HIDUPKATOLIK.com
Akhir-akhir ini kebinekaan Indonesia terganggu dengan maraknya pola komunikasi yang terjadi di media sosial, seperti saling mencaci, penyebaran hoaks dan saling menfitnah. Karena itu, masyarakat harus diberikan ruang untuk saling berkomunikasi, sehingga bisa saling mengenal lebih dalam lagi esensi hidup di tengah keberagaman.
Sabtu, 13 Juli 2019, di Pondok Pesantren Nurul Ulum, Karangsari, Cikarang Timur, Bekasi, diadakan Halal Bihalal lintas agama yang digagas oleh Pondok Pesantren Nurul Ulum dan Paroki Cikarang Gereja Ibu Teresa, bertemakan “Mempererat Persaudaraan Berbela Rasa Dan Amalkan Pancasila Kita Berhikmat Bangsa Bermartabat”
Hadir sejumlah tokoh masyarakat diantaranya Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ulum KH. Athoilah Mursyid Msi, Romo Paroki Cikarang Rm. Antonius Suhardi Antara Pr, Kabag. Ops Polres Metro Bekasi AKBP. Muryono, Kepala Kantor Kementerian Agama Bekasi Drs. H. Sobirin Msi, Danramil 08 Lemah Abang Kapt. Aswan Siregar dan ratusan masyarakat di daerah Cikarang, Bekasi.
Dalam sambutan Romo Antara mengatakan, dengan Halal Bihalal kebangsaan, kita mau mewujudkan pengamalan sila ke-4 dari Pancasila. “Kita pribadi-pribadi, keluarga, kelompok dan organisasi-organisasi diajak untuk berhikmat, sehingga akan terwujud bangsa yang bermartabat” ucapnya.
Globalisasi akan berdampak pada ideologi masyarakat, maka paham Pancasila harus diperkuat sebagai ideologi satu-satunya di negara kita. Pertemuan lintas agama, mempunyai makna yang strategis, kebinekaan sebagai keniscayaan, juga sebagai modal utama persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). ”Yang harus kita tanamkan kepada umat adalah paham keagamaan, maka solusinya kepada tokoh agama untuk mengajak umat menabur kebaikan dan mengantisipasi konflik di masyarakat,” kata Sobirin.
Kesepahaman sangat penting agar dapat membangun karakter menghargai perbedaan, peduli sesama, menumbuhkan rasa tanggungjawab sosial, serta mampu bekerjasama dengan pemeluk agama yang berbeda sehingga dapat memecahkan masalah secara bersama dan bisa hidup bersama dengan penuh kedamaian dalam kebersamaan. “Masalah hubungan kemasyarakatan kita tidak sendiri-sendiri. Inspirasi persatuan ibarat sapu lidi, jika sendiri-sendiri akan mudah dipatahkan dan jika bersatu susah dipatahkan dan akan banyak sekali manfaatnya,” sahut Muryono.
Dalam kesempatan tersebut diisi pula kesenian para santri berupa musik Marawis dari Pondok Pesantren Nurul Ulum.
(Andreas/Lourentius EP)