web page hit counter
Senin, 18 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sehat, Berubah, dan Bertobat

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Kesembuhan terjadi karena lewat proses. Pertobatan merupakan puncak kesembuhan.

Waktu baru menunjukan pukul 09.00 WIB. Belum banyak orang yang bertandang ke Gedung Serbaguna St Asisi, Paroki St Fransiskus Asisi Tebet, Jakarta Selatan. Salah satu yang sudah berada di sana adalah pasangan suami-istri (pasutri) Yohanes Puja dan Joy Istanti. Mereka duduk di kursi terdepan dan begitu antusias mengikuti Doa Penyembuhan untuk Orang Sakit, Sabtu-Minggu, 15-16/6.

Yohanes-Joy telah menikah selama tujuh tahun. Mereka belum mendapat momongan. Joy bercerita, saat usia pernikahan tiga tahun, mereka tidak terlalu fokus mendapatkan anak. Mereka memprioritaskan pekerjaan. Tapi setelah pernikahan mereka berusia lima tahun, ada kecemasan dalam diri Yohanes-Joy. “Kami cemas karena bisa jadi ini kesombongan kami menunda anugerah Tuhan. Kami saat ini berjuang dengan segala cara untuk bisa mendapatkan momongan. Termasuk ikut dalam kegiatan seminar dan penyembuhan di tempat ini,” ujar Joy.

Baca Juga:  KWI dan Garuda Indonesia Jalin Kerja Sama "Community Privilege"

Pada hari pertama, Yohanes-Joy, serta sedikitnya 500 peserta telah mengikuti sesi penyembuhan penyakit fisik (buta, tuli, lumpuh, kanker, syarat terjepit, tremor, dan lainnya) maupun penyakit secara psikis (stres, depresi, kecanduan narokoba, dan sebagainya). Sesi penyembuhan ini diberikan oleh Petrus Harry Purnomo didampingi Pastor Thomas Alfred Dino OFMCap, Pastor Elenterius Bon SVD, dan Sr Carolina PBHK.

Pada hari kedua, para peserta mendapatkan Seminar Healing dan Holistic berupa penyembuhan luka batin, pelepasan, belum punya keturunan, dan sebagainya. Penyembuhan ini juga dibantu oleh Paguyuban Doa Santo Petrus Malang Raya. Sebuah kelompok doa yang terdiri dari umat lintas provinsi yang tergerak hati untuk membantu pelayanan orang sakit.

Merefleksikan tema, “Rahmat, Berkat, Mukjizat, dan Kesembuhan” dengan dasar Kitab Suci, “Sebab Aku Tuhanlah yang Menyembuhkan Engkau” (Kel. 15:26), Petrus Purnomo mengatakan dalam kehidupan ini, jangan kita biarkan kekurangan dan kelemahan serta ketidaksempurnaan menjauhkan kita dari Tuhan. Sebab di mata Tuhan, Mukjizat itu selalu ada, tergantung cara manusia membangun relasi dengan Tuhan. “Terkadang manusia lebih banyak melihat kekurangan dan keterbatasan sehingga lebih memilih menahan diri dan tidak terbuka pada Tuhan. Padahal semakin manusia terbuka, mukjizat Tuhan selalu nyata dalam hidup,” ujar Purnomo.

Baca Juga:  KWI dan Garuda Indonesia Jalin Kerja Sama "Community Privilege"

Purnomo juga tidak menampik bahwa sudah berkali-kali menyembuhkan orang lewat kekuatan Tuhan sendiri. Tuhan mampu membaca dan memahami maksud hati umat-Nya. Dalam pengalamannya, Purnomo tidak saja menyembuhkan kaum awam tetapi juga para imam, suster, frater yang menderita sakit. “Semua karena Tuhan. Lewat mukjizat-Nya, Tuhan hadir,” jelasnya.

Dalam seminar hari kedua ini, hadir juga Pastor Mathias Daven, imam Keuskupan Maumere yang diminta memberikan penguatan iman. Pastor Mathias menceritakan pengalamannya sebagai formator di Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret.

Ia mengatakan, kata kunci dalam Injil bukan perubahan tetapi pertobatan. Orang mengatakan dirinya sehat belum tentu seseorang telah berubah dari pribadi yang dulunya sakit menjadi sehat. Sebaliknya orang sehat belum tentu sudah bertobat dari perilaku-perilaku negatifnya. “Maka itu tugas imam hanya bisa menunjuk jalan itu kepada Tuhan. Para hamba Allah menunjuk jalan dari sakit menjadi sehat, dan dari sehat menjadi berkat,” jelasnya.

Baca Juga:  KWI dan Garuda Indonesia Jalin Kerja Sama "Community Privilege"

Soal menunjuk jalan ini juga, Pastor Mathias mengutip cerita Kitab Suci soal orang lumpuh di dekat kolam Siloam. Si lumpuh sudah bertahun-tahun menunggu tetapi tidak ada orang yang membantunya turun ke kolam. Orang menjadi sembuh berkat perantaraan orang lain. “Kesembuhan itu terjadi karena kemurahan hati Allah, lewat orang lain,” ujar Dosen Filsafat STFK Ledalero itu.

Yusti H. Wuarmanuk

HIDUP NO.25 2019, 23 Juni 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles