HIDUPKATOLIK.com – Membayangkan ladang karyanya di Keuskupan Agats-Asmat, Mgr Aloysius Murwito OFM dapat bercerita tentang perjuangan para misionaris awal untuk menanamkan kekatolikkan di Agats, Papua. Tahun 1953, menjadi awal kedatangan Misionaris Ordo Salib Suci (Ordo Sacntae Crucis/OSC) dari Amerika ke Agats. Sebagai sebuah kota kecamatan, pembangunan di Agats tentu saja lambat. Namun, Agats pun akhirnya menjadi sebuah keuskupan pada 29 Mei 1969.
Mgr Murwito mengungkapkan, perubahan terjadi saat daerah itu menjadi Kabupaten Asmat. Menurut Mgr Murwito, mulai saat itu pembangunan berjalan lebih cepat, meski tetap saja, laju pembangunan di Asmat masih jauh tertinggal di banding daerah lain.
Meski begitu, tahun ini saat Keuskupan Agats-Asmat merayakan setengah abad kelahirannya, Mgr Murwito tetap bisa bersyukur. “Sesudah Asmat menjadi kabupaten sendiri, ada suatu gerak menggeliat dari keadaan lama masuk dalam keadaan yang baru,” ujar Mgr Murwito yang mulai bertugas sebagai Uskup Agats- Asmat sejak terpilih pada 7 Juni 2002 ini.
Mgr Murwito berterimakasih atas perhatian yang diberikan banyak umat dari seluruh Indonesia bagi keuskupannya. Ia berharap, lebih banyak umat Katolik Indonesia yang rela turun tangan membantu umat di Asmat, hal ini terutama di bidang pendidikan. “ Dalam Sinode Keuskupan Agats-Asmat tahun 2007, pendidikan disadari menjadi prioritas yang harus mendapat perhatian lebih. Untuk membangun umat, tidak ada cara lain, pendidikan harus dikedepankan,” ujarnya.
Antonius E. Sugiyanto
HIDUP NO.23 2019, 9 Juni 2019