“Saya sangat percaya mindset orang itu terbuka, ketika buku itu ada, mereka akan tertantang untuk coba membaca, melihat isi buku. Saya sangat yakin ini bisa positif ke depan,” kata Staf Komunikasi Provinsi Serikat Sabda Allah atau Societas Verbi Divini (SVD) Ruteng ini. Menurutnya, pengalaman ini juga yang membuka matanya untuk menginisiasi kegiatan alternatif sosial, di jalur yang agak tidak lazim, dari mimbar ke luar. Tak hanya umat Katolik yang bisa menikmati taman baca ini. Umat agama lain pun ada yang ikut terlibat.
“Pastoral dari altar kita tarik turun sedikit ke tengah msayarakat. Mungkin, mimbar bisa diartikan secara luas. Kita berbicara tentang Tuhan Allah dari mimbar, mestinya juga dengan denyut umat. Tujuannya untuk pembentukan karakter manusia yang holistik, pemahaman orang tentang Tuhan ada di siapa saja secara naluriah,” kata Pater Wilfrid.
Bertemu Sejarah
Pastor Adolf Heuken, SJ pertama kali tiba di Jakarta pada tahun 1963 untuk membantu Pastor Joop Beek SJ. Tugas awalnya saat itu adalah menulis. Sejak itu, Pastor Heuken mulai mengerjakan tulisan-tulisan seputar Gereja Katolik.
Saat ia sempat dikirim ke Yogyakarta untuk mengajar para frater selama tiga tahun, ia menemukan buku mengenai sejarah Jakarta karya Ferdinand de Haan. Dari sini, minatnya tentang sejarah Jakarta tumbuh. “Tinggal di Jakarta, maka ia perlu tahu sejarah Jakarta,” ujarnya.
Kembali ke Jakarta, pastor yang akrab disapa Pater Heuken ini, pergi ke tempat-tempat bersejarah yang ia temukan dalam buku de Haan. Ia mengisahkan, dari tempat-tempat bersejarah yang ditulis pada awal tahun 1920-an itu, tidak sedikit yang sudah tidak ada dan berubah, tidak lagi seperti yang ada dalam buku. Tertarik, ia pun menelusuri sendiri sejarah Jakarta. Pater Heuken memperhatikan perkembangan dari tempat-tempat bersejarah yang sudah ditulis de Haan.
Di sela-sela aktivitas menulisnya untuk Gereja, ia menyisihkan waktunya, mengendarai vespa pergi ke ratusan tempat bersejarah di Jakarta. Ia menelusuri jejak sejarah tempat-tempat itu. Tak jarang, orang yang bersangkutan dengan tempat bersejarah itu bahkan tak mengetahui asal-usul tempat itu.