya tidak membentuk organisasi. Mereka belajar ke sini sampai jadi pembelajar lagi di daerahnya,” harapnya.

Salah satu yang saat ini memiliki alat untuk mengolah air hujan dengan dialiri listrik ini dilakukan di Wisma Hijau Depok, Jawa Barat. Kantor pusat Yayasan Bina Swadaya ini sejak setahun lalu memiliki alat untuk mengolah air hujan. Mereka juga memiliki penampungan air hujan yang cukup besar.

Dari Merapi
Tahun 2000, Pastor Kir mendapat tugas pelayanan di Lereng Merapi, Pakem, Yogyakarta. Saat erupsi satu tahun setelahnya, Pastor Kirjito melihat di ketinggian tak sampai 1.000 meter, pepohonan hijau lebat, namun tak ada sumber air yang ditemukan. Sejak itu timbul keinginannya untuk meneliti sekaligus melakukan konservasi masyarakat cinta air. Selama sekitar sembilan tahun dia mengukur TDS dan pH dari berbagai sumber air.

Baca Juga:  Betlehem: Identitas Diri bagi “Pastor”, Ancaman untuk “Rex”

Pastor Kir pindah ke Kebon Arum, Klaten, Jawa Tengah pada tahun 2011 dan mulai melakukan konservasi air dan memanen air hujan. Dia mengajak masyarakat menjaga sumber air, menanam pohon di hulu, dan merawat hingga hilir. Kini, ia melihat warga menampung air hujan. Dia pikir, air hujan tak sehat, tapi faktanya tak ada warga terkena penyakit karena minum air hujan. Lewat uji sederhana, keasaman air dan TDS, dia ukur. Hasilnya, keasaman 7-9 dan oksigen bagus. Berawal dari itulah, Pastor Kirjito serius mendorong masyarakat untuk menggunakan air hujan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles