HIDUPKATOLIK.com – Kehadiran dan peran imam punya pengaruh bagi umat. Pelayanan imam di bidang spiritual saja dirasa belum cukup. Mereka mampu berbuat lebih asalkan ada kemauan.
Antonius Agus Sriyono
Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Takhta Suci
Saat ini ada sekitar 200 imam asal Indonesia di Italia. Belum lama ini saya bertemu dengan mereka. Sebagai umat, saya berharap para imam tak cukup hanya memberikan pelayanan spiritual, tapi juga bisa membantu umat dalam menjawab persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi masyarakat, misal mengenai lingkungan hidup, ekonomi, dan sebagainya.
Saya berharap, para imam bisa semakin meningkatkan pengetahuan mereka melalui pendidikan. Manfaatkan kesempatan tersebut untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin, sehingga begitu kembali ke Indonesia bisa lebih banyak memberikan kontribusi kepada masyarakat, terutama kepada mereka yang terpinggirkan.
Berikut mengenai soal transparansi (dalam penggunaan keuangan,-Red.). Ini wajib hukumnya, Gereja harus transparan dan akuntabel soal itu.
Hilarius Johanes Kristyohadi
Umat Paroki St Willibrordus Cepu, Keuskupan Surabaya
Dinamika yang saya rasakan di umat, ada kerinduan umat untuk mendapat sapaan dari imamnya sebagai bapak rohani. Umat rindu melihat penampilan imam sebagai bapaknya. Memang bagus ada pendekatan imam yang gaul. Tapi perlu diingat oleh klerus bahwa mereka itu sudah “dikuduskan”, artinya dikhususkan bagi Gereja dan Tuhan. Maka, sedekat dan segaul apapun imam, mereka harus ingat bahwa mereka itu gembala dan bapak rohani.
Seperti anak-anak kita di rumah mudah meniru orangtuanya, demikian juga umat sebagai anak rohani akan mudah meniru ayah rohaninya. Jika bapak rohaninya unggul dan tertib maka anak-anak rohaninya juga akan respect. Tapi, jika bapak rohaninya selengehan atau sesuka hati, yah jangan harap umat akan respect. Ini akan menular.
Eduardus Nugroho
Umat Paroki St Antonius Padua Bidaracina, Keuskupan Agung Jakarta
Sebagai umat saya berharap, imam perlu ringan tangan menolong umat, khususnya yang miskin dan menderita. Senyum adalah rahasia kedekatan imam dan umat. Ada imam yang mudah senyum, tapi ada juga yang kurang. Usahakan imam bisa selalu tersenyum, gembira, karena tugas imam adalah mewartakan Kabar Gembira, bukan kabar sedih.
Saya juga berharap, imam berusaha untuk memahami umat, bukan minta dipahami. Hindari klerikalisme, menganggap lebih tinggi dari umat. Itu juga pesan Paus Fransiskus. Langkah ini memang perlu dimulai dari hierarki tertinggi di Indonesia, KWI. Ikuti Yesus, yang lemah lembut dan rendah hati. Rendah hati berarti tidak merasa aku paling pintar, paling suci, paling tinggi, atau paling penting. Terakhir, banyak berdoa karena cobaan akan datang. Dalam kegelisahan, serahkan semua kepada Tuhan.
Melchior Suban Weruin
Pemantau Aktivitas HAM Komnas HAM Perwakilan Papua
Saya merindukan sosok imam yang bisa menjadi teladan baik, menyatu dengan umat, peka terhadap situasi yang dialami oleh umat dan turut menjadi bagian penting dalam menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi oleh umatnya. Dengan demikian umat akan merasa menjadi bagian dari Gereja. Kadang, kami merasakan, imam terlalu ketat dengan aturan Gereja. Umat seperti “dipaksa” menuruti kehendak imam. Imam perlu rendah hati dan terbuka pada masukan agar Gereja menjadi taman yang subur bagi tumbuh-kembang iman umat.